Connect with us

Opini

Siapa Target HTS Setelah Suriah?

Published

on

Oleh: Lutfi Awaludin Basori

Setelah lebih dari sepuluh tahun pertempuran yang melelahkan, Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) kini menguasai wilayah besar di Suriah, dengan berbagai area yang dulunya berada di bawah kontrol kelompok lain, seperti kelompok oposisi yang beragam. Namun, meskipun Suriah telah menjadi medan utama mereka, tidak dapat dipungkiri bahwa negara ini bukanlah tujuan akhir HTS. Dengan berbagai faktor yang memengaruhi keputusan mereka, HTS cenderung akan memperluas pengaruhnya ke negara-negara yang rentan terhadap ketidakstabilan lebih lanjut, seperti Irak.

Irak menjadi salah satu negara yang berpotensi menjadi target ekspansi berikutnya bagi HTS. Situasi geopolitik yang penuh ketegangan di Irak, ditambah dengan ketidakstabilan yang berlarut-larut pasca invasi internasional dan perang saudara, memberikan peluang bagi kelompok seperti HTS untuk memperkuat pengaruh mereka. Irak, dengan posisi strategisnya di jantung Timur Tengah, memiliki akses ke sumber daya dan jalur logistik yang penting, yang dapat memperkuat posisi HTS dalam konflik yang lebih luas di kawasan.

Irak menghadapi sejumlah tantangan internal, mulai dari ketegangan politik hingga ketidakpuasan sebagian besar kelompok yang merasa terpinggirkan. Ketegangan ini, ditambah dengan pengaruh besar dari aktor eksternal, memungkinkan HTS untuk memanfaatkan celah yang ada untuk memperluas pengaruh mereka. Dengan situasi yang semakin tidak menentu di Irak, HTS bisa memanfaatkan ketidakstabilan politik dan militer untuk mendapatkan basis kekuatan yang lebih besar.

Namun, meskipun Irak menjadi fokus utama ekspansi HTS, negara lain seperti Lebanon tidak begitu menarik bagi kelompok ini. Meskipun Lebanon juga memiliki ketegangan politik yang signifikan, negara ini relatif lebih stabil dibandingkan dengan Irak. Di Lebanon, kekuatan politik utama sudah jelas terpusat pada kelompok yang sangat terorganisir, dan kekuatan militer yang lebih besar seperti Hizbullah sangat dominan. HTS mungkin melihat bahwa melibatkan diri di Lebanon akan lebih membawa kerugian daripada keuntungan, mengingat tantangan berat yang harus dihadapi.

Selain itu, meskipun HTS sering mengungkapkan retorika anti-Israel dalam ideologi mereka, kenyataannya kelompok ini tidak mengambil langkah konkret untuk menentang Israel. Dalam kenyataannya, HTS tak pernah benar-benar memusuhi Israel seperti yang mereka klaim dalam ideologi mereka. Meskipun mereka menyebutkan penentangan terhadap negara tersebut, bukti dari kebijakan dan tindakan mereka menunjukkan bahwa perlawanan terhadap Israel bukanlah prioritas utama mereka. Ketika Suriah, yang berbatasan langsung dengan Israel, diinvasi oleh pasukan Israel, HTS tidak melakukan perlawanan, bahkan terlihat seolah memberikan jalan bagi Israel untuk memasuki Damaskus.

Tindakan ini menunjukkan bahwa bagi HTS, mempertahankan kontrol wilayah di Suriah dan mengembangkan pengaruh lokal jauh lebih penting daripada terlibat dalam konflik langsung dengan Israel. Keputusan ini juga menunjukkan adanya pragmatisme dalam kebijakan mereka, yang lebih mengutamakan perolehan kekuasaan dan stabilitas internal, daripada terlibat dalam pertempuran besar dengan kekuatan internasional seperti Israel. Bagi HTS, fokus utama mereka adalah mempertahankan dan memperluas wilayah yang mereka kuasai, bukan terlibat dalam perang dengan negara yang mereka klaim sebagai musuh, yang bisa memperburuk situasi geopolitik mereka.

Menghadapi Israel secara langsung akan membawa konsekuensi internasional yang sangat besar, yang mungkin lebih menguntungkan bagi negara-negara besar dan kekuatan internasional yang memiliki kepentingan di kawasan tersebut. Oleh karena itu, HTS lebih memilih untuk memperluas pengaruh mereka di wilayah yang lebih lemah dan terpecah, di mana mereka bisa lebih mudah mendapatkan dukungan lokal dan memperkuat posisi mereka secara bertahap.

Sebagai kesimpulan, meskipun ideologi HTS mencakup penentangan terhadap Israel, kenyataannya kelompok ini tak pernah benar-benar memusuhi Israel, malah lebih berfokus pada penguasaan wilayah yang lebih rawan ketidakstabilan, seperti Irak, untuk memperkuat kekuatan mereka di kawasan Timur Tengah. Setelah menyelesaikan sebagian besar perjuangan mereka di Suriah, HTS tampaknya akan memanfaatkan kesempatan di Irak, yang saat ini sedang berjuang dengan ketegangan internal dan pengaruh luar. HTS mungkin melihat ini sebagai peluang strategis untuk memperluas pengaruh mereka, tanpa langsung terlibat dalam konflik besar dengan negara-negara besar seperti Israel.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *