Connect with us

Opini

Terima Kasih Pejuang Al-Qassam, dari Sandera dengan Cinta

Published

on

Ketika Keith Siegel, seorang warga negara Amerika-Israel, dibebaskan dari penahanan Hamas setelah lebih dari 15 bulan, dunia terkejut. Alih-alih cerita tentang penderitaan yang luar biasa, seperti yang sering digambarkan media, Siegel justru menulis surat penuh terima kasih. Ia memuji perlakuan yang baik dari para penjaganya—bukan hanya tentang makanan dan obat-obatan, tetapi juga soal perhatian terhadap kesehatannya. Rasanya seperti iklan obat herbal yang menyarankan kita semua untuk berlibur ke Gaza.

Surat Siegel yang mengungkapkan penghargaan kepada para pejuang Al-Qassam—sebutan bagi kelompok perlawanan yang ditakuti banyak pihak—tentu sangat kontras dengan citra yang biasa dibangun oleh media mainstream. Siapa yang menyangka, sandera yang seharusnya menderita dalam penahanan bisa merasakan kenyamanan di tengah zona perang? Ini lebih mirip cerita fiksi dari genre perang dunia kedua yang tak masuk akal.

Mungkin Hamas sebenarnya sedang menjalankan program kesehatan gratis—dengan standar yang jauh lebih tinggi dari beberapa rumah sakit di negara-negara maju. “Makanan vegetarian tanpa minyak” di Gaza, tampaknya bisa menjadi bahan diskusi yang lebih menarik daripada cerita kelaparan yang sering kita dengar. Dan, tentu saja, jangan lupakan dokter pribadi yang datang saat sandera merasa sakit. Siapa tahu, mereka bahkan bisa membuka cabang rumah sakit di Gaza yang akan mengalahkan reputasi rumah sakit terkemuka dunia.

Namun, surat ini lebih dari sekadar ungkapan terima kasih atas pelayanan kesehatan dan makanan yang disediakan Hamas. Ada kritik terselubung terhadap pemerintah ‘Israel’, yang dianggap gagal melakukan upaya yang memadai untuk negosiasi dan pembebasan para sandera. Bukankah ini semakin memperparah citra buruk negara yang seharusnya melindungi warganya? Dalam surat ini, Siegel seolah mengungkapkan bahwa pemerintah ‘Israel’ lebih memprioritaskan konflik ketimbang kesejahteraan warganya. Dan yang lebih menggelikan, kritik tersebut datang dari seorang sandera yang dibebaskan oleh pihak yang selama ini mereka anggap sebagai musuh utama.

Masyarakat internasional juga tidak dapat mengabaikan kesaksian ini, meskipun beberapa pihak mungkin memilih untuk mengabaikannya demi menjaga narasi yang telah lama dibangun. Ketika seorang sandera yang disandera oleh Hamas mengungkapkan rasa terima kasih kepada para pejuang mereka, apakah kita akan menganggapnya sebagai propaganda belaka? Atau apakah ini hanya kebetulan bahwa Siegel, setelah berbulan-bulan dalam tahanan, merasa perlakuan yang diterimanya lebih manusiawi daripada apa yang ia bayangkan sebelumnya?

Tentu saja, ini adalah pukulan telak bagi banyak pihak yang selama ini menanggapi konflik Gaza dengan pandangan hitam-putih. Pihak yang mendukung ‘Israel’ tentu akan kecewa dan merasa malu, sementara pihak yang mendukung Palestina bisa jadi akan merayakan surat ini sebagai bukti bahwa meskipun Gaza dihantam serangan bertubi-tubi, ada sisi kemanusiaan yang tak bisa disangkal. Mungkin ini saatnya bagi dunia untuk menyadari bahwa kadang-kadang, yang lebih buruk bukanlah pihak yang diangkat sebagai musuh, tetapi justru mereka yang mengklaim menjadi pahlawan.

Sementara itu, bagi para pembaca yang berharap untuk mendengar cerita tentang penderitaan yang lebih dramatis, mereka mungkin merasa kecewa. Alih-alih melihat sandera yang berlutut memohon pembebasan, mereka melihat seorang pria yang mengenang hari-hari penuh perhatian di bawah penjagaan pejuang Hamas. Sepertinya kita semua harus mulai mempertanyakan standar cerita yang selama ini kita percayai. Apakah kebencian dan konfrontasi selalu harus berakhir dengan narasi kekerasan? Bukankah terkadang, kehidupan lebih kompleks dan penuh warna daripada yang kita duga?

Jadi, di tengah hiruk-pikuknya politik internasional dan konflik yang terus berlangsung, surat ini harusnya menjadi pengingat bahwa kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik layar. Kadang-kadang, sisi kemanusiaan bisa muncul di tempat yang tidak kita duga. Terima kasih, Hamas. Terima kasih karena telah memperlihatkan kepada dunia bahwa sandera juga bisa tersenyum, bahkan di tengah pertempuran.

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *