Opini
Operasi Badai al-Aqsa: Titik Balik Perjuangan Palestina

Pada 19 Januari 2025, juru bicara Brigadir Qassam, Abu Obeida, menyampaikan pidato yang menggambarkan dampak mendalam dari Operasi Badai al-Aqsa yang dimulai pada 7 Oktober 2023. Dalam pidatonya, ia menyatakan, “Empat ratus tujuh puluh satu hari telah berlalu sejak Pertempuran Badai al-Aqsa yang tentunya memaku paku terakhir pada peti mati penjajahan yang kini sedang menuju kehancuran.” Pernyataan ini bukan hanya menunjukkan keberanian luar biasa dari kelompok perlawanan Palestina, tetapi juga menegaskan bahwa meskipun mereka menghadapi kekuatan militer yang jauh lebih besar, perlawanan Palestina berhasil menantang perimbangan kekuatan yang selama ini berpihak pada Israel.
Operasi Badai al-Aqsa, yang menjadi bagian dari serangan besar-besaran yang dimulai pada 7 Oktober, mengguncang Israel dan seluruh dunia. Serangan ini bukan hanya soal serangan militer semata, tetapi juga tentang pesan yang disampaikan oleh kelompok perlawanan Palestina: penjajahan bisa dihentikan, dan tidak ada yang tak bisa dihadapi. Meskipun Israel memiliki teknologi dan persenjataan canggih, perlawanan yang dipimpin oleh Hamas dan faksi-faksi lainnya berhasil memberikan pukulan telak yang menandai babak baru dalam perjuangan Palestina.
Serangan besar-besaran tersebut tidak langsung membuat Israel duduk di meja perundingan. Sebaliknya, Israel melanjutkan serangan dan melakukan invasi besar-besaran ke Gaza, bertujuan untuk menumpas Hamas dan kelompok perlawanan lainnya. Perang yang berkepanjangan ini, yang hingga Januari 2025 masih belum mencapai titik akhir, menunjukkan betapa tangguhnya perjuangan Palestina meski menghadapi agresi yang tak henti-hentinya dari Israel. Meski Israel mencoba menghancurkan perlawanan, mereka tidak dapat menaklukkan Gaza atau menghentikan Hamas.
Dalam pidatonya, Abu Obeida juga menyampaikan pesan tentang betapa besar pengorbanan yang telah diberikan oleh rakyat Gaza, yang tidak hanya menanggung derita fisik akibat serangan Israel, tetapi juga harus menghadapi ketidakadilan yang mendalam. Namun, meskipun menghadapi kenyataan yang suram, perlawanan mereka tidak sia-sia. Justru, perlawanan itu memaksa Israel untuk akhirnya mempertimbangkan gencatan senjata yang, meskipun rapuh, menjadi langkah penting menuju pengakuan bahwa mereka tidak dapat mengalahkan Palestina dengan cara militer semata.
Gencatan senjata yang tercapai pada 19 Januari 2025 menjadi momen simbolis bagi Palestina, yang menunjukkan bahwa perjuangan mereka dapat memaksa Israel untuk membuat kompromi. Pembebasan ribuan tahanan Palestina yang ditahan tanpa proses hukum yang jelas atau adil juga merupakan buah dari perlawanan ini. Tahanan-tahanan yang telah lama dijadikan simbol ketidakadilan kini dibebaskan, menjadi bukti bahwa meskipun banyak pengorbanan yang harus dibayar, ada hasil konkret yang tercapai dari perjuangan panjang ini.
Makna Operasi Badai al-Aqsa tidak hanya terletak pada kemenangan militer semata, tetapi juga pada perubahan strategi perlawanan yang kini mampu mengguncang peta politik dan militer di kawasan tersebut. Operasi ini mengingatkan dunia bahwa meskipun rakyat Palestina tak memiliki keunggulan militer yang jelas, mereka memiliki ketahanan dan tekad yang tak tergoyahkan. Ini juga menunjukkan pentingnya solidaritas internasional, yang sangat mendukung perjuangan Palestina, mulai dari Hizbullah hingga Iran, yang memberikan bantuan strategis baik dalam hal militer maupun diplomasi.
Namun, meskipun gencatan senjata yang dicapai saat ini merupakan langkah maju, perjuangan Palestina belum berakhir. Gencatan senjata yang rapuh ini harus dijaga dengan hati-hati agar tidak ada pelanggaran yang dapat membahayakan kestabilannya. Ini bukan hanya soal satu pertempuran atau satu kemenangan, tetapi soal pengakuan terhadap hak-hak dasar rakyat Palestina yang telah lama terpinggirkan dan dizalimi oleh penjajahan Israel.
Operasi Badai al-Aqsa telah mengubah paradigma perjuangan Palestina. Dengan solidaritas, ketahanan, dan strategi cerdik, perlawanan Palestina telah memaksa Israel untuk mengakui kegagalannya dan membuka ruang untuk perundingan. Meskipun gencatan senjata ini belum memberikan akhir yang pasti pada konflik ini, namun ini adalah bukti bahwa perjuangan Palestina tidak sia-sia, dan bahwa keadilan serta kebebasan bagi rakyat Palestina mungkin bukanlah impian yang jauh dari jangkauan.