Opini
USAID, Srigala Berbulu Domba

USAID, lembaga yang selalu digambarkan sebagai pahlawan penyelamat dunia, seolah datang dari langit dengan niat murni: menanggulangi kemiskinan, memperjuangkan demokrasi, dan membangun dunia yang lebih baik. Namun, jika kita sedikit membuka mata dan mengalihkan pandangan, ternyata mereka bukanlah malaikat penjaga, melainkan srigala berbulu domba yang licik, menyembunyikan niat sesungguhnya di balik donasi besar dan kata-kata manis.
Soros, sang jenderal di balik tirai kemanusiaan global, telah menginvestasikan lebih dari $20 miliar sejak 2000 dalam “causes” yang konon mulia. Di balik tirai dana tersebut, apa yang sebenarnya terjadi? USAID, organisasi yang selalu digambarkan dengan citra bersih dan transparan, ternyata seperti bankir yang menggunakan uang pajak rakyat untuk meracik perubahan politik sesuai selera, bukan hanya untuk negara berkembang, tapi juga untuk arena politik domestik.
Di Ukraina, misalnya, di mana USAID dan organisasi Soros lainnya ikut “berkontribusi” dalam proses perubahan. Pada 2014, di tahun yang sama dengan kejatuhan Presiden Yanukovych melalui Euromaidan yang diduga mendapat dukungan dari kelompok neo-Nazi, USAID dengan tangan lembutnya mulai menyalurkan lebih dari $1 juta ke Anti-Corruption Action Center. Apa yang lebih meyakinkan daripada itu? Melakukan aksi anti-korupsi sambil memberi pengaruh pada politik negara? Tentu, sangat heroik!
Bangladesh, yang seharusnya menjadi tempat bagi proyek kemanusiaan, malah dijadikan panggung percakapan geopolitik. USAID, IRI, dan kelompok yang berhubungan dengan Soros diduga mendanai upaya menggulingkan perdana menteri yang sah, Sheikh Hasina, dengan menggiring perubahan kekuasaan melalui pendanaan untuk kelompok-kelompok seperti aktivis transgender dan LGBT. Bukan hanya revolusi sosial, tapi revolusi yang dipimpin oleh uang pajak rakyat. Jadi, apa ini? Kemajuan atau campur tangan terang-terangan?
Kalau berbicara tentang campur tangan politik, USAID tak hanya bekerja di luar negeri. Di rumah sendiri, mereka pun pandai menggerakkan politikus. Ketika Donald Trump memimpin, USAID dengan segala daya upayanya memobilisasi kekuatan untuk menghalangi agenda Trump. Mulai dari Black Lives Matter yang dimobilisasi untuk mengubah opini publik, hingga aliran dana ke organisasi-organisasi yang memiliki agenda terselubung untuk mengubah politik di negara demokrasi terbesar di dunia.
Soros, yang lebih dikenal dengan gaya philanthropinya yang megah, tidak hanya menyalurkan dana untuk memberantas korupsi. Dia lebih cerdas dari itu. Melalui jaringan-jaringannya, Soros tahu betul bahwa memengaruhi kebijakan suatu negara dimulai dari meracuni pemilu dan mendukung oposisi yang sesuai. Maka, tak heran jika selama Pemilu 2020, USAID menjadi bagian dari strategi untuk merubah peta politik AS, meski dengan menggunakan wajah-wajah yang tampak murni.
Apakah kita akan terus membiarkan USAID berperan sebagai malaikat pemberi bantuan yang melupakan kekuasaan tersembunyi di baliknya? Jika kita menganalisis lebih dalam, segala klaim mulianya hanya menjadi kedok untuk memperluas pengaruh politik Amerika Serikat. Tak ada yang lebih jelas dari kenyataan bahwa mereka menggunakan dana pajak rakyat untuk memainkan politik internasional yang dirancang dengan rapih oleh George Soros dan sekutunya.
Apa yang kita lihat adalah sebuah simulasi besar, di mana setiap gerakan dibayar dengan imbalan pengaruh, bukan dengan niat mulia untuk membangun negara. USAID mengoperasikan mekanisme yang tak jauh berbeda dengan srigala berbulu domba—terlihat peduli, namun siap menggerus siapa saja yang menghalangi jalannya. Program-program mereka, meskipun disertai dengan jargon pembangunan dan pemberdayaan, lebih sering menjadi alat untuk mengokohkan kekuatan besar yang mengendalikan dunia.
Tidak hanya di luar negeri, campur tangan USAID juga merasuki ranah domestik dengan cara yang lebih subtil. Dengan dana yang mengalir ke kelompok-kelompok yang berorientasi ideologis, mereka mencoba mengubah pola pikir generasi muda untuk memperjuangkan “keadilan sosial” menurut definisi mereka sendiri. Bukankah itu cara mereka memengaruhi opini publik dan mengubah lanskap politik tanpa harus mengangkat senjata?
Soros dan USAID adalah contoh sempurna tentang bagaimana kekuasaan bisa disembunyikan di balik citra kemanusiaan yang indah. Mereka mengemas agenda politik dalam bungkus pemberdayaan dan demokrasi, sementara yang mereka kejar sebenarnya adalah kontrol. Jangan terpedaya dengan gambar wajah-wajah “baik” yang ditampilkan, karena di balik itu ada ambisi yang lebih besar: memimpin dunia sesuai dengan kehendak mereka.