Opini
Persaingan Geopolitik dan Kepentingan Strategis di Gaza

Oleh: Ashkan Mombeini
Perebutan pengaruh di Gaza mencerminkan persaingan geopolitik yang lebih luas antara aktor global dan regional, termasuk Turki, zionis, Amerika Serikat, dan berbagai negara Arab. Kompetisi ini didorong oleh berbagai faktor keamanan, ekonomi, dan ideologis, di mana setiap aktor berupaya memperkuat kepentingan strategisnya masing-masing.
Gaza, yang dikuasai oleh Perlawanan Palestina—terutama Hamas—memegang peranan penting dalam dinamika geopolitik ini. Gaza bukan hanya pusat perlawanan terhadap pendudukan zionis, tetapi juga menjadi medan pertarungan bagi kekuatan-kekuatan regional yang bersaing.
Turki: Memperluas Pengaruh melalui Dukungan terhadap Palestina
Di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdoğan, Turki telah memosisikan dirinya sebagai pendukung utama Hamas dan Perlawanan Palestina, dengan tujuan memperkuat pengaruhnya di dunia Arab dan Islam. Dengan memberikan dukungan politik dan finansial kepada Hamas, Ankara berusaha menantang dominasi Barat di kawasan serta melawan kebijakan zionis.
Sikap Turki terhadap Gaza memiliki beberapa tujuan: meningkatkan citra Erdoğan sebagai pembela perjuangan Palestina, memperkuat peran Turki sebagai kekuatan utama dunia Muslim, serta mendapatkan posisi tawar dalam geopolitik Timur Tengah yang lebih luas. Namun, meskipun Turki secara vokal mendukung Gaza, negara ini juga menjaga keseimbangan hubungan dengan kekuatan Barat demi kepentingan strategisnya sendiri.
Zionis: Mengendalikan dan Menekan Perlawanan
Bagi entitas zionis, Gaza merupakan ancaman keamanan karena menjadi basis kelompok perlawanan bersenjata yang aktif menentang pendudukan mereka. Oleh karena itu, tujuan utama Tel Aviv adalah melemahkan Perlawanan Palestina melalui agresi militer, blokade ekonomi, dan tekanan diplomatik.
Zionis berupaya mencegah pergeseran politik di Gaza yang dapat mengarah pada terbentuknya front Palestina yang bersatu, karena hal ini akan memperkuat perjuangan pembebasan Palestina secara keseluruhan. Dengan dukungan tanpa syarat dari Amerika Serikat dan sekutu Barat lainnya, zionis menggunakan operasi militer, sanksi, serta lobi internasional untuk menekan Hamas dan mempertahankan kendali atas Gaza.
Amerika Serikat: Mendukung Zionis, Melemahkan Perlawanan
Sebagai sekutu paling setia zionis, Amerika Serikat menganggap Perlawanan Palestina di Gaza sebagai ancaman terhadap hegemoninya di kawasan. Washington memberikan bantuan militer besar-besaran serta dukungan diplomatik kepada zionis untuk memastikan kemampuannya dalam menekan Perlawanan Palestina dan mempertahankan dominasi di Timur Tengah.
Selain itu, Washington juga mendukung aktor-aktor regional yang menentang Hamas, termasuk beberapa pemerintah Arab, dalam upaya melemahkan kekuatan Perlawanan dan mengontrol dinamika geopolitik Gaza.
Negara-Negara Arab: Kepentingan yang Terpecah dan Perhitungan Strategis
Negara-negara Arab memiliki pendekatan yang beragam terhadap Gaza. Beberapa negara seperti Mesir dan Yordania melihat situasi ini dari sudut pandang keamanan, mengkhawatirkan potensi ketidakstabilan di perbatasan mereka. Mesir, yang berbatasan langsung dengan Gaza, secara historis memainkan peran sebagai mediator dan sering kali memfasilitasi gencatan senjata.
Di sisi lain, Qatar telah menempatkan dirinya sebagai pendukung finansial utama Gaza, menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai sarana untuk memperkuat pengaruhnya dalam urusan Palestina. Dengan bersekutu dengan Turki, Qatar semakin memperkuat perannya sebagai kekuatan regional yang berkomitmen pada perjuangan Palestina.
Sementara itu, Arab Saudi lebih mengutamakan upaya untuk menekan pengaruh Iran di kawasan dan semakin mendekat ke arah normalisasi hubungan dengan zionis. Alih-alih mendukung Hamas, Riyadh lebih berfokus pada kerja sama dengan Tel Aviv, dengan harapan dapat mengamankan kepentingan geopolitik dan ekonominya yang lebih luas.
Kesimpulan
Persaingan geopolitik di Gaza dibentuk oleh berbagai kepentingan yang berkisar dari orientasi ideologis hingga strategi kekuasaan. Turki melihat Gaza sebagai front utama dalam memperluas pengaruhnya di dunia Muslim, sementara zionis dan Amerika Serikat menganggapnya sebagai benteng Perlawanan yang harus dihancurkan. Sementara itu, negara-negara Arab tetap terpecah, dengan beberapa mendukung perjuangan Palestina, sementara yang lain lebih mengutamakan stabilitas dan hubungan dengan zionis.
Sebagai titik persinggungan utama antara kekuatan global dan regional, Gaza tetap menjadi pusat perjuangan bagi penentuan nasib sendiri rakyat Palestina, memastikan bahwa wilayah ini akan terus menjadi pusat perlawanan dan manuver geopolitik selama bertahun-tahun yang akan datang.