Connect with us

Opini

Wajar Rusia Muak dengan Media Barat

Published

on

Oleh: Lutfi Awaludin Basori

Rusia kini semakin muak dengan pemberitaan media Barat yang dianggap bias dan penuh manipulasi. Pernyataan Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, yang menyebutkan bahwa masyarakat Rusia merasa muak dengan media Barat, menggarisbawahi ketidakpercayaan yang semakin mendalam terhadap liputan yang datang dari luar. Sejumlah insiden besar menunjukkan bahwa media Barat, khususnya yang berbasis di Amerika dan Eropa, sering kali tidak hanya bias, tetapi juga berpotensi menyebarkan propaganda yang merusak. Pernyataan ini disampaikan oleh Zakharova dalam sebuah laporan yang dilansir oleh Russian Today.

Salah satu contoh nyata adalah pemberitaan CNN mengenai pembunuhan Jenderal Igor Kirillov, kepala Pasukan Pertahanan Radiasi, Kimia, dan Biologi Rusia. CNN mengabaikan fakta bahwa peristiwa tersebut kemungkinan merupakan serangan teroris yang terkoordinasi, dan justru memuat pernyataan yang cenderung membenarkan kekerasan terhadap pejabat negara, menyebutnya sebagai “tindakan pembelaan yang sah” oleh Ukraina, sebagaimana dikutip oleh The Times. Ini jelas menunjukkan bahwa media Barat cenderung mengaburkan kenyataan untuk mendukung narasi yang lebih menguntungkan pihak tertentu.

Namun, lebih dari sekadar kesalahan pemberitaan, kita harus mempertanyakan apakah ini hanya kelalaian, ataukah bagian dari agenda yang lebih besar. Bisa jadi ini bukan sekadar ketidaksengajaan, melainkan sebuah bentuk propaganda yang disengaja. Dalam dunia media yang penuh dengan konflik dan ketegangan internasional, satu laporan yang salah bisa menjadi bagian dari taktik untuk membentuk opini publik global sesuai dengan kepentingan tertentu. Dalam hal ini, media seperti CNN mungkin sengaja memilih untuk mengabaikan fakta yang tidak sesuai dengan narasi yang mereka bangun, karena mereka lebih memprioritaskan agenda politik daripada memberikan laporan yang objektif.

Lebih jauh lagi, CNN baru-baru ini terjebak dalam kontroversi serupa di Suriah. Mereka melaporkan tentang pembebasan seorang pria yang diklaim sebagai “tahanan biasa” oleh pemberontak Suriah, yang ternyata adalah perwira intelijen rezim Assad, Salama Mohammad Salama. Laporan ini tidak hanya gagal memverifikasi identitas pria tersebut, tetapi juga menunjukkan ketidakmampuan media Barat dalam melakukan pengecekan fakta yang memadai. Sebagai tambahan, laporan tersebut mendapat sorotan dari Middle East Eye, yang mencatat bahwa pria tersebut bukanlah “tahanan biasa” melainkan seorang tokoh yang memiliki hubungan erat dengan aparat keamanan yang terlibat dalam berbagai kejahatan. Hal ini berpotensi memperburuk ketegangan internasional, yang semakin mencerminkan ketidakberpihakan media Barat terhadap kebenaran.

Kesalahan semacam ini bukanlah masalah kecil. Dalam dunia yang saling terhubung, informasi yang salah bisa menghancurkan banyak hal. Ketidakakuratan media tidak hanya merusak reputasi suatu negara, tetapi juga mempengaruhi opini global dan dapat memperburuk konflik yang sudah ada. Masyarakat Rusia, yang telah lama merasakan dampak dari pemberitaan yang bias, kini semakin sulit mempercayai media Barat. Bagi mereka, media Barat bukan lagi hanya sebagai sumber informasi, tetapi lebih sebagai alat untuk membentuk opini dunia sesuai dengan agenda politik mereka.

Dalam konteks ini, pemberitaan yang terdistorsi oleh media Barat memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar kesalahan jurnalistik. Ketika laporan tidak akurat atau terdistorsi, itu bukan hanya merugikan pihak yang diberitakan, tetapi juga memperburuk ketegangan yang ada. Jika media Barat tidak berhati-hati, kesalahan semacam ini bisa memperburuk hubungan internasional dan merusak stabilitas global. Ketidakmampuan atau ketidaksengajaan dalam melaporkan fakta dengan akurat tidak bisa dianggap enteng, mengingat dampaknya yang dapat memperburuk ketegangan internasional, bahkan mungkin memperpanjang konflik yang ada.

Oleh karena itu, wajar jika Rusia merasa muak dengan media Barat. Media yang seharusnya menjadi pilar demokrasi dan penyebar informasi objektif kini terjebak dalam agenda politik yang lebih besar. Ketidakakuratan dalam pemberitaan tidak hanya merusak reputasi suatu negara, tetapi juga memperburuk hubungan internasional dan ketegangan global. Dunia yang semakin terhubung ini membutuhkan media yang bertanggung jawab, karena satu informasi yang salah bisa merusak banyak hal.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *