Opini
Tujuh Luka di Balik Kegagalan AS di Yaman

Di bawah langit Yaman yang berdebu dan di tengah riak gelombang Laut Merah, Operasi Rough Rider diluncurkan. Amerika Serikat kembali mengerahkan kekuatan militernya dengan ambisi besar: melemahkan kelompok Houthi dan memastikan jalur pelayaran Laut Merah tetap aman. Sejak Maret 2025, rudal Tomahawk dan bom-bom presisi menghujani tanah Yaman. Namun, kelompok Houthi tetap bertahan dan serangan terhadap kapal-kapal masih terus berlanjut. Mengapa negara sebesar AS bisa dibuat kewalahan oleh kelompok bersenjata yang jauh lebih kecil dan terbatas secara teknologi? Pertanyaan ini bukan sekadar soal angka, tetapi tentang bagaimana strategi modern bisa gagal jika tidak memahami medan, budaya, dan psikologi musuh. Dalam tulisan ini, kita akan menelusuri tujuh luka yang mengungkap kelemahan strategi AS—yang sekaligus menjadi pelajaran penting bagi siapa pun yang ingin memahami dinamika konflik asimetris.
- Gagal Mengidentifikasi Pusat Gravitasi Houthi
Amerika Serikat menghabiskan hampir satu miliar dolar untuk Operasi Rough Rider, namun serangan-serangan udara mereka sebagian besar meleset dari sasaran strategis. Dalam teori perang Carl von Clausewitz, kunci kemenangan adalah menyerang “pusat gravitasi” musuh—yakni unsur yang menopang kekuatan mereka. Sayangnya, AS justru lebih banyak menargetkan fasilitas fisik seperti gudang senjata atau pangkalan militer, yang sebagian besar sudah dikosongkan. Padahal, kekuatan sejati Houthi terletak pada ideologi dan dukungan rakyat. Ini mengingatkan kita pada perjuangan bangsa Indonesia dulu: semangat rakyat yang bersatu tak mudah ditaklukkan hanya dengan senjata. Salah membaca kekuatan inti lawan bukan hanya membuang sumber daya, tapi juga bisa memperkuat posisi lawan di mata publik.
- Tantangan Perang Asimetris
Houthi berhasil memanfaatkan kondisi geografis Yaman yang kompleks serta menggunakan peralatan sederhana seperti drone dan rudal rakitan. Dengan biaya jauh lebih rendah, mereka mampu mengimbangi bahkan mengganggu operasi militer negara adidaya. Ini adalah gambaran nyata perang asimetris: pihak yang lemah dari segi konvensional justru bisa unggul karena kelincahan dan adaptabilitasnya. Sementara itu, AS yang mengandalkan teknologi tinggi seperti pesawat B-2 dan satelit pengintai mengalami kesulitan menghadapi taktik gerilya yang lincah dan tidak terduga. Keunggulan teknologi ternyata tidak menjamin kemenangan. Ini pelajaran penting: pemahaman medan dan strategi yang fleksibel kerap lebih menentukan daripada kekuatan senjata.
- Kelemahan Intelijen Operasional
Kekuatan militer sebesar apa pun akan lumpuh tanpa intelijen yang andal. Banyak serangan AS yang gagal karena informasi yang digunakan sudah usang atau tidak relevan. Lokasi peluncur rudal Houthi yang jadi target, ternyata sudah lama ditinggalkan. Kelincahan gerak serta kemampuan Houthi untuk bersembunyi di wilayah pegunungan menjadikan mereka sulit dilacak. Meski AS punya teknologi pengintaian paling canggih di dunia, mereka tetap tertinggal dalam membaca situasi di lapangan. Pejuang Indonesia dahulu juga menggunakan strategi serupa: memanfaatkan geografi untuk bertahan dan menyerang. Houthi melakukan itu dalam versi modern—dan berhasil.
- Krisis Logistik dan Penipisan Sumber Daya
Salah satu dampak nyata dari Operasi Rough Rider adalah tekanan logistik yang semakin besar terhadap militer AS. Ratusan rudal Tomahawk sudah diluncurkan, namun hasilnya tidak sepadan. Komando Indo-Pasifik pun harus meninjau ulang strategi mereka karena stok senjata mulai menipis, padahal kawasan itu sangat strategis dalam menghadapi potensi konflik dengan Tiongkok. Artinya, anggaran militer terbesar di dunia pun tidak menjamin ketersediaan sumber daya yang berkelanjutan. Di sisi lain, Houthi dengan biaya yang jauh lebih kecil justru lebih efisien dan terfokus. Ini mengajarkan bahwa keberhasilan bukan hanya soal anggaran besar, tapi juga soal efektivitas dalam penggunaan sumber daya.
