Connect with us

Opini

USAID, Teroris, dan Uang Pajak: Drama Tanpa Akhir

Published

on

Dalam sidang kongres yang penuh dengan aroma patriotisme dan kepedulian palsu, seorang anggota kongres AS, Scott Perry, mengungkapkan sebuah fakta mencengangkan: USAID, lembaga yang katanya menebarkan kemanusiaan, ternyata juga menebarkan uang ke tangan ISIS, Al-Qaeda, dan Boko Haram. Oh, betapa mengejutkannya! Tentu saja, ini semua adalah “kekeliruan administratif” yang tidak disengaja, bukan?

Dengan nada dramatis yang pantas untuk sebuah pidato Oscar, Perry menegaskan bahwa dana $697 juta per tahun, plus pengiriman tunai misterius, telah memperkuat kelompok-kelompok yang selama ini disebut sebagai musuh nomor satu AS. Ironisnya, uang ini bukan berasal dari kartel narkoba atau oligarki korup, melainkan dari kantong pajak rakyat Amerika yang setiap hari dicekik oleh kebijakan neoliberal mereka sendiri.

Tak berhenti di situ, USAID juga, konon, menggelontorkan $136 juta untuk membangun 120 sekolah di Pakistan. Sayangnya, bukti keberadaan sekolah-sekolah itu sepertinya masih dalam dimensi paralel yang hanya bisa diakses oleh pejabat USAID dan paranormal kelas wahid. Tidak ada jejak, tidak ada gedung, hanya ada aliran uang yang entah berakhir di mana. Mungkin di kantong para “revolusioner” yang siap meledakkan diri demi kepentingan AS di Timur Tengah?

Tentu, ini semua hanyalah kebetulan. Seperti kebetulan ketika AS membiayai Mujahidin di Afghanistan pada era 80-an dan tiba-tiba Osama bin Laden muncul sebagai bintang utama dalam saga terorisme global. Seperti kebetulan ketika ISIS tumbuh subur setelah AS menghancurkan Irak, lalu entah bagaimana bisa mendapatkan persenjataan canggih yang konon hanya bisa didapat dari militer superpower. Kebetulan? Atau strategi?

Sekarang, mari kita lihat ke mana arah drama ini akan berlanjut. Apakah pejabat USAID akan ditangkap, diadili, dan dimasukkan ke dalam Guantanamo sebagai sponsor terorisme? Apakah mantan presiden yang menandatangani cek bantuan ini akan dicap sebagai pengkhianat? Atau kita akan melihat skenario klasik di mana AS mencari kambing hitam, menyalahkan “oknum nakal”, dan kembali ke rutinitas biasa—mengobarkan perang atas nama demokrasi?

Di balik layar, ada tangan-tangan yang mengendalikan boneka-boneka ini. Apakah mereka miliarder globalis yang katanya ingin “menciptakan dunia yang lebih baik”? Apakah George Soros dan kawan-kawan, yang sering dikaitkan dengan skema keuangan gelap, punya andil dalam aliran dana ini? Atau mungkin Elon Musk, yang kini menjadi bintang baru dalam upaya membersihkan birokrasi AS, juga sedang memainkan catur politik tingkat tinggi?

Bagaimanapun juga, ada satu hukum yang tidak pernah gagal: Jika ada uang dalam jumlah besar yang menghilang, pasti ada orang-orang dengan kekuatan besar yang mendapat keuntungan. USAID hanyalah salah satu kendaraan, bukan tujuan utama. Ini adalah permainan lama dengan wajah baru, di mana aktor-aktor terus berganti tetapi skenarionya tetap sama: AS membiayai musuhnya sendiri, menciptakan kekacauan, lalu masuk sebagai pahlawan untuk “menyelamatkan” dunia.

Jadi, haruskah kita terkejut? Haruskah dunia menunggu pertanggungjawaban dari negara yang selama ini menjadi sponsor perang, kudeta, dan intervensi brutal di seluruh dunia? Atau kita hanya perlu duduk manis, menonton bagaimana media arus utama akan segera mengubur berita ini dengan skandal selebriti atau ancaman alien dari luar angkasa? Yang jelas, teater absurd ini belum berakhir, dan naskahnya terus diperbarui.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *