Opini
Serangan ke Makam Sayyida Zainab: Propaganda atau Fakta?

Ketika berita gempar terkait keamanan Suriah menggagalkan serangan teror ke Makam Sayyida Zainab merebak, dari layar televisi sampai aplikasi media sosial, kita mendengar klaim dari pemerintah de facto Suriah bahwa mereka baru saja menggagalkan rencana serangan terhadap Makam Sayyida Zainab. Wah, luar biasa. Ada terorisme yang bisa dicegah, dan itu langsung dipublikasikan dengan sangat dramatis. Namun, tunggu dulu, jangan terlalu cepat percaya. Cobalah sedikit berhenti untuk berpikir: apakah semua ini benar-benar fakta? Atau justru hanya propaganda cerdas dari pihak yang ingin menambah kesan heroik?
Kita tidak bisa begitu saja menyebutnya “berita.” Sebagai seorang pembaca yang penuh rasa ingin tahu, saya menyarankan untuk memeriksa lebih lanjut apa yang sesungguhnya terjadi di balik laporan tersebut. Karim Franceschi, seorang veteran dari pasukan Kurdi YPG yang terlibat dalam pertempuran di Kobane melawan ISIS, memberikan sejumlah alasan yang membuat kita perlu menaruh keraguan terhadap klaim pemerintah Suriah. Menurutnya, metode serangan ISIS sebelumnya ke Makam Sayyida Zainab menggunakan kendaraan yang diparkir atau motor untuk menanamkan bom. Jadi, apakah tiba-tiba ISIS berubah menjadi lebih canggih dengan cara meletakkan ranjau anti-tank yang jelas-jelas tidak cocok untuk tujuan itu? Agak aneh, bukan? Bukankah mereka lebih sering melancarkan bom bunuh diri?
Franceschi juga mencatat kejanggalan lainnya. Ranjau anti-tank TM-57 yang diklaim digunakan dalam rencana serangan tersebut ternyata dilengkapi dengan alat peledak yang tidak sesuai. Alih-alih menggunakan sistem peledak yang tepat, ranjau tersebut malah menggunakan rangkaian kabel dan pemicu yang lebih cocok untuk rompi bunuh diri. Bukankah itu sangat mencurigakan? Apakah mungkin ISIS, yang dikenal memiliki keahlian dalam bahan peledak, akan membuat kesalahan sebesar ini? Tentu saja tidak. Ini lebih terlihat seperti rekayasa yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu, bukan sebuah rencana serangan yang sungguhan.
Namun, saya rasa kita perlu melihat gambaran yang lebih besar di sini. Mengapa pemerintah de facto Suriah begitu bersemangat untuk memberi tahu dunia bahwa mereka baru saja menggagalkan sebuah plot teror yang mengancam salah satu situs paling suci bagi umat Islam – terutama Muslim Syiah? Apakah ini hanya sekadar kebetulan, atau mungkin ada maksud lain di baliknya? Jangan-jangan ini hanya bagian dari kampanye PR Ahmed al-Sharaa alias Abu Mohammed al-Julani untuk memperlihatkan bahwa pemerintah Suriah masih mampu melindungi rakyatnya, terutama minoritas Syiah, dari ancaman yang konon datang dari ISIS atau kelompok-kelompok militan lainnya. Seorang pejabat intelijen Suriah bahkan mengungkapkan bahwa klaim ini bertujuan untuk melindungi “semua spektrum” masyarakat Suriah. Sepertinya, mereka lebih khawatir tentang citra daripada ancaman nyata.
Lalu ada pertanyaan yang lebih besar: apakah kita harus langsung menerima klaim ini begitu saja, hanya karena datang dari media negara yang dikelola oleh pemerintah de facto Suriah? Tentu saja tidak. Jika kita sedikit lebih jeli, kita bisa melihat bahwa propaganda ini sangat mirip dengan taktik yang sering digunakan dalam politik—menciptakan cerita besar, memberikan rasa aman, dan mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih serius. Hal ini lebih mirip dengan sebuah strategi PR yang disusun rapi daripada sebuah laporan yang berlandaskan fakta. Pemerintah Suriah tentu tahu bahwa dunia akan memperhatikan setiap berita yang berhubungan dengan ancaman terhadap Makam Sayyida Zainab, yang memiliki makna besar bagi Muslim Syiah. Jadi, mengapa tidak memanfaatkan peluang ini untuk menciptakan narasi baru yang memperlihatkan mereka sebagai pelindung umat?
Jadi, saat kita merenungkan kembali berita yang disebarkan oleh pemerintah de facto Suriah ini, kita tidak bisa begitu saja menerima klaim mereka tanpa mempertanyakan dan mengkritisinya. Dari ketidakcocokan teknik peledakan hingga motif di balik laporan tersebut, semuanya mengarah pada satu kesimpulan yang sulit ditutupi: ini adalah propaganda, bukan fakta. Dan seperti biasa, media mainstream yang berada di bawah kendali pemerintah Suriah memompa narasi ini ke seluruh dunia. Mungkin kita harus lebih cerdas dan tidak terjebak dalam permainan politik yang terus-menerus berputar ini. Bukan tidak mungkin, apa yang kita lihat sebagai “fakta” hari ini, adalah hasil dari penciptaan cerita untuk kepentingan tertentu.
Dengan bukti yang disampaikan oleh Karim Franceschi dan bukti-bukti lainnya, jelas bahwa ada lebih banyak hal yang perlu dipertanyakan. Serangan terhadap Makam Sayyida Zainab, yang seharusnya menjadi tragedi besar, malah berubah menjadi permainan PR yang kotor. Jadi, mari kita berpikir lebih kritis. Apakah kita hanya akan terus menjadi penonton dalam drama propaganda ini, atau kita akan memutuskan untuk mengungkap kebenaran yang tersembunyi di baliknya?