Connect with us

Opini

Tepi Barat: Kolonialisme Modern yang Dibiarkan Dunia

Published

on

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, baru saja mengumumkan sesuatu yang luar biasa. Bukan penemuan vaksin baru, bukan pencapaian sains, bukan pula langkah diplomasi damai. Tidak, ini lebih monumental: Tentara Israel akan tetap bercokol di kamp-kamp pengungsi Palestina di Tepi Barat selama satu tahun penuh! Sebuah gebrakan modern dalam seni mengusir manusia dari tanah leluhurnya dengan metode yang semakin canggih.

Bayangkan, 40.000 warga Palestina dari Jenin, Tulkarem, dan Nur Shams kini kehilangan tempat tinggal, terkatung-katung seperti daun kering yang ditiup angin. UNRWA, satu-satunya lembaga yang masih peduli dengan nasib mereka, juga dipaksa hengkang. Dunia menonton, mengernyitkan dahi, mungkin sambil menyeruput kopi mahal, lalu mengangkat bahu—karena toh ini hanya Palestina, bukan Paris atau New York.

Tepi Barat kini berubah menjadi Gaza versi darat. Tank-tank Israel sudah berbaris, siap menyapa setiap sudut kota yang mereka anggap sarang teroris. Lucunya, siapa pun yang mengusulkan solusi dua negara dianggap naif, sementara yang menyebut tindakan ini sebagai pembersihan etnis dituduh antisemit. Dunia memang tempat yang menakjubkan, di mana penjajah selalu benar, dan yang dijajah harus bersyukur karena masih bernapas.

Ada yang masih ingat Perang Dunia II? Itu adalah masa kelam di mana dunia bersatu melawan kebiadaban, menegakkan keadilan, dan berjanji untuk tidak membiarkan genosida terjadi lagi. Tapi sepertinya janji itu memiliki syarat dan ketentuan: boleh berlaku jika korbannya orang Eropa berkulit putih, tapi tidak relevan jika korbannya adalah rakyat Palestina yang hidup di kamp-kamp kumuh tanpa listrik dan air bersih.

Barat yang katanya penjaga demokrasi dan HAM hanya terdiam. AS tetap setia mengirim miliaran dolar bantuan militer kepada Israel, dengan dalih membela sekutunya di Timur Tengah. Uni Eropa sibuk mengutuk dalam konferensi pers, tapi tetap menandatangani kontrak dagang dengan perusahaan-perusahaan Israel. Sementara PBB? Ah, mereka hanya bisa membuat resolusi yang berakhir di tempat sampah.

Sementara itu, media arus utama dengan lihai memilih diksi yang tepat. Ketika warga Palestina membela diri, itu disebut “serangan teroris.” Ketika tentara Israel menembaki anak-anak di kamp pengungsi, itu disebut “operasi keamanan.” Kata-kata memang alat yang ajaib. Ia bisa mengubah korban menjadi pelaku dan pelaku menjadi pahlawan, cukup dengan sedikit permainan sudut pandang.

Orang-orang bertanya, kapan ini akan berakhir? Jawabannya sederhana: tidak akan pernah, selama dunia tetap berlagak buta. Model kolonialisme abad ke-19 ternyata masih sangat relevan di abad ke-21. Bedanya, kini dilakukan dengan drone canggih, propaganda media, dan dukungan dari negara-negara yang konon menjunjung tinggi kebebasan dan hak asasi manusia.

Palestina adalah laboratorium hidup bagi eksperimen brutal kolonialisme modern. Di Gaza, mereka diuji dengan blokade dan pembantaian massal. Di Tepi Barat, mereka dipaksa mengalami eksodus perlahan-lahan. Apakah ini hanya uji coba sebelum strategi ini diterapkan di tempat lain? Ataukah ini adalah bentuk nyata dari janji suci Zionisme untuk menghapus Palestina dari peta dunia?

Sungguh menakjubkan melihat bagaimana peradaban modern mampu menemukan cara untuk mengulang sejarah dengan metode yang lebih halus. Tak perlu kamp konsentrasi yang terang-terangan, cukup dengan pengusiran sistematis, penghancuran rumah, dan penutupan akses bantuan kemanusiaan. Dunia pun akan mengangguk setuju, karena selama Palestina masih ada, proyek besar Timur Tengah tidak akan sempurna.

Mungkin sudah saatnya kita bertanya: apakah kita benar-benar lepas dari Perang Dunia II dan era kolonialisme? Ataukah kita hanya mengganti musuh, mengubah strategi, dan menyesuaikan narasi agar lebih bisa diterima oleh khalayak? Satu hal yang pasti: Palestina adalah saksi bahwa dunia belum belajar apa-apa dari sejarah, dan kebiadaban masih bisa bersembunyi di balik dalih keamanan nasional.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *