Connect with us

Opini

Pemuda Amerika dan Kebangkitan Nurani Palestina

Published

on

Di negeri yang mengaku pusat demokrasi, tiba-tiba sebuah cermin retak terbentang. Cermin itu memantulkan wajah Amerika yang selama puluhan tahun bersolek sebagai pembela hak asasi, namun kini berhadapan dengan bayangan dirinya sendiri: negeri yang dengan uang pajak rakyatnya menopang sebuah perang yang banyak warganya anggap sebagai genosida. Survei terbaru dari University of Maryland menampar kesadaran itu. Empat dari sepuluh orang Amerika, dan mayoritas besar di kalangan Demokrat, menyebut perang di Gaza bukan sekadar konflik, tapi genosida. Kata yang dulu dianggap tabu, kini meluncur dengan lugas dari mulut rakyatnya sendiri.

Saya rasa ini lebih dari sekadar angka dalam survei. Angka 41% itu bukan statistik dingin, melainkan detak jantung dari sebuah generasi yang mulai muak dengan dongeng lama tentang “hak membela diri.” Hanya 22% publik Amerika yang masih mau menelan narasi itu. Bayangkan: di negeri tempat media besar mengulang mantra self-defense hampir setiap jam, mayoritas rakyat malah menolaknya. Ada sesuatu yang bergerak, ada gemuruh yang tak bisa dibungkam lagi.

Donasi ke Vichara via Saweria

Dukung Vichara dengan berdonasi 💛

Generasi muda adalah motor utamanya. Di antara mereka yang berusia 18 hingga 34 tahun, simpati kepada Palestina mencapai 37%, sementara yang masih bersimpati kepada zionis hanya 11%. Itu jurang yang lebar, menganga, seperti selokan di tengah jalan yang menunggu untuk dijembatani—atau dibiarkan saja menjadi tanda sejarah. Ironisnya, jurang ini lebih terasa di kubu Republik. Kalau yang tua masih menggenggam erat bendera biru-putih, yang muda mulai meletakkannya di tanah dengan ragu.

Bagi zionis, ini kabar buruk yang lebih mematikan daripada roket yang mereka takutkan. Sebab roket bisa dihancurkan oleh sistem pertahanan besi, tetapi opini publik—apalagi dari negara pelindung utama—tidak ada Iron Dome yang bisa menahannya. Zionis hidup dari legitimasi; tanpa itu, mereka hanyalah proyek kolonial yang telanjang di depan mata dunia. Dan kini, legitimasi itu retak, bukan di jalanan Ramallah atau Beirut, melainkan di ruang-ruang keluarga Kansas, New York, dan California.

Lebih dari 60% orang Amerika bahkan percaya bahwa perang ini tak akan terjadi tanpa dukungan AS—dukungan yang berbentuk uang, senjata, dan veto di Dewan Keamanan. Ini artinya publik mulai sadar bahwa tanggung jawab bukan hanya di pundak Netanyahu dan pasukannya, tapi juga di tangan pemerintah mereka sendiri. Dengan kata lain, orang Amerika akhirnya menoleh ke cermin dan berkata: “Bukankah darah itu ada di tangan kita juga?”

Saya kira inilah yang paling menakutkan bagi elite politik Washington. Selama ini mereka nyaman karena rakyat lebih sibuk dengan harga bensin dan cicilan rumah daripada urusan Timur Tengah. Tapi kali ini berbeda. Untuk pertama kalinya, lebih banyak orang Amerika bersimpati kepada Palestina daripada kepada zionis. Ini sebuah pergeseran paradigma. Seperti sebuah kapal besar yang perlahan mengubah haluan; tidak cepat, tapi pasti.

Dan jangan salah, kapal besar ini bernama generasi muda. Mereka tumbuh dengan media sosial, bukan hanya CNN. Mereka melihat video anak-anak Gaza yang diseret dari reruntuhan, mendengar tangisan para ibu, menyaksikan jurnalis terbunuh di depan kamera. Narasi itu mentah, kasar, tanpa sensor. Tidak bisa diedit oleh studio-studio mahal di New York atau Washington. Inilah generasi yang belajar kebenaran langsung dari sumbernya.

Kita semua tahu, politik Amerika tidak berubah dalam semalam. Lobi pro-zionis masih perkasa, dana kampanye masih deras, dan para politisi senior masih berhutang budi pada jaringan yang sudah lama menopang karier mereka. Tetapi, roda sejarah punya cara untuk memutar arah. Ketika generasi muda ini memasuki ruang-ruang legislatif, membawa nurani yang ditempa oleh gambar-gambar Gaza, maka “cek kosong” yang selama ini diberikan Washington kepada Tel Aviv bisa berakhir.

Ironinya, di negeri yang suka memberi kuliah tentang demokrasi, suara rakyat justru kerap diabaikan dalam kebijakan luar negeri. Tapi survei ini menunjukkan sesuatu yang berbeda: suara rakyat mulai bersatu, lintas partai, dalam melihat kebiadaban perang ini. Bahkan di kalangan Republikan, meski belum mayoritas, benih kritisisme sudah tumbuh di hati pemuda. Dan benih, jika diberi waktu, akan tumbuh menjadi pohon yang tak mudah ditebang.

Apakah ini tanda kebangkitan pemuda Amerika? Saya percaya iya. Kebangkitan yang bukan dengan teriakan di jalanan saja, tapi dengan kesadaran kolektif bahwa dunia tak bisa dibiarkan terus dipermainkan oleh mitos-mitos lama. Pemuda ini tidak lagi terpesona oleh jargon “sekutu strategis” atau “satu-satunya demokrasi di Timur Tengah.” Mereka melihat realitas apa adanya: ada penindas, ada yang ditindas. Sesederhana itu.

Dan bukankah ini mirip dengan kesadaran yang kita alami di Indonesia ketika dulu melihat kolonialisme Belanda? Lama sekali kita menerima narasi bahwa penjajahan itu demi “peradaban.” Tapi begitu nurani kolektif bangkit, semua narasi itu runtuh. Kini, di seberang lautan, nurani serupa mulai terbit di kalangan muda Amerika. Nurani yang mungkin bisa mengubah sejarah.

Pada akhirnya, kita tahu perubahan tidak selalu datang dengan cepat atau dengan gemuruh revolusi. Kadang ia datang dalam bentuk angka-angka survei, yang tampak kering tapi sebenarnya menyimpan bara. Angka 41% itu adalah bara. Jika bara itu ditiup oleh kesadaran, solidaritas, dan keberanian, ia bisa menyala menjadi api besar yang menghanguskan legitimasi zionis di mata rakyat Amerika.

Saya membayangkan suatu hari, ketika anak muda yang hari ini menyebut Gaza sebagai genosida duduk di kursi Kongres, lalu mengajukan RUU untuk menghentikan bantuan militer. Hari itu, sejarah akan mencatat bukan hanya keberanian rakyat Palestina, tapi juga kebangkitan nurani pemuda Amerika. Sebab setiap generasi punya momennya sendiri, dan mungkin inilah momen mereka.

1 Comment

1 Comment

  1. Pingback: Generasi Z Amerika Menolak Narasi Lama Zionis - vichara.id

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Populer