Connect with us

Opini

Suriah Diserbu, Tapi Siapa Peduli?

Published

on

Israeli Army Radio baru saja mengabarkan sesuatu yang sungguh luar biasa. Zionis telah mendirikan sembilan pangkalan militer baru di wilayah Suriah, dari Gunung Hermon hingga Deraa. Sebuah prestasi gemilang bagi demokrasi Timur Tengah! Sungguh menginspirasi bagaimana mereka bisa begitu berani membangun “zona keamanan” di tanah orang lain, dengan alasan mencegah ancaman bagi Israel.

Tentu saja, ini bukan ekspansi ilegal atau pendudukan militer. Ini hanyalah upaya mulia untuk melindungi diri dari musuh imajiner. Lagipula, siapa yang peduli dengan hukum internasional? Aturan-aturan itu hanya berlaku bagi negara lemah, bukan bagi mereka yang memiliki lobi kuat di Washington dan senjata nuklir yang bisa meniadakan moralitas dengan satu tombol.

Dan yang lebih menarik lagi, mereka bahkan menjalin “kerja sama keamanan” dengan Yordania untuk menghadapi “faksi-faksi di selatan Suriah.” Luar biasa! Bayangkan, sebuah negara yang mencaplok tanah tetangganya kini justru menawarkan perlindungan bagi negara lain dari ancaman yang sama. Ini seperti seekor serigala menawarkan jasa perlindungan kepada kawanan domba dari serigala lain.

Tiga brigade tentara zionis kini bercokol di tanah Suriah. Jumlah yang jauh lebih besar dibanding sebelum 7 Oktober 2023. Sebuah kebetulan yang menarik, bukan? Sementara dunia sibuk memperdebatkan konflik di Gaza, zionis justru semakin dalam menancapkan cakarnya di tanah Suriah. Strategi brilian! Selama orang-orang fokus ke satu tempat, rampaslah yang lain.

Namun, ini belum puncak dari kisah tragis yang menakjubkan ini. Rakyat Suriah, entah di mana mereka sekarang. Apakah mereka menyadari tanah mereka sedang dikangkangi? Apakah mereka berencana untuk melawan? Ataukah mereka telah begitu lelah hingga pasrah, membiarkan negerinya dijadikan taman bermain baru bagi rezim pendudukan yang tak pernah puas dengan apa yang telah direbutnya?

Tapi tenang saja, jika rakyat Suriah sendiri tidak peduli, kenapa dunia harus peduli? Dunia memang hobi menutup mata, tapi kali ini tidak perlu bersusah payah untuk berpura-pura peduli. Sebab diamnya rakyat Suriah akan dianggap sebagai restu. Jika pemilik rumah tidak mengusir maling, maka orang lain pun akan menganggap maling itu sebagai tamu.

Lihatlah para pemimpin dunia, mereka sibuk dengan hal yang lebih penting. Presiden Amerika sedang mengatur ulang bantuan militer untuk sekutunya yang selalu kekurangan rudal. Para pemimpin Eropa sedang sibuk mengutuk Rusia di satu sisi, dan menggelontorkan dukungan penuh kepada zionis di sisi lain. Organisasi internasional? Ah, mereka sedang sibuk membuat resolusi yang akan diabaikan oleh semua orang.

Jangan lupakan negara-negara Arab. Beberapa sudah melompat ke pelukan zionis melalui normalisasi. Yang lain sedang sibuk membungkam rakyatnya sendiri agar tidak terlalu banyak bertanya soal Palestina, apalagi soal Suriah. Lagi pula, jika pemimpin mereka nyaman dengan perjamuan di Tel Aviv, kenapa harus repot-repot memikirkan tanah yang sedang dijarah?

Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok yang dulunya bagian dari Al-Qaeda, kini memerintah Suriah pasca tumbangnya Bashar al-Assad. Dan apa yang mereka lakukan? Bekerja sama dengan zionis! Menarik sekali, bagaimana musuh bebuyutan di masa lalu kini bisa menjadi mitra dalam menciptakan stabilitas. Ternyata, kepentingan lebih penting daripada ideologi. Tentu saja, selama zionis tidak mengganggu mereka, mengapa harus berkonflik?

Dan rakyat Suriah, oh rakyat Suriah, apa yang akan kalian lakukan? Akan diam dan membiarkan zionis mengukir batas baru di tanah kalian? Atau akan menunggu mukjizat datang dari langit? Sebab jika kalian tidak berbicara, tidak ada yang akan peduli. Bahkan mereka yang selama ini disebut sebagai sekutu pun hanya akan bergerak jika ada yang benar-benar berteriak meminta pertolongan.

Jadi inilah realitas baru yang harus diterima. Zionis bisa masuk, mendirikan pangkalan, menggambar ulang peta, dan dunia hanya akan mengangkat bahu. Karena, seperti biasa, selama mereka yang melakukannya adalah pihak yang dilindungi oleh hegemoni global, semua itu hanyalah urusan kecil yang tak perlu dikhawatirkan. Selamat datang di era baru, di mana yang kuat semakin leluasa, dan yang lemah semakin tidak terlihat.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *