Connect with us

Opini

Suriah Damai, Katanya…

Published

on

Suriah, negeri yang katanya sedang menuju perdamaian, ternyata lebih mirip panggung sandiwara dengan aktor-aktor yang lihai memanipulasi naskah demi mempertahankan peran mereka. The Kurdish-led Syrian Democratic Forces (SDF) mengumumkan kesepakatan penting untuk meningkatkan stabilitas. Tapi di balik layar, rudal tetap melesat, peluru tetap berdesing, dan jenazah tetap bergelimpangan. Perdamaian? Atau hanya ilusi yang diciptakan demi kepentingan politik dan ambisi kelompok tertentu?

Kesepakatan antara SDF, Dewan Demokratik Suriah (SDC), dan Administrasi Otonom Suriah Timur Laut (AANES) diklaim sebagai langkah awal menuju integrasi dengan pemerintahan baru di Damaskus. Namun, siapa yang bisa percaya ketika di waktu yang sama, SDF justru menghancurkan kendaraan milik tentara bayaran Al-Julani di Manbij? Perdamaian seharusnya tidak memiliki versi yang berbeda-beda tergantung siapa yang bertanya. Tapi di Suriah, konsep perdamaian lebih fleksibel daripada prinsip politik para pemimpinnya.

Sementara itu, Abdullah Ocalan, pendiri Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang telah dipenjara sejak 1999, dikabarkan tengah menggarap rencana perdamaian antara PKK dan Turki. Sungguh ironis, mengingat Turki bersumpah membasmi PKK dan afiliasi Suriahnya, Unit Perlindungan Rakyat (YPG), dengan segala cara. Turki yang selama ini menggandeng kelompok ekstremis, kini berbisik soal perdamaian dengan musuh bebuyutannya? Ini bukan negosiasi, ini hipokrisi tingkat tinggi.

Namun, sandiwara ini tidak berhenti di meja perundingan. Di jalanan Suriah, realitasnya tetap kejam. Seorang gadis Alawite bernama Hala Salama hampir diculik dan disiksa hanya karena identitas sektariannya. Dia beruntung bisa melarikan diri, tapi berapa banyak yang tidak seberuntung dia? Jika ini adalah perdamaian, maka mungkin definisi kata itu perlu diubah dalam kamus.

Lebih menarik lagi, rekaman suaranya menunjukkan bahwa dia mungkin disekap di kantor polisi yang telah dikuasai oleh geng Al-Julani. Jadi, siapa sebenarnya yang mengendalikan keamanan di negeri ini? Para pejuang kemerdekaan? Tentara bayaran? Atau mereka yang memiliki cukup uang dan senjata untuk membeli loyalitas siapa pun yang tersedia?

Lalu ada laporan bahwa nasionalis Turki menawarkan pembebasan Ocalan jika dia mau mencabut militansi PKK. Sejak kapan Turki, yang terkenal tak punya belas kasihan terhadap lawan politiknya, tiba-tiba berubah menjadi pihak yang berbelas kasih? Apakah ini awal dari perdamaian atau hanya sekadar jeda sebelum pertumpahan darah berikutnya?

Di sisi lain, pertempuran masih berkecamuk antara SDF dan Tentara Nasional Suriah (SNA), proxy Turki yang penuh dengan mantan jihadis dan ekstremis. Pesawat tempur Turki masih menjatuhkan bom ke wilayah yang dikuasai Kurdi, dan angka kematian terus bertambah. Lalu, bagaimana kita bisa menyebut ini sebagai jalan menuju perdamaian?

Setiap perjanjian yang diumumkan di Suriah tampaknya harus dibubuhi darah agar dianggap sah. Setiap deklarasi gencatan senjata hanya bertahan sampai pihak yang lebih kuat memutuskan bahwa saatnya menyerang lagi. Perdamaian di Suriah bukanlah janji suci, melainkan permainan politik di mana yang lemah akan selalu menjadi korban.

Jadi, masihkah kita percaya bahwa Suriah sedang menuju perdamaian? Ataukah ini hanya permainan kata yang digunakan untuk menenangkan publik sementara kepentingan-kepentingan tertentu terus beroperasi di balik layar? Perdamaian sejati seharusnya tidak memerlukan darah yang mengalir sebagai tanda tangannya. Namun di Suriah, setiap perjanjian tampaknya harus disertai dengan dentuman bom dan jeritan para korban.

 

 

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *