Connect with us

Opini

Prancis Merampok Rusia: Preseden Buruk bagi Dunia

Published

on

Prancis, dengan penuh percaya diri, mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan bunga dari aset beku Rusia untuk mendanai perang Ukraina. Sebuah keputusan yang terdengar seperti keadilan bagi sebagian orang, tetapi bagi yang berpikir lebih dalam, ini adalah pengesahan perampokan dengan dalih moralitas. Dunia kini menyaksikan bagaimana Barat menulis ulang aturan, sambil tetap mengaku sebagai penjaga hukum internasional.

Tindakan ini bukan hanya soal uang, tetapi soal siapa yang memiliki hak untuk merampas dan siapa yang harus merelakan. Jika Rusia hari ini, maka siapa yang berikutnya? Dunia harus mulai bertanya, apakah aset negara lain benar-benar aman di bank-bank Barat, atau hanya menunggu giliran untuk disita begitu dianggap “bermasalah”? Hari ini Rusia, besok siapa tahu, mungkin Tiongkok, India, atau bahkan sekutu lama mereka sendiri.

Sejak perang Ukraina meletus, Barat telah mencoba segala cara untuk menekan Rusia. Sanksi demi sanksi diberlakukan, perusahaan-perusahaan dipaksa hengkang, dan kini aset negara dicairkan untuk membiayai perang. Lucunya, ini dilakukan oleh negara-negara yang selalu berbicara tentang supremasi hukum, kepemilikan properti, dan stabilitas keuangan global. Ternyata, semua prinsip itu hanyalah alat yang bisa dibengkokkan sesuai kepentingan.

Jika Prancis dan sekutu-sekutunya berpikir ini adalah kemenangan strategis, mereka mungkin perlu membaca ulang sejarah. Tidak ada negara yang bisa bermain curang selamanya tanpa konsekuensi. Keputusan ini bukan hanya mempercepat dedolarisasi, tetapi juga mempercepat pergeseran keuangan global ke luar kendali Barat. Siapa yang mau menyimpan uangnya di bank yang sewaktu-waktu bisa menyita milik orang lain?

Negara-negara berkembang harus mencermati situasi ini dengan saksama. Jika Rusia dengan cadangan devisa ratusan miliar dolar saja bisa dijarah begitu saja, maka negara-negara kecil dan menengah tidak punya harapan sama sekali. Aset yang tersimpan di bank-bank Barat bisa berubah menjadi alat tekanan politik dalam semalam, tergantung pada arah angin kebijakan luar negeri Washington, Paris, atau London.

Yang paling menarik adalah bagaimana Eropa tetap berpura-pura bahwa ini adalah tindakan heroik. Seolah-olah mereka sedang menyelamatkan dunia dari tirani, padahal yang mereka lakukan justru menegaskan bahwa hukum internasional hanya berlaku jika menguntungkan mereka. Bagaimana mereka bisa dengan wajah lurus mengatakan bahwa penyitaan aset Rusia ini sah, sementara mereka akan mengutuk keras jika hal serupa terjadi pada aset mereka sendiri?

Dunia telah menyaksikan bagaimana AS dan sekutunya mengubah sistem keuangan menjadi senjata geopolitik. Dulu, mereka mengandalkan dominasi militer dan diplomasi, sekarang mereka menggunakan sistem perbankan untuk menjatuhkan lawan. Tetapi setiap senjata yang digunakan terlalu sering, lama-lama akan menjadi tumpul. Kepercayaan terhadap sistem perbankan global berbasis dolar dan euro semakin menurun, dan ini bukan pertanda baik bagi Barat.

Negara-negara BRICS mungkin diam untuk saat ini, tetapi langkah-langkah menuju sistem keuangan alternatif semakin nyata. Rusia sudah beralih ke sistem pembayaran yuan dan rubel, Tiongkok semakin mendorong penggunaan yuan internasional, sementara negara-negara lain mulai memperkuat cadangan emas mereka. Barat mungkin merasa menang hari ini, tetapi mereka sedang menggali kuburnya sendiri dalam jangka panjang.

Sebagian orang di Eropa mungkin berpikir bahwa tindakan ini adalah bentuk keadilan terhadap Rusia, tetapi mereka lupa bahwa ekonomi dunia bekerja berdasarkan kepercayaan. Ketika bank dan sistem keuangan tidak lagi bisa dipercaya untuk bersikap netral, maka negara-negara lain akan mencari jalan keluar. Tidak ada yang mau menyimpan uang di bank yang bisa mencuri atas nama kebijakan luar negeri.

Lebih ironis lagi, mereka berusaha meyakinkan dunia bahwa ini adalah langkah legal. Apakah mereka benar-benar percaya bahwa dunia akan menerima kebohongan ini? Jika hukum internasional hanya berlaku ketika menguntungkan mereka, maka kita sudah tidak lagi hidup dalam sistem yang adil, tetapi dalam sistem di mana yang kuat mengambil segalanya, dan yang lemah hanya bisa berharap tidak menjadi target berikutnya.

Prancis dan sekutunya mungkin sedang bersorak, tetapi mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang menunjukkan kepada dunia bahwa Barat bukanlah tempat yang aman untuk menyimpan uang atau berinvestasi. Jika Rusia saja bisa diperlakukan seperti ini, bagaimana dengan negara-negara lain yang suatu hari nanti mungkin tidak sejalan dengan kebijakan luar negeri mereka? Negara-negara Timur Tengah, Asia, Amerika Latin, semua harus berpikir ulang sebelum menaruh cadangan devisa mereka di Barat.

Satu hal yang pasti, langkah ini akan memiliki konsekuensi besar dalam jangka panjang. Ketika dunia menyadari bahwa aset mereka tidak aman, mereka akan mencari alternatif. Dan ketika cukup banyak negara berpaling dari sistem keuangan Barat, maka tidak peduli seberapa kuatnya AS dan sekutunya, sistem yang mereka bangun akan runtuh dengan sendirinya. Perang ini mungkin tentang Ukraina, tetapi dampaknya jauh lebih luas dari itu.

Jadi, Prancis boleh saja merasa bangga dengan keputusannya, tetapi mereka mungkin baru saja menyalakan api yang akan membakar sistem yang selama ini mereka kuasai. Dunia tidak bodoh, dan cepat atau lambat, mereka yang merasa aman di bawah naungan Barat akan mulai bertanya: jika hari ini Rusia yang dihabisi, siapa yang akan menjadi korban berikutnya?

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *