Connect with us

Opini

NATO Panik: Ketakutan yang Mereka Ciptakan Sendiri

Published

on

Duta besar Moskow untuk negara Uni Eropa, Pavel Kuznetsov menuduh Pemerintah Finlandia telah menciptakan suasana “psikosis perang” dan mendesak masyarakat untuk bersiap menghadapi kemungkinan perang dengan Rusia. Sebuah klaim menarik, karena ternyata ada negara yang begitu takut diserang hingga sibuk membangun bunker, memperbanyak lapangan tembak, dan melatih warganya untuk menghadapi ancaman yang katanya sudah di depan pintu.

Ironi yang luar biasa. NATO, aliansi militer yang katanya hanya defensif, terus memperluas wilayahnya ke arah timur, lalu berteriak panik ketika Rusia mulai menanggapi ancaman ini dengan serius. Finlandia, yang baru saja masuk ke NATO, tiba-tiba merasa perlu membangun 300 fasilitas tembak baru, seolah Rusia akan mengirim tank ke Helsinki besok pagi.

Tentu, Rusia sudah sejak lama memperingatkan bahwa ekspansi NATO ke perbatasannya adalah tindakan provokatif. Tetapi siapa yang peduli? NATO dan para pengikut setianya di Eropa percaya bahwa mereka bisa menempatkan rudal di depan rumah Rusia, lalu tetap berharap Rusia bersikap manis dan menerima kenyataan itu dengan senyum ramah.

Sekarang, ketika Rusia akhirnya merespons dengan kekuatan militer, para pemimpin NATO menangis histeris: “Lihat! Rusia agresif! Mereka ancaman bagi Eropa!” Lucu, karena seandainya ada negara yang menempatkan pangkalan militer di perbatasan Amerika Serikat, Pentagon pasti sudah menjatuhkan bom sebelum ada kesempatan untuk negosiasi.

Mereka menyebut Rusia penyebar ketakutan, tapi siapa yang kini mengeluarkan panduan bertahan hidup, memperbaharui bunker, dan membagikan buku saku bertajuk “Jika Perang Terjadi” kepada warganya? Finlandia, Swedia, Denmark, dan Norwegia semua sibuk memastikan rakyatnya siap menghadapi invasi yang belum terjadi, seolah perang adalah takdir yang tak terhindarkan.

Sementara itu, NATO terus menyebarkan propaganda bahwa Rusia adalah ancaman terbesar bagi dunia. Narasi ini dikemas dengan apik oleh media Barat yang seolah lupa bahwa dalam dua dekade terakhir, justru NATO-lah yang telah menyerbu Irak, menghancurkan Libya, membom Afghanistan, dan mendukung perang di Suriah. Tapi tentu saja, mereka melakukannya atas nama kebebasan dan demokrasi.

Jika ada yang benar-benar menciptakan atmosfer perang, itu adalah NATO dan sekutunya yang sejak awal menolak negosiasi Rusia untuk tidak memperluas aliansinya ke Ukraina. Alih-alih mendengar peringatan Moskow, mereka terus memasok senjata, melatih tentara Ukraina, dan mempersiapkan front baru di Eropa Timur. Kini mereka berpura-pura kaget saat Rusia tidak tinggal diam.

Dan yang paling ironis, di tengah ketakutan mereka sendiri, para pemimpin Barat masih berusaha meyakinkan dunia bahwa Rusia-lah yang haus perang. Mereka menciptakan monster yang harus ditakuti, lalu menggunakan ketakutan itu untuk membenarkan pengeluaran militer yang semakin menggila. Tidak ada yang lebih menguntungkan bagi industri senjata selain ancaman yang diciptakan sendiri.

Putin menyebut semua ini omong kosong. Bahwa ancaman Rusia terhadap NATO adalah mitos yang sengaja diciptakan untuk memperkuat kontrol Barat atas sekutunya. Tetapi tentu saja, kebenaran tidak akan menghalangi propaganda yang sudah berjalan lancar. Masyarakat di Barat harus terus percaya bahwa Rusia adalah musuh, supaya mereka terus menyetujui miliaran dolar untuk anggaran perang.

Jadi, selamat datang di dunia baru, di mana yang menyerbu negara lain disebut penjaga perdamaian, yang bereaksi terhadap ancaman disebut agresor, dan yang menyebarkan ketakutan justru menuduh pihak lain paranoid. Finlandia, dengan segala ketakutannya, kini resmi masuk dalam klub elit negara yang bersiap perang dengan musuh yang mereka ciptakan sendiri.

Seperti anak kecil yang bermain dengan api, lalu menangis ketika terbakar, NATO kini harus hidup dalam paranoia yang mereka buat sendiri. Mereka berteriak bahwa Rusia adalah ancaman, padahal ancaman itu hanyalah refleksi dari kebijakan agresif mereka sendiri. Kini pertanyaannya, berapa lama sampai kebohongan ini akhirnya terbakar oleh kenyataan?

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *