Connect with us

Opini

Mesir Serahkan Gaza ke PA: Konspirasi Kotor untuk Israel

Published

on

Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdel Aaty dengan bangga mengumumkan bahwa Mesir tengah bersiap menyerahkan Gaza kepada Otoritas Palestina (PA). Pengumuman ini disampaikan dalam konferensi pers bersama dengan perwakilan Uni Eropa, menandai babak baru dalam penghianatan terang-terangan terhadap perjuangan rakyat Palestina. Mesir, yang selama ini dikenal sebagai penyangga Gaza, kini dengan patuh menjalankan instruksi Israel.

Konon, Mesir ingin memastikan stabilitas Gaza dengan membentuk pemerintahan transisi yang terdiri dari para teknokrat independen. Kata-kata manis yang dibungkus diplomasi ini tak lebih dari kedok untuk melumpuhkan perlawanan dan membuka jalan bagi PA, boneka yang selama ini bersekongkol dengan Israel di Tepi Barat. Ini bukan stabilisasi, melainkan kolonisasi terselubung.

Bersama Yordania, Mesir kini sibuk melatih pasukan keamanan Palestina, seolah-olah Gaza tidak memiliki pejuangnya sendiri. Hamas, yang selama ini menjadi garda terdepan perlawanan terhadap penjajahan, dianggap tidak layak memimpin. Yang layak, menurut mereka, adalah PA yang menghabiskan waktunya berunding sambil menyeruput kopi bersama tentara Israel di Ramallah.

Ketika warga Gaza dibantai tanpa ampun, PA tak terlihat di medan perjuangan. Tak ada pasukan mereka yang bertempur, tak ada pemimpin mereka yang bersuara lantang. Justru Hamas-lah yang membela rakyat Palestina, mengorbankan darah dan nyawa demi kebebasan. Namun, alih-alih mendukung perjuangan ini, Mesir malah membantu mengubur perlawanan dengan dalih rekonstruksi.

Rekonstruksi Gaza yang dijanjikan Mesir hanyalah ilusi. Mereka berbicara tentang membangun kembali, padahal tangan mereka sendiri yang menutup perbatasan dan mencekik rakyat Gaza dalam blokade. Bagaimana bisa orang yang selama ini berkontribusi dalam kehancuran tiba-tiba mengklaim sebagai penyelamat? Ini bukan proyek kemanusiaan, ini operasi penghancuran bertahap.

PA tidak pernah peduli pada Gaza kecuali jika ada keuntungan politik di dalamnya. Mereka diam saat anak-anak Gaza dibom, saat perempuan dan lelaki tak bersalah dibantai, saat rumah-rumah luluh lantak. Kini, ketika ada kesempatan emas untuk mengamankan posisi mereka sebagai kepanjangan tangan Israel, tiba-tiba mereka muncul sebagai calon penguasa baru Gaza.

Israel tentu tertawa melihat sandiwara ini. Mereka tak perlu susah payah menghabisi Hamas secara langsung karena ada pihak lain yang bersedia melakukan tugas kotor itu untuk mereka. Mesir dan Yordania memfasilitasi, PA mengeksekusi. Ini adalah persekongkolan yang memalukan, penghianatan yang bahkan terlalu terang-benderang untuk disembunyikan.

Jika Mesir dan Yordania benar-benar ingin membantu Palestina, seharusnya mereka mendukung perlawanan, bukan menyingkirkan kekuatan yang selama ini menjaga Gaza tetap berdiri. Mereka seharusnya membebaskan perbatasan, mengizinkan suplai senjata masuk, dan membela hak rakyat Palestina dengan nyata. Tapi tidak, mereka lebih memilih menjadi alat penjajahan Israel.

Mereka berbicara tentang stabilitas, tetapi yang mereka maksud adalah stabilitas bagi Israel. Mereka berbicara tentang keamanan, tetapi yang mereka amankan adalah kepentingan Zionis. Mereka berbicara tentang rekonstruksi, tetapi yang mereka bangun adalah jalan bagi PA untuk mengkhianati Gaza seperti mereka mengkhianati Tepi Barat.

Perjuangan Palestina tidak membutuhkan PA, tidak membutuhkan tentara bayaran Mesir, dan tidak membutuhkan persekongkolan internasional yang berkedok bantuan kemanusiaan. Gaza butuh kebebasan, bukan penguasa boneka yang siap tunduk pada perintah Israel. Gaza butuh dukungan, bukan pisau di punggung dari negara-negara Arab yang seharusnya menjadi saudara.

Apa yang dilakukan Mesir dan Yordania saat ini adalah kejahatan. Mereka bukan sekadar menguntungkan Israel, tetapi benar-benar menjalankan agendanya. Setiap langkah mereka, setiap keputusan mereka, adalah bagian dari skenario yang disusun di Tel Aviv. Ini bukan lagi spekulasi, ini adalah fakta yang bahkan orang buta pun bisa melihatnya.

PA masuk ke Gaza bukan untuk membangun, tetapi untuk menghancurkan Hamas dan seluruh bentuk perlawanan. Begitu Hamas disingkirkan, Gaza akan berubah menjadi Tepi Barat kedua, di mana Israel bisa dengan leluasa membangun permukiman ilegal, menangkap siapa saja yang melawan, dan menginjak-injak hak rakyat Palestina tanpa ada yang menantang mereka.

Jika Mesir benar-benar peduli pada rakyat Gaza, mereka seharusnya menolak perintah Israel dan berdiri di pihak yang benar. Jika Yordania benar-benar ingin membantu Palestina, mereka seharusnya melindungi rakyatnya, bukan melatih pasukan yang akan digunakan untuk menumpas mereka. Jika PA benar-benar ingin membela Palestina, mereka seharusnya melawan Israel, bukan menjadi alatnya.

Tetapi itu semua hanya harapan kosong. Realitasnya, Mesir, Yordania, dan PA adalah kepanjangan tangan Israel di dunia Arab. Mereka akan terus bermain dalam skenario ini, berpura-pura sebagai mediator, sementara di belakang layar mereka memuluskan jalan bagi penjajah. Ini bukan perdamaian, ini adalah pengkhianatan.

Sejarah akan mencatat nama-nama mereka dalam daftar penghianat. Rakyat Palestina tidak akan lupa bagaimana Mesir menutup perbatasan saat mereka membutuhkan pertolongan. Mereka tidak akan lupa bagaimana Yordania bekerja sama dengan Israel untuk menekan perjuangan mereka. Mereka tidak akan lupa bagaimana PA mengkhianati mereka berkali-kali demi keuntungan politik yang murahan.

Jika mereka tidak mau membantu, setidaknya mereka bisa diam. Tapi tidak, mereka memilih menjadi anjing penjaga bagi Israel, memastikan bahwa perlawanan di Gaza padam, bahwa Hamas dihancurkan, dan bahwa rakyat Palestina tidak pernah bisa merdeka. Mereka adalah musuh dalam selimut, bahaya yang lebih besar daripada Zionis sendiri.

Mereka bisa berbicara tentang rekonstruksi, stabilitas, dan keamanan sebanyak yang mereka mau. Tetapi rakyat Palestina tahu yang sebenarnya. Gaza tahu siapa yang benar-benar berjuang untuk mereka, dan siapa yang hanya datang untuk menancapkan belati di punggung mereka. Pengkhianatan ini tidak akan pernah dilupakan, dan waktunya akan tiba ketika rakyat Palestina sendiri yang akan menghukum para penghianat ini dengan tangan mereka sendiri.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *