Connect with us

Opini

Rakyat Israel Akui ‘Kekalahan’ dalam Perang Gaza

Published

on

Warga Israel akhirnya bersuara. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Lazar Research, yang dipublikasikan oleh Maariv pada 18 Januari, hanya delapan persen dari mereka yang percaya pemerintah Israel telah sepenuhnya mencapai tujuannya di Gaza. Selebihnya, banyak yang merasa bahwa perang ini tidak hanya gagal mencapai sasaran, tapi juga berujung pada kehancuran lebih jauh. Bukankah ini pengakuan terselubung atas kekalahan?

Bayangkan, dengan 45 persen responden yang menganggap pemerintah hanya sebagian berhasil, serta 36 persen yang merasa tujuan mereka sama sekali tidak tercapai, rakyat Israel sudah tidak bisa lagi menutupi kenyataan pahit. Mereka telah melihat bagaimana Hamas terus bertahan dan menyerang, membuktikan bahwa impian Israel untuk menghancurkan kelompok tersebut hanyalah khayalan belaka. Jadi, siapa yang sebenarnya kalah?

Pemerintah Israel mungkin tetap bersikeras tentang kemenangan mereka, meski kenyataan di lapangan berkata lain. Mereka terus mengklaim bahwa tujuan mereka adalah menghancurkan Hamas dan membawa pulang semua sandera, namun faktanya Hamas terus melancarkan serangan, bahkan meraih kemenangan simbolis dengan menewaskan tentara Israel. Lantas, apakah ini yang disebut “kemenangan”? Jika ini kemenangan, maka mungkin definisi tersebut perlu diperbaharui.

Bahkan, di antara pendukung utama pemerintah, ketidakpuasan tetap terasa. Dalam survei tersebut, 54 persen dari pemilih yang mendukung koalisi Netanyahu mengaku bahwa pemerintah hanya sebagian berhasil mencapai tujuannya. Selebihnya, mereka mulai meragukan klaim kemenangan tersebut. Ketidakpuasan ini menggambarkan keretakan yang semakin lebar antara klaim pemerintah dan kenyataan yang dihadapi rakyatnya di Gaza.

Namun, dalam dunia politik, pengakuan kekalahan bukanlah hal yang mudah dilakukan, apalagi oleh negara yang sekuat Israel. Meskipun banyak rakyatnya mulai meragukan klaim kemenangan, pemerintah tetap berkeras dengan narasi mereka. Tetapi, ketika puluhan ribu nyawa hilang, ribuan orang terluka, dan hampir dua juta orang mengungsi, apa yang bisa dibanggakan dari itu semua?

Faktanya, situasi kemanusiaan di Gaza semakin buruk. Lebih dari 46.000 orang Palestina tewas, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Ribuan orang lainnya terluka parah, dan ratusan ribu terpaksa mengungsi, hidup dalam kondisi memprihatinkan. Ini adalah harga yang harus dibayar untuk klaim kemenangan yang tampaknya semakin tidak berarti. Lalu, di mana letak keberhasilan sebenarnya?

Rakyat Israel, meskipun tidak akan pernah mengaku kalah secara resmi, tetap mengakui kenyataan melalui ketidakpuasan mereka. Mereka tahu bahwa tujuan besar mereka tidak tercapai, dan fakta di lapangan tidak bisa disembunyikan oleh narasi pemerintah. Apakah kita akan menyebut ini sebagai kemenangan? Ataukah lebih tepat disebut sebagai kegagalan besar, yang coba disamarkan oleh klaim-klaim kosong yang tidak mencerminkan kenyataan?

Ketika mayoritas rakyat Israel mulai meragukan klaim kemenangan pemerintah mereka, bahkan pemilih dari koalisi Netanyahu sendiri mengakui bahwa tujuan perang tidak tercapai, maka sulit untuk mengatakan bahwa Israel benar-benar menang. Mungkin ini saat yang tepat untuk melihat lebih jernih, tanpa pembelaan politis, bahwa meskipun kemenangan secara resmi belum diakui, kenyataan pahit yang ada di lapangan cukup jelas menggambarkan siapa yang sebenarnya kalah.

Hamas, meskipun mengalami kerugian, telah membuktikan ketangguhannya dalam bertahan dan melawan. Di sisi lain, Israel yang menjanjikan penghancuran total terhadap Hamas dan akhir dari ancaman tersebut justru terjebak dalam perang tanpa akhir. Bukankah itu bentuk kekalahan terselubung yang harus diterima oleh negara dengan klaim kemenangan yang terus dipertahankan?

Pada akhirnya, meskipun Israel terus menyuarakan kemenangan, rakyatnya sudah cukup paham bahwa itu bukanlah kemenangan yang sesungguhnya. Mereka merasakan kegagalan yang tidak bisa ditutupi oleh narasi politik. Dan mungkin, dengan kenyataan yang ada, mereka mulai menyadari bahwa kekalahan mereka di Gaza bukan lagi sesuatu yang bisa disembunyikan, meski pengakuan resmi tak akan pernah datang.

Sumber: Al Mayadeen

Selain kerugian manusia dan material yang sangat besar, Israel kini harus menghadapi kenyataan ekonomi yang jauh lebih buruk. Menurut laporan Calcalist, dampak finansial perang ini diperkirakan mencapai sekitar 250 miliar shekel (67,57 miliar dolar AS) hingga akhir 2024. Angka ini mencakup pengeluaran militer langsung, belanja sipil, dan kerugian pendapatan, namun belum mencakup seluruh dampak finansial dari perang ini. Ini semakin memperjelas bahwa tidak hanya tujuan perang yang gagal, tetapi juga bahwa Israel kini harus membayar harga yang sangat mahal.

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa biaya perang yang sangat tinggi telah memicu perdebatan internal di Israel. Dana yang awalnya dialokasikan untuk sektor kesehatan dan pendidikan kini terpaksa dialihkan untuk pengeluaran pertahanan. Komite Nagel bahkan merekomendasikan tambahan anggaran pertahanan sebesar 275 miliar shekel (74 miliar dolar AS) dalam dekade mendatang. Ini menunjukkan bahwa untuk menutupi kegagalan militer, Israel harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli perlengkapan militer yang lebih canggih, meningkatkan kemampuan pasukan, dan mengatasi kerugian yang diderita selama perang.

Di sisi lain, kerugian manusia juga semakin mengkhawatirkan. Selain kerugian finansial, laporan tersebut menyoroti tingginya jumlah korban tewas dan terluka di kalangan pasukan Israel, serta penderitaan psikologis yang dialami oleh keluarga mereka. Semua ini menunjukkan bahwa meskipun klaim kemenangan masih dipertahankan, kenyataan yang ada sangat berbeda. Bahkan, dengan kerugian yang terus meningkat, sulit untuk menyebutnya sebagai kemenangan.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *