Connect with us

Opini

Yaman Ubah Peta Perlawanan, Israel Hadapi Ancaman Baru

Published

on

Oleh: Lutfi Awaludin Basori

Intensitas konflik antara Yaman dan Israel memasuki babak baru yang semakin kompleks dan menarik perhatian dunia internasional. Dalam beberapa hari terakhir, serangan Yaman terhadap Israel meningkat secara signifikan, mencerminkan tekad blok perlawanan dalam menghadapi salah satu kekuatan militer yang paling didukung di dunia. Sejak 16 Desember, Yaman telah melancarkan hampir 10 serangan, termasuk rudal balistik dan drone yang menargetkan Tel Aviv dan Ashkelon. Bahkan, serangan pada 22 Desember diklaim berhasil menghantam kapal induk AS, USS Harry Truman, sebagai bagian dari solidaritas dengan Gaza.

Di sisi lain, Israel mencoba merespons dengan serangan udara yang menargetkan infrastruktur di Yaman, termasuk Bandara Internasional Sanaa dan beberapa pelabuhan utama seperti Hodeidah, Salif, dan Ras Kanatib. Namun, serangan ini tampaknya lebih diarahkan pada fasilitas sipil dibandingkan instalasi militer strategis. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang efektivitas intelijen Israel dalam menghadapi ancaman dari Yaman. Pernyataan jurnalis seperti Hussain al-Bukhaiti dari Al Jazeera memperkuat pandangan ini, yang menyebutkan bahwa Israel tidak memiliki informasi yang cukup untuk menghantam target militer signifikan di Yaman.

Serangan-serangan Yaman, yang didukung oleh teknologi rudal hipersonik, telah membuktikan bahwa Israel tidak kebal terhadap ancaman jarak jauh. Meskipun Israel memiliki sistem pertahanan udara yang canggih seperti Iron Dome, serangan-serangan ini berhasil menembus lapisan pertahanan tersebut, menunjukkan celah yang bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain dalam blok perlawanan. Ini menjadi tantangan besar bagi Israel, yang selama ini mengandalkan keunggulan teknologinya untuk mempertahankan supremasi militer di kawasan.

Di tengah meningkatnya ketegangan, pernyataan dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa serangan terhadap Yaman akan “berlanjut sampai pekerjaan selesai” menunjukkan sikap defensif yang berusaha menutupi kerentanan mereka. Namun, efektivitas serangan Israel diragukan, mengingat banyaknya infrastruktur yang dihantam kembali berfungsi dengan cepat, termasuk Bandara Sanaa yang disebut telah beberapa kali direhabilitasi setelah diserang.

Lebih jauh, keberhasilan Yaman dalam menghadapi negara-negara besar seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab di masa lalu memberikan indikasi bahwa Israel juga akan menghadapi kesulitan yang sama. Konflik ini juga memperlihatkan bagaimana Yaman berhasil mengubah dinamika strategis di kawasan, dari sekadar aktor regional menjadi ancaman signifikan yang memaksa Israel untuk memperluas front pertahanannya.

Secara geopolitik, eskalasi ini memperkuat posisi blok perlawanan, yang semakin solid meskipun tekanan terus meningkat. Dukungan Yaman terhadap Gaza dan Palestina mencerminkan solidaritas lintas batas yang mampu menggoyahkan dominasi Israel di kawasan. Selain itu, keberhasilan Yaman dalam meluncurkan serangan jarak jauh tanpa banyak hambatan memberikan semangat baru bagi negara-negara dalam blok perlawanan lainnya.

Konflik ini tidak hanya menjadi ujian bagi ketahanan Israel, tetapi juga membuka pertanyaan besar tentang masa depan kawasan Timur Tengah. Jika Yaman terus meningkatkan serangannya dan Israel tidak mampu merespons dengan efektif, dinamika kekuasaan di kawasan ini bisa berubah secara dramatis. Dengan rudal hipersonik yang menjadikan Israel sebagai sasaran empuk, Yaman tidak hanya memposisikan dirinya sebagai pendukung Palestina tetapi juga sebagai aktor kunci dalam blok perlawanan yang menantang dominasi Israel di Timur Tengah.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *