Connect with us

Opini

Spanyol Berdansa di Atas Abu Gaza

Published

on

Lebih dari 60.000 suku cadang senjata telah dikirim ke Israel melalui Bandara Zaragoza di Spanyol sejak Oktober 2023, menurut investigasi beberapa organisasi internasional. Fakta ini sungguh mengejutkan, bukan? Tentu saja tidak. Ini hanya satu lagi episode dari drama panjang yang dikenal sebagai “Kemunafikan Internasional.” Madrid, yang empat bulan lalu mengumumkan embargo senjata ke zionis, kini tampak sangat sibuk mengedipkan mata kepada Washington dan Tel Aviv.

Dengan ekspresi wajah penuh ketulusan, pejabat Madrid bersumpah di hadapan dunia bahwa mereka tidak mengizinkan pengiriman senjata ke Israel. Tapi kenyataannya, senjata tetap melenggang mulus melewati bandara mereka, mungkin bahkan dengan iringan musik flamenco. Lalu, ketika ketahuan, mereka mengangkat bahu seolah-olah baru saja mendengar lelucon basi tentang korupsi politik.

Jangan lupa, ini bukan pertama kalinya Spanyol kepergok bermain dua kaki. Pada Desember lalu, Washington mengirim lebih dari seribu ton amunisi ke Israel melalui pangkalan angkatan laut AS di Spanyol. Itu seperti seorang ayah yang berkata pada anaknya agar tidak merokok, lalu menyelipkan sebatang rokok ke kantong bajunya. Ah, indahnya dunia diplomasi.

Podemos, partai sayap kiri Spanyol, tampaknya menjadi satu-satunya pihak yang masih berpura-pura kaget dengan fakta ini. Mereka menuntut pemerintah berhenti berbohong dan benar-benar menerapkan embargo senjata. Ironisnya, tuntutan ini seperti menyuruh pedagang narkoba untuk berhenti berjualan hanya karena tetangganya mulai curiga. Sementara itu, Uni Eropa mungkin sedang sibuk menulis kecaman lunak yang akan dibaca oleh lima orang sebelum masuk tong sampah.

UN Special Rapporteur Francesca Albanese bahkan sampai harus memohon agar Spanyol menghentikan pengiriman senjata ke zionis. Memohon, ya. Seperti mengingatkan seorang pencuri agar tidak mengambil dompet yang sudah ada di tangannya. Ini bukan lagi soal diplomasi, ini sudah menjadi pertunjukan teater absurd di mana para aktor pura-pura bingung padahal mereka sendiri yang menulis skenarionya.

Zaragoza kini bukan hanya sekadar bandara biasa. Ia telah menjadi panggung bagi hipokrisi global, di mana pesawat-pesawat kargo terbang membawa kematian, sementara para pejabat Spanyol bersumpah atas nama demokrasi dan hak asasi manusia. Tentu, demokrasi hanya berlaku selama kepentingan sekutu mereka tetap terjaga. Hak asasi manusia? Itu hanya berlaku bagi mereka yang berkulit putih dan berbahasa Inggris.

Sementara itu, Gaza terus dibombardir, anak-anak Palestina dikubur di bawah reruntuhan, dan dunia hanya mampu menatap dengan ekspresi yang entah lebih mirip iba atau bosan. Mungkin yang paling jujur di antara mereka adalah para pedagang senjata. Setidaknya mereka tidak pernah berpura-pura peduli. Mereka tahu uang tidak memiliki moral, dan kematian hanya statistik dalam laporan keuangan.

Jika Spanyol benar-benar ingin menunjukkan bahwa mereka berada di pihak yang benar, mereka hanya perlu melakukan satu hal sederhana: berhenti mengirim senjata. Tapi tentu saja itu sulit. Amerika Serikat masih merupakan majikan yang baik, dan Spanyol tidak ingin kehilangan gajinya. Lagi pula, siapa yang mau menanggung risiko kehilangan hubungan mesra dengan negara yang paling gemar bermain perang?

Pada akhirnya, laporan ini hanya akan menjadi satu dari banyak skandal yang perlahan-lahan tenggelam dalam lautan berita lain. Dunia akan berpindah ke isu berikutnya, para pejabat akan mengatur ulang senyum palsu mereka, dan pesawat-pesawat kargo akan terus berangkat dari Zaragoza. Gaza akan tetap membara, sementara Spanyol akan terus berdansa di atas abu. Seperti biasa, kemanusiaan hanya menjadi kata yang bagus dalam pidato.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *