Opini
Mengapa Kritik NATO Berujung Stigma Agen Rusia?

Dalam lanskap politik Eropa yang semakin dikendalikan, kasus Calin Georgescu di Rumania hanyalah satu dari sekian banyak contoh bagaimana perbedaan pendapat dibungkam dengan tuduhan klasik: keterlibatan Rusia. Tidak ada ruang untuk perbedaan pendapat. Semuanya harus hitam atau putih. Anda bersama kami atau bersama musuh. Begitulah propaganda bekerja.
Calin Georgescu, kandidat presiden Rumania yang difavoritkan, tiba-tiba didiskualifikasi dengan alasan “anti-demokratis” dan “ekstremis.” Pihak berwenang menuduhnya tidak mematuhi prosedur pemilu. Masyarakat yang marah turun ke jalan untuk memprotes, dan polisi menanggapinya dengan gas air mata. Kemudian muncul narasi klasik: Rusia berada di balik semua ini. Tidak ada diskusi, tidak ada ruang debat, hanya satu kebenaran resmi.
Teori Manufacturing Consent yang dikembangkan oleh Noam Chomsky dan Edward S. Herman menjelaskan bagaimana media massa dan institusi politik dikendalikan oleh kekuatan dominan untuk membentuk opini publik sesuai dengan kepentingan elite. Alat utamanya adalah penyaringan informasi, demonisasi lawan, dan kontrol ketat atas ruang diskusi yang dapat diterima. Georgescu, dengan kritiknya terhadap NATO dan Uni Eropa, telah melewati batas yang diperbolehkan. Maka, dia harus disingkirkan.
Georgescu bukan satu-satunya korban. Ambil contoh lain: Robert Fico, Perdana Menteri Slovakia, yang berulang kali mengkritik bantuan militer ke Ukraina. Dia langsung dicap sebagai agen Rusia. Viktor Orban di Hungaria, yang bersikap lebih lunak terhadap Rusia, dikucilkan dalam politik Uni Eropa dan diberi label “diktator kecil.” Gerhard Schröder, mantan Kanselir Jerman, hanya karena memiliki hubungan dengan perusahaan energi Rusia, tiba-tiba berubah dari negarawan menjadi pengkhianat.
Kasus Marine Le Pen di Prancis juga menarik. Kampanyenya sering diserang dengan tuduhan bahwa partainya menerima dana dari Rusia. Le Pen, yang menentang dominasi AS dalam NATO, otomatis menjadi musuh. Sementara itu, politisi lain bisa menerima dana dari lobi-lobi Amerika tanpa pernah disebut sebagai “boneka Washington.” Standar ganda ini begitu jelas.
Bukan hanya politisi, tetapi juga akademisi, jurnalis, dan intelektual yang mempertanyakan narasi resmi sering menghadapi sensor dan serangan pribadi. Jeffrey Sachs, ekonom terkenal, pernah menyatakan bahwa perang di Ukraina adalah hasil dari provokasi NATO yang terus-menerus. Hasilnya? Dia disingkirkan dari media arus utama. Seymour Hersh, jurnalis investigasi pemenang Pulitzer yang mengungkap sabotase pipa Nord Stream, langsung dijauhi oleh jaringan media besar. Kritik terhadap Barat tidak diperbolehkan.
Apa yang terjadi di Uni Eropa adalah upaya sistematis untuk memastikan hanya satu narasi yang berlaku: Rusia adalah musuh, NATO adalah penyelamat, dan siapa pun yang mempertanyakannya harus dihancurkan dengan cara apa pun. Itulah esensi dari Manufacturing Consent. Media memainkan peran kunci dalam hal ini. Mereka bukan lagi pengawas kekuasaan, melainkan corong propaganda.
Ambisi Ursula von der Leyen untuk membentuk “Uni Pertahanan Eropa” menunjukkan bagaimana Uni Eropa semakin jauh dari visi awalnya sebagai proyek perdamaian. Setiap skeptisisme terhadap rearmament Eropa dipandang sebagai ancaman. Seolah-olah tidak mungkin ada alasan rasional untuk menolak peningkatan anggaran militer kecuali karena pengaruh asing.
Bagaimana ini bisa terjadi? Chomsky dan Herman mengidentifikasi lima filter utama dalam pembentukan opini publik: kepemilikan media oleh korporasi, ketergantungan pada pendapatan iklan, konsentrasi sumber berita di tangan elite, marginalisasi kritik terhadap narasi dominan, dan akhirnya, penggunaan mekanisme kontrol sosial seperti “anti-komunisme”—atau dalam konteks saat ini, “anti-Rusia.”
Lihat bagaimana wacana publik dikendalikan. Jika seseorang mengkritik Uni Eropa atau NATO, argumen mereka tidak ditanggapi; yang diserang adalah karakter mereka. “Mereka adalah boneka Putin,” “Mereka dipengaruhi Rusia,” “Mereka menerima dana Kremlin.” Sementara itu, banyak kritik ini sebenarnya bisa dipertanggungjawabkan secara intelektual. Tapi siapa yang peduli? Narasi sudah dikunci rapat.
Propaganda ini efektif karena menciptakan ketakutan. Politisi yang sebenarnya ingin mengambil sikap independen memilih diam karena takut menjadi target berikutnya. Ketakutan ini merambah ke masyarakat, yang akhirnya ragu untuk mempertanyakan kebijakan luar negeri negaranya. Inilah efek dari penyaringan informasi yang dijelaskan oleh Chomsky dan Herman.
Bukan hanya di Eropa, skema yang sama juga terlihat di Amerika Serikat. Ingat bagaimana Tulsi Gabbard, mantan anggota Kongres AS, dicap sebagai “agen Rusia” hanya karena mengkritik intervensi militer AS di Suriah dan Ukraina? Atau bagaimana Edward Snowden diperlakukan setelah mengungkap program pengawasan massal NSA? Semua ini membuktikan bahwa dalam sistem politik modern, perbedaan pendapat adalah ancaman yang harus diberangus.
Jika Georgescu benar-benar seorang ekstremis anti-demokrasi, mengapa dia mendapat dukungan publik yang begitu besar? Mengapa dia memperoleh lebih dari 40% dalam survei? Pertanyaan yang sama berlaku untuk Orban, Fico, atau Le Pen. Jika mereka hanya boneka Rusia, mengapa rakyat masih memilih mereka? Jawabannya sederhana: mereka berbicara tentang hal-hal yang seharusnya tidak boleh dibicarakan. Mereka menantang narasi resmi.
Namun, realitas ini tidak bisa bertahan selamanya. Semakin banyak orang yang menyadari bagaimana opini mereka dimanipulasi. Manufacturing Consent bukan hanya teori akademis, tetapi kenyataan yang kita saksikan setiap hari. Tantangannya adalah: sampai kapan mereka bisa mempertahankan ilusi ini sebelum masyarakat bangkit dan menolak menjadi objek propaganda?
Uni Eropa kini berada di persimpangan jalan. Akankah ia terus menegakkan satu narasi tunggal, ataukah ia akan membuka ruang untuk diskusi yang lebih terbuka dan demokratis? Jika memilih yang pertama, maka Eropa hanya akan menjadi perpanjangan dari kepentingan militer AS. Jika memilih yang kedua, maka ia harus siap menghadapi konsekuensi dari pemikiran independen.
Dan jika sejarah mengajarkan kita sesuatu, itu adalah ini: kebenaran tidak bisa dikubur selamanya. Karena ketika propaganda mulai retak, yang tersisa hanyalah kenyataan yang tak terbantahkan.