Opini
Ukraina Dijual? Trump dan Lelang Kemerdekaan

The Telegraph melaporkan bahwa Presiden AS, Donald Trump, menuntut Ukraina membayar 500 miliar dolar sebagai timbal balik atas bantuan AS. Itu bukan angka kecil. Itu bukan sekadar transaksi ekonomi. Itu adalah cara halus untuk menukar kemerdekaan dengan dolar. Ukraina tidak diminta untuk bernegosiasi, Ukraina diminta untuk tunduk.
Perjanjian yang disebut “Privileged & Confidential” ini lebih mirip surat warisan yang menghibahkan seluruh kekayaan negeri ini ke tangan paman Sam yang tamak. AS mengklaim 50% pendapatan dari eksploitasi sumber daya alam Ukraina, dan sebagai bonus, mereka mendapatkan hak veto atas masa depan ekonomi Ukraina. Terima atau mati kelaparan, begitu intinya.
Kyiv dulu percaya bahwa demokrasi berarti kebebasan memilih, tapi sekarang tahu bahwa itu hanya berlaku bagi mereka yang punya cukup uang untuk membelinya. Amerika tidak datang untuk menyelamatkan, mereka datang untuk memilah-milah tanah Ukraina seperti rampasan perang. Tapi mereka melakukannya dengan jas mahal dan senyum licik.
Zelensky awalnya mengundang AS untuk berinvestasi, berharap dapat membangun tameng ekonomi melawan serangan Rusia. Tapi yang didapat bukan pelindung, melainkan perampok dalam setelan Armani yang siap menancapkan kukunya lebih dalam. Ukraina tidak lagi bernegosiasi dengan sekutu, Ukraina sedang tawar-menawar dengan lintah darat global.
Trump berbicara seolah-olah Ukraina adalah tanah tak bertuan yang bisa dilelang kepada penawar tertinggi. “Mereka mungkin akan menjadi bagian dari Rusia suatu hari nanti,” katanya, seperti seorang pialang saham yang menilai apakah perusahaan ini layak diinvestasikan atau dibiarkan bangkrut. Bagi Trump, Ukraina bukan negara, melainkan properti yang harus memberikan return of investment.
Ukraina bertanya-tanya, kapan sebenarnya perang ini berakhir? Kyiv pikir perang akan berakhir ketika Rusia berhenti menembakkan rudalnya, tetapi kini sadar bahwa ada bentuk penjajahan lain yang tidak membutuhkan tank dan artileri. Cukup dengan selembar dokumen yang ditandatangani di kantor hukum di New York.
Yang lebih menyedihkan, dokumen itu bahkan tidak dirancang oleh pemerintah AS. Itu disusun oleh firma hukum swasta, perantara dari sistem kapitalisme predator yang tidak punya kewarganegaraan kecuali pada neraca keuangan mereka. Mereka tidak peduli siapa yang menang atau kalah, yang penting siapa yang bisa membayar bunga paling tinggi.
Trump dan kawanannya ingin menjadikan Ukraina koloni modern tanpa perlu menurunkan satu pun tentara. Mereka ingin minyak, gas, mineral langka Ukraina. Mereka ingin kendali atas masa depan Ukraina. Dan ketika Kyiv berani mempertanyakan perjanjian ini, mereka akan mengingatkan siapa yang membayar tagihan perang ini. “Jangan lupa siapa yang memberi makan anak-anak kalian.”
Jika ini bukan pemerasan, lalu apa? Jika ini bukan perampokan, lalu apa? Mereka datang dengan bendera kebebasan, tetapi di dalamnya tersembunyi kontrak perbudakan. Ukraina mungkin tidak akan pernah bisa bebas sepenuhnya. Jika Rusia tidak mengambil Ukraina dengan paksa, maka AS akan membeli Ukraina dengan cek kosong.
Kyiv masih ingat ketika mereka mengatakan bahwa Ukraina harus berjuang untuk kedaulatan. Tetapi apa artinya kedaulatan jika setiap sumber daya sudah dijaminkan kepada Washington? Apa artinya kemenangan jika setelah perang usai, Ukraina hanya berpindah tangan dari satu penguasa ke penguasa lainnya?
Trump menyebut ini sebagai investasi. Ukraina menyebutnya sebagai pelelangan nasional. Tapi yang paling menyakitkan adalah Ukraina tidak punya pilihan. Ukraina tidak bisa menolak, karena dunia sudah didesain agar yang miskin selalu bergantung pada belas kasihan yang kaya. Amerika tidak perlu menjajah Ukraina secara militer, mereka hanya perlu memaksa Ukraina menandatangani kontrak.
Ini bukan pertama kalinya sebuah negara dijual kepada kekuatan asing atas nama stabilitas dan kemajuan. Ini hanya bab lain dalam kisah panjang kolonialisme modern, di mana kedaulatan adalah mitos dan kebebasan hanyalah hak istimewa bagi mereka yang bisa membayarnya. Selamat datang di dunia baru, tempat perang dimenangkan bukan dengan peluru, tapi dengan utang dan akuisisi.