Opini
Zionis di Titik Nol: Kekalahan yang Tak Terelakkan

Sebuah survei yang dilakukan oleh Israeli Employment Service mengungkap bahwa 75% tentara cadangan mengalami kerugian finansial akibat tugas mereka, sementara 41% di antaranya dipecat atau terpaksa meninggalkan pekerjaan. Laporan ini menjadi gambaran nyata tentang krisis yang sedang dihadapi zionis, bukan hanya dalam aspek militer, tetapi juga sosial dan ekonomi. Ditambah lagi, puluhan tentara cadangan telah menyatakan bahwa mereka tidak akan kembali bertugas di Gaza, khawatir bahwa perang yang mereka jalani justru membahayakan para tawanan yang masih ditahan. Ini bukan sekadar gelombang kecil pembangkangan, tetapi indikasi lebih dalam dari kelelahan perang dan kehilangan arah yang dialami oleh pasukan zionis.
Militer zionis saat ini menghadapi masalah serius dalam merekrut pasukan cadangan. Pemerintah membutuhkan puluhan ribu tentara untuk melanjutkan perang di Gaza, tetapi kenyataannya mereka mengalami kesulitan besar dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Banyak prajurit yang enggan kembali ke medan perang karena mereka menyadari bahwa strategi perang ini tidak memberikan keuntungan, justru hanya membawa kehancuran lebih lanjut bagi mereka sendiri. Laporan dari Haaretz menyebutkan bahwa moral pasukan semakin menurun, bahkan beberapa perwira tinggi menyuarakan kekhawatiran atas penolakan massal yang semakin meluas. Hal ini diperparah dengan keputusan pemerintah yang semakin otoriter, termasuk pemecatan kepala Shin Bet dan Jaksa Agung, yang semakin menggerus kepercayaan terhadap sistem pemerintahan.
Dalam beberapa pekan terakhir, puluhan perwira cadangan telah memberi tahu atasan mereka bahwa mereka tidak akan lagi memenuhi panggilan dinas militer. Hal ini menandakan bahwa penolakan ini tidak hanya datang dari prajurit biasa, tetapi juga dari perwira tinggi yang memiliki posisi strategis dalam komando militer. Selain itu, kecaman terhadap kebijakan pemerintah juga menjadi alasan utama mengapa banyak tentara memilih untuk menolak kembali ke garis depan. Keputusan pemerintah yang mengecualikan komunitas Haredi dari wajib militer juga memperburuk situasi, memicu ketidakpuasan di kalangan pasukan yang merasa bahwa beban perang hanya ditanggung oleh sebagian rakyat, sementara kelompok tertentu justru diistimewakan.
Fenomena ini menandakan bahwa zionis sedang mengalami kekalahan yang lebih dalam dari sekadar pertempuran di medan perang. Kekalahan ini adalah kombinasi dari kehancuran militer, krisis sosial, dan perpecahan politik yang semakin mendalam. Di masa lalu, zionis selalu menampilkan citra sebagai kekuatan yang tak terkalahkan, tetapi kali ini realitas berbicara lain. Ketika tentara mulai mempertanyakan perang yang mereka jalani, ketika masyarakat mulai kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah, dan ketika tekanan internasional semakin meningkat, ini adalah pertanda bahwa kekuatan zionis sedang runtuh dari dalam.
Netanyahu, yang terus memaksakan perang, sebenarnya sedang membawa zionis ke dalam jurang kehancuran yang lebih dalam. Kebijakan kerasnya yang tidak memperhitungkan konsekuensi jangka panjang telah membuat banyak tentara kehilangan semangat dan kepercayaan terhadap kepemimpinan. Ia berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan menggunakan perang sebagai alat politik, tetapi tindakan ini justru mempercepat kehancuran negara yang ia pimpin. Perang yang berkepanjangan bukanlah solusi, melainkan bencana yang hanya akan memperburuk keadaan. Alih-alih memperkuat posisi zionis, perang ini justru menunjukkan kelemahan mereka yang semakin nyata di hadapan dunia.
Zionis kini menghadapi isolasi internasional yang semakin nyata. Dukungan dari negara-negara Barat mulai goyah, terutama setelah banyaknya laporan tentang kejahatan perang yang mereka lakukan di Gaza. Bahkan sekutu terdekat seperti Amerika Serikat mulai menunjukkan tanda-tanda ketidaksabaran terhadap kebijakan perang yang tidak berkesudahan. Tekanan dari komunitas internasional semakin besar, dan jika perang ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin zionis akan menghadapi sanksi yang lebih berat. Dunia mulai menyadari bahwa zionis bukanlah kekuatan tak terbendung, tetapi entitas yang semakin rapuh dan terisolasi karena kebijakan mereka sendiri.
Dari sudut pandang ekonomi, dampak perang ini juga semakin terasa. Dengan 75% tentara cadangan mengalami kerugian finansial dan 41% kehilangan pekerjaan, jelas bahwa perang ini telah menggerogoti stabilitas ekonomi zionis. Biaya perang yang terus membengkak menjadi beban yang sulit ditanggung dalam jangka panjang. Sementara itu, investor mulai kehilangan kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi mereka, menyebabkan tekanan tambahan yang semakin membebani pemerintah. Perang yang berkepanjangan tanpa hasil nyata hanyalah beban yang akan semakin menekan perekonomian, bukan kemenangan yang mereka klaim.
Meskipun militer zionis masih memiliki persenjataan canggih dan dukungan dari beberapa negara Barat, perang bukan hanya tentang kekuatan senjata. Keberlanjutan perang sangat bergantung pada moral pasukan, dukungan rakyat, dan kestabilan politik. Jika salah satu dari elemen ini runtuh, maka kekalahan hanyalah masalah waktu. Saat ini, ketiga elemen tersebut sedang berada dalam kondisi kritis. Tentara mulai menolak bertempur, rakyat semakin muak dengan perang yang tidak berujung, dan pemerintah kehilangan kendali atas kebijakan yang mereka buat sendiri.
Krisis yang terjadi di tubuh zionis bukan lagi sesuatu yang bisa ditutupi dengan propaganda kemenangan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa mereka mengalami tekanan yang luar biasa dari berbagai sisi. Perlawanan di Gaza masih bertahan, bahkan terus menunjukkan kemampuan serangan yang signifikan. Zionis tidak mampu menghancurkan jaringan perlawanan yang ada, sementara mereka sendiri semakin terjebak dalam kebijakan perang yang tidak memiliki arah jelas. Ini bukan tanda-tanda kemenangan, melainkan bukti nyata bahwa mereka sedang berada di ambang kehancuran.
Pada akhirnya, Netanyahu mungkin masih bisa terus berusaha menghindari kenyataan ini, tetapi sejarah telah membuktikan bahwa kekuatan yang dibangun di atas agresi dan ketidakadilan tidak akan bertahan lama. Ketika moral pasukan hancur, ketika rakyat mulai melawan, dan ketika dunia mulai menolak, maka tidak ada lagi yang bisa menyelamatkan zionis dari kehancurannya sendiri. Apa yang mereka alami saat ini bukan hanya tanda-tanda kekalahan, tetapi awal dari runtuhnya sistem yang selama ini mereka bangun dengan penindasan dan kebohongan. Dunia kini menyaksikan bagaimana entitas yang dulu dianggap kuat, perlahan tetapi pasti, sedang menuju kehancurannya.