- Gagal Memenangkan Dukungan Rakyat
Strategi kontra-pemberontakan (COIN) mengajarkan bahwa kemenangan tak hanya ditentukan oleh penguasaan wilayah, tetapi juga oleh dukungan rakyat. AS gagal membangun citra positif. Serangan udara yang menimbulkan korban sipil dan kehancuran infrastruktur malah memperkuat citra Houthi sebagai pembela rakyat tertindas. Minimnya upaya AS untuk membangun infrastruktur sipil atau memberi bantuan kemanusiaan membuat operasi militer ini terkesan sebagai agresi semata. Dalam sejarah Indonesia, perjuangan selalu dekat dengan rakyat. Houthi memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat dukungan dalam negeri dan simpati internasional.
- Ketiadaan Koalisi yang Kuat
Berbeda dengan operasi militer AS sebelumnya yang biasanya melibatkan mitra internasional, Operasi Rough Rider nyaris dijalankan sendirian. Tidak adanya dukungan dari sekutu membuat beban semakin berat—baik dari sisi militer, diplomasi, maupun legitimasi politik. Di sisi lain, Houthi mendapat sokongan moral dan logistik dari pihak-pihak di kawasan. Koalisi bukan hanya soal jumlah pasukan, tapi juga soal persepsi global. Seperti semangat gotong royong dalam budaya Indonesia, operasi militer yang tidak dibarengi kerja sama akan kehilangan daya dorong politik dan rawan kritik.
- Tujuan Politik dan Militer yang Kabur
Menurut Clausewitz, perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain. Namun dalam kasus ini, AS tampak kehilangan arah. Tujuannya disebut untuk mengamankan Laut Merah, namun pendekatan militer yang digunakan tak menyentuh akar masalah seperti kemiskinan, instabilitas politik, dan konflik sektarian di Yaman. Gencatan senjata yang dimediasi oleh Oman pada Mei 2025 justru menunjukkan bahwa diplomasi lebih efektif daripada konfrontasi bersenjata. Tanpa tujuan politik yang jelas, kekuatan militer malah menjadi alat yang membingungkan dan kontra produktif. Seperti dalam sejarah Indonesia, diplomasi sering menjadi pintu menuju solusi jangka panjang.
Tujuh luka yang ditinggalkan Operasi Rough Rider—dari salah sasaran hingga kaburnya arah politik—menggambarkan betapa kompleksnya medan perang masa kini. AS memiliki teknologi dan kekuatan luar biasa, namun Houthi justru unggul dalam pemahaman konteks lokal, kelincahan, dan kemampuan membangun narasi. Ini bukan hanya soal siapa menang dan siapa kalah, tapi tentang bagaimana memahami dinamika konflik secara utuh. Bagi kita di Indonesia, ini menjadi pengingat bahwa dalam menghadapi berbagai tantangan bangsa, kekuatan saja tidak cukup. Yang lebih penting adalah kecermatan membaca situasi dan kesediaan untuk belajar dari sejarah.
Daftar Pustaka:
- Reuters. (2025, Mei 13). Houthi ceasefire followed US intel showing militants sought off-ramp. [https://www.reuters.com/world/houthi-ceasefire-followed-us-intel-showing-militants-sought-off-ramp-2025-05-13/](https://www.reuters.com/world/houthi-ceasefire-followed-us-intel-showing-militants-sought-off-ramp-2025-05-13/)
- The Washington Institute. (2025, April 24). Is the Houthi Threat a Checkmate for U.S. Military Logistics?. [https://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/houthi-threat-checkmate-us-military-logistics](https://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/houthi-threat-checkmate-us-military-logistics)
- Israel Hayom. (2025, Mei 13). NYT reveals major failure in Trump’s Houthi campaign. [https://www.israelhayom.com/2025/05/13/nyt-reveals-major-failure-in-trumps-houthi-campaign/](https://www.israelhayom.com/2025/05/13/nyt-reveals-major-failure-in-trumps-houthi-campaign/)
- Congress.gov. (2025, April). Yemen: Conflict, Red Sea Attacks, and U.S. Policy. [https://www.congress.gov/crs-product/IF12581](https://www.congress.gov/crs-product/IF12581)
- The Guardian. (2025, Maret 25). Exploitable flaws: what US adversaries could learn from White House security failure. [https://www.theguardian.com/us-news/2025/mar/25/key-takeaways-us-security-leak-trump-administration](https://www.theguardian.com/us-news/2025/mar/25/key-takeaways-us-security-leak-trump-administration)
- Al Jazeera. (2025, Mei 4). Are Yemen’s non-Houthi groups seeking US support to attack the movement’s territory?. [https://www.aljazeera.com/features/2025/5/4/are-the-houthis-opponents-in-yemen-seeking-us-support](https://www.aljazeera.com/features/2025/5/4/are-the-houthis-opponents-in-yemen-seeking-us-support)
- Amnesty International. (2025, April). Yemen: US abrupt and irresponsible aid cuts put millions at risk. [https://www.amnesty.org/en/latest](https://www.amnesty.org/en/latest)