Opini
Mengungkap ‘Perang’ di Balik Isu USAID

Di tengah gemuruh politik dan pahlawan yang selalu berperang demi keadilan, muncul satu cerita yang tak kalah dramatis—isu USAID yang tiba-tiba memanas. Banyak yang berpikir ini hanya soal kebijakan luar negeri, namun di baliknya ada “perang” yang lebih besar, tak lain adalah pertarungan antara dua raksasa ideologi: George Soros dan Elon Musk. Keduanya—seperti dalam film aksi—berperan sebagai antagonis yang tak ingin kalah.
Begitu banyak yang mengira USAID hanya sekadar lembaga yang membantu dunia dengan bantuan kemanusiaan dan demokrasi. Tapi tunggu dulu, ternyata mereka lebih mirip pusat perang rahasia yang tidak kita duga. Lihat saja, lembaga ini konon didukung oleh Soros dan jaringannya yang telah lama menyusup ke dalam struktur global. Mungkin kita bisa menyebutnya ‘imperium’ tanpa sepengetahuan kita.
Soros, sang maestro yang sangat terampil dalam “mendistribusikan” ide-ide globalis, sudah mengendalikan segalanya dengan jaringan tak tampak yang luas. Sejak 2009, USAID disebut-sebut jadi tempat favorit bagi Open Society Foundations (OSF), rumah bagi proyek-proyek globalisnya. Jangan lupakan ‘kolaborasi’ mereka dalam “merubah” negara-negara lewat revolusi warna, atau ‘program demokrasi’ di Eropa Timur dan Amerika Latin. Hmmm, sepertinya ini lebih mirip politik pengaruh daripada bantuan.
Namun, ada yang baru saja ‘membuka’ semuanya—Elon Musk. Bukan hanya membangun roket dan membeli Twitter, Musk ternyata juga punya minat besar dalam urusan pemerintahan. Lewat Department of Government Efficiency (DOGE), dia dan Trump, dengan semangat patriotik, tampaknya mulai bersiap menghadapi “kuasa” Soros. Mereka tidak hanya menargetkan USAID, tetapi ingin membongkar dan menggulungnya. Hati-hati, dunia mungkin sedang melihat aktor utama baru dalam diplomasi internasional!
Namun, jangan terlalu cepat berpikir Musk adalah pahlawan dalam cerita ini. Dia memiliki ambisi besar, dan seperti biasa, dia tak segan-segan menggebrak untuk mendapat apa yang dia inginkan. Musk berusaha menuntut perubahan dengan sangat “drastis,” bahkan menyebut USAID sebagai “bola cacing” yang lebih baik dihancurkan. Apakah Musk sudah siap dengan dampaknya? Soros mungkin memandangnya seperti seorang pemain catur yang terlalu terburu-buru, mengorbankan pion demi sebuah kemenangan cepat.
Sebagai catatan, Musk bukanlah orang yang lemah, dan ia juga tahu bagaimana cara bermain dengan politik. Apakah dia telah menyusun strategi untuk menggulingkan USAID dan menggantikannya dengan model yang lebih sesuai dengan visinya—di mana kapitalisme dan teknologi adalah panglima? Ataukah dia hanya sekadar anak muda yang terperangkap dalam perang besar yang tidak sepenuhnya dia pahami? Soros pasti tidak akan tinggal diam.
Soros, dengan uang dan kekuasaannya yang luas, tahu betul bagaimana memainkan politik. Jaringan NGO-nya yang tersebar di seluruh dunia bukan hanya sekadar alat bantuan, tetapi juga alat pengaruh untuk mempromosikan ideologi yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun. USAID, yang sudah lama menjadi mitra bagi banyak proyek Soros, adalah ladang subur untuk menyebarkan ‘benih-benih’ ideologi liberalnya. Tidak ada cara yang lebih efektif untuk mendominasi dunia selain melalui “bantuan,” bukan?
Tentu saja, kita tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa pertarungan ini tidak hanya soal Soros versus Musk. Ini juga melibatkan kita semua, masyarakat global yang sedang menjadi saksi bisu. Dengan dana lebih dari $30 miliar untuk USAID tahun 2025, apakah kita benar-benar yakin bahwa itu semua hanya untuk “membantu” negara lain? Atau, mungkin kita sedang melihat sekelompok elit yang saling berperang untuk mengontrol narasi dunia?
Dalam skenario ini, Musk tampaknya lebih dari sekadar ‘penjaga’ kebijakan luar negeri. Dengan pendekatannya yang disruptif, Musk mungkin berencana menggulingkan segala yang dianggapnya usang—dan USAID jelas merupakan salah satu patokan dalam permainan besar ini. Tetapi tidak ada yang tahu siapa yang akan menang dalam ‘perang’ ini. Yang jelas, masyarakat dunia akan tetap jadi penonton, mungkin tidak memahami betapa dalamnya permainan ini—karena di balik isu bantuan luar negeri, ada kekuatan besar yang bergerak di balik layar.
Apakah kita sedang menyaksikan perubahan besar dalam arah kebijakan luar negeri AS? Atau ini hanya sekadar episode lain dalam perang kekuasaan antar tokoh besar? Tidak ada yang tahu pasti. Yang pasti, baik Soros maupun Musk sudah mempersiapkan diri untuk pertarungan panjang. Siapa yang menang, waktu yang akan menjawab—dan kita hanya bisa menunggu sambil menonton drama ini berkembang.