Connect with us

Opini

Kritik Terhadap Pesan Tahun Baru Erdogan

Published

on

Oleh: Lutfi Awaludin Basori

Dalam pesan Tahun Baru 2025 yang penuh dengan janji-janji megah, Presiden Recep Tayyip Erdogan tampaknya berusaha memoles citranya sebagai arsitek perdamaian regional. Namun, di balik retorika manis tersebut, tersembunyi ironi yang mencolok, seolah-olah seorang tukang kebun sibuk menata taman tetangganya sementara rumahnya sendiri terbakar.

Erdogan dengan lantang menyatakan, “Kami akan menyediakan semua dukungan yang diperlukan untuk memastikan bahwa era baru membuka pintu bagi perdamaian abadi, ketenangan, stabilitas, dan kemakmuran ekonomi di Suriah.”. Pernyataan ini terdengar seperti lelucon pahit, mengingat Turki telah berulang kali melancarkan operasi militer di Suriah utara dengan dalih memerangi terorisme. Operasi-operasi ini tidak hanya melanggar kedaulatan Suriah tetapi juga memperparah penderitaan rakyat sipil.

Lebih lanjut, Erdogan menegaskan komitmennya terhadap perjuangan Palestina, sambil menuduh ‘zionis’ melakukan kejahatan perang. Namun, hanya beberapa bulan sebelumnya, Turki dengan bangga mengumumkan normalisasi hubungan diplomatik dengan ‘zionis’, lengkap dengan pengangkatan kembali duta besar. Ironi ini begitu tajam, seolah-olah seorang penjaga moral yang mengutuk perjudian sambil membuka kasino di ruang tamunya.

Di dalam negeri, Erdogan berjanji untuk menurunkan inflasi ke tingkat yang “diinginkan” pada akhir tahun. Namun, kenyataannya, inflasi di Turki telah mencapai angka yang mencekik, dengan rakyat jelata yang semakin terhimpit oleh kenaikan harga kebutuhan pokok. Sementara itu, Erdogan tetap kukuh dengan kebijakan penurunan suku bunga yang kontroversial, yang justru memperparah krisis ekonomi. Ini seperti seorang kapten kapal yang berjanji membawa penumpangnya ke pelabuhan aman, sambil dengan sengaja menabrakkan kapalnya ke karang.

Tak hanya itu, