Connect with us

Opini

Uni Eropa, Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Published

on

Uni Eropa, dalam beberapa bulan terakhir, seakan-akan sedang menikmati peran utamanya dalam drama internasional yang tak kunjung berakhir. Jika kita berbicara tentang pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga,” mungkin Uni Eropa kini memegang rekor dunia. Bagaimana tidak? Baru saja terbebani oleh krisis energi pasca-terputusnya pasokan gas dari Rusia, mereka kini harus menghadapi kebijakan tarif baru dari Presiden AS, Donald Trump. Keduanya mengancam untuk membawa benua ini ke dalam kondisi yang lebih buruk.

Semuanya dimulai ketika Rusia memutuskan hubungan energi dengan Eropa sebagai bentuk balasan atas sanksi internasional. Harga energi melambung tinggi, industri Eropa mulai kesulitan, dan masyarakat harus menanggung biaya hidup yang semakin melonjak. Sementara itu, pemerintah Eropa berusaha keras mencari solusi untuk mengurangi ketergantungan pada Rusia, sebuah tugas yang lebih berat dari yang dibayangkan. Sepertinya, tak ada ujian yang cukup berat selain menghadapi masalah energi yang dipicu oleh ketegangan geopolitik global.

Namun, bencana tampaknya datang tidak hanya dari satu arah. Di tengah upaya Eropa untuk bertahan dari krisis energi, Donald Trump kembali memberikan “kejutan” yang lebih memusingkan. Setelah mengenakan tarif tinggi terhadap baja dan aluminium Eropa pada 2018, kini ia mengancam untuk mengenakan tarif tambahan yang lebih berat terhadap produk-produk Eropa. Trump seakan berkata kepada Uni Eropa, “Kalian sudah kesulitan, tapi bagaimana kalau saya beri sedikit bumbu pedas supaya lebih panas?” Ini jelas seperti pukulan bertubi-tubi.

Bayangkan saja, Eropa yang sudah terpuruk akibat krisis energi harus menghadapi pukulan ekonomi lain dari kebijakan proteksionis Trump. Kebijakan tarif ini bisa memengaruhi industri otomotif, produk pertanian, bahkan teknologi Eropa yang selama ini menjadi unggulan di pasar global. Keputusan tersebut membuat para pelaku industri di Eropa bertanya-tanya, apakah ini yang dinamakan “dilindungi dari ketidakadilan”? Atau justru sebuah upaya memaksakan perekonomian mereka untuk berlutut di bawah kebijakan yang penuh proteksionisme?

Namun, sepertinya ini bukan masalah kecil. Menghadapi kebijakan tarif AS dan krisis energi dari Rusia, Uni Eropa terjebak dalam dilema antara bertahan atau berkompromi. Jika mereka menanggapi kebijakan Trump dengan retaliasi, kita bisa melihat terjadinya perang tarif yang bisa merugikan kedua belah pihak. Tapi, jika mereka diam saja, mereka mungkin harus menerima kenyataan pahit bahwa hubungan dagang internasional kini semakin dipenuhi dengan ketidakpastian. Eropa seakan tak pernah bisa menang dalam permainan ini.

Jika melihat lebih dalam, situasi ini menunjukkan betapa buruknya ketergantungan global pada satu atau dua negara penghasil energi, serta bagaimana kebijakan proteksionis bisa merusak ekonomi internasional yang sudah rapuh. Bagi Uni Eropa, kebergantungan pada pasokan energi Rusia ternyata menjadi bumerang. Sementara itu, ketergantungan mereka pada AS sebagai mitra dagang terbesar kini semakin berisiko dengan kebijakan tarif yang justru membuat Eropa semakin terpojok. Mau ke kiri kena tembok, ke kanan kena batu. Mana bisa selamat?

Bukan hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga politik. Uni Eropa, yang dikenal dengan pendekatan multilateral dan kerja sama internasional, kini dipaksa untuk berhadapan dengan kebijakan unilateral yang tidak memihak pada mereka. Trump, dengan kebijakan “America First“-nya, tampaknya tidak peduli dengan dampak yang ditimbulkan pada mitra-mitranya. Bagi Eropa, ini bukan hanya soal tarif atau energi. Ini soal mempertahankan prinsip, menjaga kestabilan, dan bertahan dalam keadaan terburuk.

Eropa, dalam keadaan terhimpit seperti ini, harus lebih cerdas dalam menghadapi situasi global yang semakin kompleks. Salah satu langkah yang mungkin dapat diambil adalah mempercepat diversifikasi sumber energi dan memperkuat hubungan perdagangan dengan negara-negara non-AS. Meskipun upaya ini memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit, setidaknya Eropa dapat mengurangi ketergantungan yang berpotensi membuat mereka lebih rentan terhadap kebijakan proteksionis dari negara manapun. Tetapi, apakah mereka akan mampu menghadapinya?

Jatuh tertimpa tangga bukanlah gambaran yang berlebihan bagi Uni Eropa. Krisis energi dan kebijakan tarif Trump yang bertubi-tubi hanya memperburuk keadaan. Sementara itu, Eropa harus mencari cara untuk keluar dari cengkraman ketergantungan yang semakin mendalam. Semua ini memberikan gambaran jelas bahwa, dalam dunia perdagangan dan politik internasional, tidak ada yang benar-benar aman. Sepertinya, Uni Eropa sedang belajar bahwa dalam politik global, siapa yang terjepit paling banyak, dialah yang harus siap menerima kejutan berikutnya.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *