Sinwar Masih Hidup?

Di tengah gempuran besar-besaran terhadap Gaza, kabar tentang gugurnya Yahya Sinwar, pemimpin Hamas, sempat mengguncang dunia. Namun, laporan terbaru dari Wall Street Journal dan pernyataan Abu Obeida menunjukkan bahwa semangat dan perjuangan Hamas tetap membara, seolah Sinwar masih hidup melalui regenerasi yang tangguh.

Saudara Yahya Sinwar yang bernama Mohammed Sinwar, dijuluki “Shadow,” kini memegang kendali untuk memperkuat Hamas. Kehadirannya membuktikan bahwa perlawanan ini bukanlah soal satu individu, tetapi tentang sebuah gerakan yang mampu beradaptasi dan melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Bahkan, ia berperan di balik layar dengan strategi yang membuat intelijen Israel kesulitan melacaknya.

Dukung Vichara dengan berdonasi 💛

Meski mengalami kerugian besar, perlawanan Hamas terus menunjukkan keberhasilan di medan perang. Dalam 100 hari terakhir, Brigade al-Qassam berhasil memberikan kerugian signifikan bagi militer Israel. Serangan-serangan terhadap pasukan pendudukan menunjukkan bahwa upaya untuk menghancurkan Hamas sejauh ini tidak berhasil, meski dengan intensitas perang yang masif.

Laporan Wall Street Journal menyoroti bahwa Hamas sedang dalam proses restrukturisasi yang kuat. Rekrutmen baru dan kemampuan memanfaatkan situasi medan perang telah memberikan Hamas kekuatan tambahan. Bahkan, bom-bom improvisasi dari sisa-sisa serangan Israel kini menjadi senjata baru bagi para pejuang di Gaza. Hal ini menunjukkan daya tahan luar biasa dari gerakan tersebut.

Kritik internal terhadap strategi militer Israel juga memperkuat narasi ini. Tokoh seperti Yair Golan menyebut perang ini sebagai kegagalan yang hanya membawa kehancuran. Bahkan, media Israel sendiri mengakui bahwa Hamas mampu memanfaatkan taktik keluar-masuk pasukan Israel untuk memasang jebakan yang mematikan. Ini menunjukkan kebijakan militer Israel sedang berada dalam krisis.

Mohammed Sinwar bukan hanya pengganti kakaknya tetapi simbol regenerasi dalam perjuangan Hamas. Dengan sedikit informasi yang dimiliki oleh intelijen Israel tentang dirinya, ia menjadi sosok yang lebih sulit diprediksi. Julukan “Shadow” mencerminkan perannya yang misterius namun sangat efektif dalam memimpin perlawanan.

Semangat perlawanan ini juga terlihat dari laporan yang menyebutkan bahwa Hamas berhasil merekrut ratusan, bahkan ribuan, anggota baru. Serangan terhadap pasukan Israel, seperti di Beit Hanoun dan Jabalia, menjadi bukti nyata bahwa mereka tetap tangguh di medan perang. Perlawanan ini tidak hanya bertahan tetapi juga terus berkembang di bawah tekanan yang ekstrem.

Dalam konteks ini, frasa “Sinwar masih hidup” menjadi simbol keberlanjutan perjuangan. Mohammed Sinwar mewarisi semangat kakaknya untuk melanjutkan perlawanan terhadap pendudukan. Ini bukan sekadar soal figur tetapi sebuah gerakan kolektif yang mengakar kuat di tengah rakyat Gaza. Sinwar “bangkit” melalui regenerasi.

Pernyataan Abu Obeida menegaskan bahwa militer Israel gagal mencapai tujuan utama mereka meski telah menghancurkan infrastruktur Gaza. Hamas tetap berdiri kokoh, bahkan semakin terorganisasi. Dengan kemampuan beradaptasi yang luar biasa, mereka tidak hanya bertahan tetapi juga melawan balik dengan cara yang tak terduga.

Laporan tambahan juga menyoroti bahwa strategi militer Israel membawa korban yang sia-sia. Kematian puluhan tentara Israel dalam operasi tiga bulan terakhir menunjukkan betapa mahalnya harga yang harus dibayar tanpa hasil yang jelas. Hal ini hanya memperkuat argumen bahwa Hamas tetap tangguh, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.

Pada akhirnya, regenerasi dalam Hamas menunjukkan bahwa perlawanan bukan hanya soal individu tetapi sebuah sistem yang mampu bertahan dan berkembang. Kehadiran Mohammed Sinwar sebagai “Sinwar Baru” adalah bukti nyata bahwa perjuangan ini tidak akan berhenti. Sinwar memang gugur, tetapi semangat dan visinya tetap hidup melalui para penerusnya.