Opini
Kuburan yang Hilang, Kemanusiaan yang Terkubur

Hari ini, mari kita berterima kasih kepada peradaban modern. Kita hidup di era di mana segala hal bisa disaksikan dalam hitungan detik, dari peluncuran roket hingga viralnya video kucing. Tapi, anehnya, ada satu hal yang masih sulit kita temukan: keberanian untuk mengatakan kebenaran.
Di Gaza, jasad-jasad hilang dari kuburan. Tidak, mereka tidak lenyap secara ajaib. Ini bukan ulah alam atau bencana. Pelakunya jelas: tentara Israel, yang dengan dalih keamanan dan operasi militer, telah menghancurkan kuburan, membuka makam, dan membawa pergi jasad-jasad. Bahkan, tindakan ini didokumentasikan. Tapi apakah dunia mendengarkan? Tidak. Dunia lebih sibuk mengamati langit dengan teleskop baru, mencari tanda kehidupan di planet lain, sementara kehidupan di bumi ini justru dirampas tanpa ampun.
Bayangkan sebuah kuburan di kota Anda, di mana Anda meletakkan bunga untuk orang tercinta. Sekarang bayangkan kuburan itu digali paksa, dan jasad orang yang Anda kasihi menghilang. Tidak ada jejak, tidak ada kabar. Apa yang akan Anda rasakan? Amarah? Kesedihan? Ketidakberdayaan? Di Gaza, itu bukan imajinasi — itu kenyataan. Dan dunia, dengan segala nilai kemanusiaannya, memilih untuk bungkam.
Alasannya? Mungkin takut dituduh “berpihak” atau “anti ini dan itu.” Tapi apakah kemanusiaan punya sisi? Apakah menghormati jasad seseorang adalah isu politik? Tidak. Ini adalah soal moralitas. Ketika tentara Israel menggali kuburan, membawa jasad-jasad, dan bahkan mengirim truk berisi tubuh-tubuh yang tak teridentifikasi kembali ke Gaza, ini bukan hanya serangan fisik, ini adalah upaya merampas kehormatan terakhir dari manusia yang telah meninggal.
Tindakan ini bukan insiden. Ini adalah kebijakan. Menurut laporan, setidaknya 2.300 jasad telah diambil dari kuburan Gaza sejak Oktober tahun lalu. Seolah-olah kematian tidak cukup menyakitkan, mereka juga ingin menghancurkan kedamaian yang tersisa setelah hidup yang penuh penderitaan.
Dan Anda, apa kabar? Masih sibuk membaca ini sambil menyeruput kopi? Anda mungkin berpikir ini semua terlalu jauh, terlalu asing. Tapi sejarah telah menunjukkan bahwa kejahatan yang dibiarkan akan terus menyebar. Hari ini di Gaza, esok bisa jadi di tempat Anda. Jika kita tidak bicara hari ini, siapa yang akan mendengar jeritan kita ketika giliran kita yang menjadi korban?
Menyebut pelaku adalah langkah pertama. Dunia perlu tahu bahwa kejahatan ini dilakukan oleh rezim zionis Israel yang menggunakan dalih keamanan untuk menjustifikasi kebiadaban. Kita tidak bisa terus bersembunyi di balik retorika netralitas. Netralitas di hadapan ketidakadilan adalah berpihak kepada penindas.
Namun, ini bukan hanya tentang menunjuk siapa yang salah. Ini tentang mengambil tindakan. Jika kita tetap diam, kita sebenarnya sedang membantu menggali kuburan baru — bukan hanya untuk jasad-jasad itu, tapi juga untuk hati nurani kita sendiri.
Gaza adalah ujian kemanusiaan kita. Jika kita gagal, dampaknya bukan hanya bagi mereka yang kehilangan jasad keluarganya. Ini adalah kekalahan universal, di mana rasa peduli dan empati manusia akhirnya terkubur bersama kuburan yang hancur.
Hari ini, kita punya pilihan: berbicara dan melawan, atau diam dan menjadi saksi dalam kehancuran kemanusiaan ini. Dunia sedang menunggu jawaban Anda.