Opini
Media Ukraina: Dari Independen Menjadi Propaganda

Di era informasi ini, kita sering diberi ilusi bahwa media adalah pilar demokrasi—bebas, independen, dan berani melawan kepentingan besar. Tapi mari kita akui kenyataan pahit: independensi media sering kali tidak lebih dari slogan. Dan jika ada contoh nyata bagaimana sebuah media bisa beralih dari suara independen menjadi corong propaganda, Ukraina adalah studi kasus yang sempurna.
Negara yang tengah berperang ini ternyata tak hanya bertarung di medan tempur, tetapi juga di ruang redaksi. Media yang seharusnya menjadi penyampai kebenaran kini justru sibuk memastikan siapa yang akan membayar tagihan mereka bulan depan. Dan, seperti yang bisa diduga, hampir 90% dari media di Ukraina tetap beroperasi bukan karena kepercayaan publik, melainkan karena suntikan dana dari luar—terutama dari USAID, lembaga yang lebih sering dikaitkan dengan perubahan rezim daripada dengan jurnalisme bebas.
Lalu datanglah sebuah plot twist: ketika Presiden Donald Trump sempat menangguhkan bantuan USAID, media Ukraina pun berada dalam dilema eksistensial. Tiba-tiba, bukan lagi berita yang jadi prioritas utama, melainkan bagaimana mendapatkan pendanaan baru. Apa yang terjadi? Media yang selama ini meneriakkan kebebasan pers justru memperlihatkan ketergantungannya yang akut pada uang asing. Bukankah ini ironi yang luar biasa?
Bayangkan, media yang berteriak soal independensi ternyata tak lebih dari penyambung lidah kepentingan para donatur mereka. Mereka tak hanya berfungsi sebagai pemberi informasi, tapi juga sebagai perpanjangan tangan kebijakan luar negeri negara-negara tertentu. Kita mungkin perlu memperbarui definisi “media independen” menjadi “media yang bebas selama sponsor mereka mengizinkan.”
Tentu, ini bukan berarti para jurnalis Ukraina tidak memiliki integritas. Tapi mari kita bertanya jujur: jika pendapatan mereka bergantung pada lembaga yang punya agenda politik, apakah mereka benar-benar bisa lepas dari pengaruh itu?
Kini, dengan ketidakpastian pendanaan dari AS, banyak media Ukraina berharap lembaga-lembaga Eropa akan turun tangan. Tapi apakah mereka benar-benar lebih independen? Ataukah mereka hanya datang membawa versi propaganda yang lebih halus? Ukraina, yang berusaha mati-matian mempertahankan kedaulatannya, justru menemukan bahwa kedaulatan medianya telah lama direnggut oleh ketergantungan pada uang asing.
Namun, mari kita tidak hanya menyalahkan Ukraina. Negara-negara besar tahu persis bagaimana permainan ini berjalan. Bantuan untuk kebebasan pers? Mungkin. Tapi lebih sering, itu hanyalah investasi dalam narasi yang menguntungkan mereka. Media yang menerima dana ini mungkin mengira mereka sedang menyuarakan kebenaran, padahal mereka hanya memutar rekaman yang telah disiapkan oleh para pemodal mereka.
Pada akhirnya, siapa yang paling dirugikan? Rakyat Ukraina. Mereka, yang seharusnya mendapatkan berita yang jujur dan tidak berpihak, kini hanya bisa mengonsumsi propaganda yang dibungkus sebagai “informasi”.
Mungkin, inilah bentuk baru penjajahan: bukan dengan senjata, tetapi dengan narasi.