Connect with us

Opini

Terkait Gaza, Saatnya Ben-Gvir Bangun dari Tidur

Published

on

Itamar Ben-Gvir, mantan Menteri Keamanan Nasional Israel, baru-baru ini mengungkapkan keluhannya kepada media, menyebut Israel telah menjadi “tertawaan Timur Tengah”. Di tengah krisis kemanusiaan di Gaza, Ben-Gvir berpendapat bahwa satu-satunya jalan keluar adalah “kemenangan militer cepat” dan migrasi paksa bagi warga Gaza. Masalahnya, sepertinya Ben-Gvir lupa bahwa tidur panjangnya selama ini menghalangi pandangannya terhadap realitas yang ada.

Sudah 1,5 tahun Israel terjebak dalam spiral kekerasan yang tak kunjung berakhir di Gaza, namun Ben-Gvir berharap segala sesuatunya bisa selesai dalam semalam. Bayangkan, ia percaya bahwa mengusir penduduk Gaza atau menghancurkan Hamas akan membawa kemenangan instan, tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. Mungkin ia perlu sedikit terbangun dari mimpi-mimpinya yang jauh dari kenyataan itu.

Gaza bukanlah masalah yang bisa diselesaikan dengan menekan tombol “reset” seperti game komputer. Setelah bertahun-tahun bergejolak, Ben-Gvir berharap Israel bisa keluar dengan kemenangan cepat, meski hasilnya justru hanya akan memperburuk situasi. Untuknya, perdamaian atau stabilitas tampaknya bukan tujuan. Yang terpenting adalah menambah daftar perlawanan terhadap Hamas, tanpa melihat kenyataan bahwa kekerasan tak pernah membawa kedamaian.

Ben-Gvir merasa bahwa “kemenangan militer cepat” adalah solusi terbaik, tapi entah dia belum menyadari bahwa 1,5 tahun itu bukanlah waktu yang cepat dalam konteks konflik bersenjata yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Bahkan jika dia diberi 15 tahun, sepertinya tak ada yang akan berubah. Mungkin dia perlu mempelajari sedikit tentang sejarah sebelum menyarankan solusi yang mengabaikan realita panjangnya konflik ini.

Dia juga mengusulkan sesuatu yang lebih dramatis: “migrasi sukarela” bagi warga Gaza. Ben-Gvir mengklaim bahwa ini adalah solusi yang bisa “mengubah situasi.” Sungguh ide cemerlang, bukan? Hanya dengan memindahkan 2 juta lebih warga Gaza, masalah Israel dengan Hamas bisa selesai. Tak perlu lagi mikirin diplomasi, hak asasi manusia, atau kestabilan regional. Cukup bikin program migrasi dan semua beres. Atau, mungkin dia cuma ingin membuat Gaza jadi “Riviera Timur Tengah”, seperti yang dibayangkan Trump. Tidur di dunia khayalan!

Sementara Ben-Gvir sibuk membicarakan migrasi, Netanyahu dan sebagian pemerintah Israel lebih berhati-hati dalam merespons tekanan internasional dan ancaman dalam negeri. Tentu saja, menganggap kemanusiaan sebagai beban bukanlah pendekatan yang bijaksana, meskipun Ben-Gvir berpikir sebaliknya. Tapi siapa yang butuh keseimbangan dan diplomasi, bukan? Selama bisa mengusir orang-orang Gaza, semuanya akan baik-baik saja. Ben-Gvir jelas perlu membuka matanya dan mulai melihat bahwa solusinya jauh lebih kompleks.

Tak hanya itu, Ben-Gvir juga mengkritik Netanyahu yang terlalu terpengaruh oleh tekanan internasional. Ben-Gvir mungkin berpikir bahwa pemerintahan yang keras tanpa kompromi adalah pilihan terbaik, tapi dia lupa bahwa dunia telah berubah. Ketika Israel bertindak dengan cara yang semena-mena, ia tak hanya melawan Hamas, tetapi juga seluruh dunia yang memandangnya dengan kecurigaan. Ben-Gvir mungkin harus belajar bahwa dalam diplomasi, kepentingan jangka panjang lebih penting daripada popularitas sesaat.

Lalu ada usulan dari Ben-Gvir yang bahkan lebih absurd: sebuah RUU yang menawarkan insentif finansial bagi warga Gaza yang mau pindah. Kecewa dengan pendekatan yang lebih manusiawi, Ben-Gvir berpikir bahwa memaksa warga Gaza untuk pergi adalah solusi cerdas. Ini bukan hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga memicu ketegangan yang lebih besar. Ben-Gvir hanya perlu bangun dari tidurnya dan sadar bahwa kebijakan ini jauh dari menguntungkan siapa pun.

Mungkin Ben-Gvir sebaiknya bangun dan membuka matanya lebar-lebar. Slogan-slogan populis yang ia usung bisa jadi terdengar menarik, tetapi mereka tak akan menyelesaikan masalah mendalam yang melibatkan Gaza. Untuk mencapai perdamaian yang sejati, Israel harus mengesampingkan kebijakan militer semata dan memikirkan jalan menuju diplomasi dan rekonsiliasi. Ben-Gvir hanya perlu berhenti tidur dan mulai berpikir lebih rasional—dan jangan lupa, dunia sudah berubah sejak 1948.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *