Opini
Saudi dan Investasi Pemukiman Ilegal: Pengkhianatan Palestina?

Dalam dunia geopolitik, kata-kata sering kali berbicara lebih keras daripada tindakan. Namun, ada kalanya tindakan itu sendiri lebih terang benderang daripada kata-kata yang bertele-tele. Salah satu contohnya bisa ditemukan dalam laporan Bloomberg yang mengungkapkan keterlibatan Saudi melalui Affinity Partners—perusahaan yang didanai oleh Putra Mahkota Saudi—dalam proyek pemukiman ilegal Israel di Palestina dan Suriah. Apa yang kita hadapi di sini? Apakah ini sebuah dukungan eksplisit atau sekadar kebijakan yang mengabaikan prinsip-prinsip internasional demi kepentingan ekonomi?
Mari kita renungkan sejenak: Saudi, sebagai negara besar dengan pengaruh kuat di dunia Arab dan Islam, mendukung sebuah perusahaan yang berinvestasi dalam Phoenix Financial. Perusahaan ini, dengan bangga, mendanai dan membiayai pembangunan pemukiman ilegal Israel di wilayah yang diduduki—termasuk Tepi Barat Palestina dan Dataran Tinggi Golan Suriah. Adakah di sana nuansa dukungan terhadap pendudukan? Mungkin itu hanya kebetulan, ya?
Tak perlu menunggu pernyataan resmi dari pemerintah Saudi yang biasanya tertutup rapat tentang topik sensitif seperti ini. Tindakan itu sendiri lebih banyak berbicara. Di dunia internasional, sangat sedikit negara yang berani terang-terangan mendukung pendudukan wilayah yang jelas melanggar hukum internasional. Namun, dengan mendukung proyek pemukiman ilegal, Saudi tampaknya memilih untuk diam dan mengalihkan pandangannya. Ini tidak hanya bertentangan dengan prinsip keadilan, tetapi juga merusak kepercayaan internasional terhadap negara-negara Arab.
Bukankah ini ironis? Negara-negara Arab selama ini disorot sebagai pihak yang paling vokal dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Pidato-pidato penuh semangat, rapat-rapat darurat, dan resolusi yang disahkan di Dewan Keamanan PBB—semua itu hanyalah simbolik jika diikuti dengan tindakan yang justru memperpanjang penderitaan Palestina. Jika Saudi tidak langsung mendukung pendudukan Israel, bagaimana kita harus melihat investasi yang mereka dorong ke dalam perusahaan yang secara langsung terlibat dalam proyek-proyek yang melanggar hak-hak rakyat Palestina?
Apakah benar Saudi mengabaikan nilai-nilai yang mereka klaim mereka perjuangkan? Dalam laporan tersebut, terlihat jelas bahwa Jared Kushner, menantu Presiden AS yang terlibat dalam normalisasi hubungan Arab-Israel melalui Abraham Accords, mendapat sokongan dana dari Saudi. Sungguh aneh, bukan? Sementara itu, rakyat Palestina terus berjuang untuk hak dasar mereka: kebebasan, tanah air, dan keadilan. Namun, di balik dukungan finansial Saudi untuk proyek-proyek Israel, seolah tidak ada batasan moral yang harus diikuti.
Dampaknya, bukan hanya dirasakan di Saudi, tetapi juga mengguncang stabilitas kawasan. Negara-negara Arab kini harus berhadapan dengan dilema besar: apakah mereka akan mengikuti langkah pragmatis Saudi dan mencari keuntungan melalui hubungan dengan Israel, atau tetap berpegang teguh pada solidaritas dengan Palestina? Ketika Saudi mendukung pemukiman ilegal Israel, negara-negara Arab yang lain, yang selama ini bergantung pada solidaritas dengan Palestina, bisa saja merasa terpojok. Solidaritas yang dulu mereka banggakan kini terasa lebih seperti sebuah retorika kosong.
Bagi Palestina, dampak dari sikap Saudi ini lebih dari sekadar sebuah simbol. Dalam perjuangan yang sudah berlangsung puluhan tahun untuk kemerdekaan, rakyat Palestina kini melihat sekutu mereka, negara-negara besar dunia Arab, semakin menjauh dari prinsip-prinsip yang mereka perjuangkan. Ketika Saudi mendukung proyek-proyek yang memperburuk posisi Palestina, itu bukan hanya kehilangan kesempatan untuk memperjuangkan hak-hak mereka, tetapi juga penurunan solidaritas yang sangat dibutuhkan. Rakyat Palestina kini bisa merasa lebih terisolasi, karena dukungan yang selama ini mereka harapkan datang dari negara-negara Arab seakan memudar.
Lebih buruk lagi, langkah ini dapat memperburuk hubungan di kawasan. Negara-negara Arab yang selama ini memperjuangkan Palestina kini harus berhadapan dengan kenyataan bahwa Saudi, negara dengan pengaruh besar, justru memberikan sokongan finansial pada proyek-proyek Israel. Hal ini bisa memperburuk ketegangan dalam hubungan internal negara-negara Arab, memperlemah aliansi yang telah terjalin, dan menciptakan lebih banyak pertanyaan tentang komitmen negara-negara besar Arab terhadap Palestina.
Jadi, apakah kita harus menunggu pernyataan resmi Saudi yang mengakui dukungan mereka terhadap pendudukan Israel? Tentu tidak. Tindakan mereka sudah cukup jelas. Dukungan terhadap proyek-proyek yang memperpanjang pendudukan Israel adalah bentuk dukungan yang tidak terucapkan. Tak perlu menunggu pernyataan yang ragu-ragu. Tindakan sudah menunjukkan segalanya: Saudi mendukung, meskipun mereka tidak mengatakannya secara terbuka.
Apa yang kita saksikan adalah sebuah paradoks besar: di satu sisi, Saudi terus berkoar tentang dukungannya terhadap Palestina, sementara di sisi lain, mereka mendanai proyek-proyek yang menguntungkan Israel. Ini adalah pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina yang tak terucapkan dalam bentuk kata-kata, tetapi tercermin dalam setiap investasi dan langkah diplomatik yang mereka ambil. Dunia mungkin hanya bisa terdiam dan menyaksikan kebohongan ini terungkap, satu investasi demi satu investasi.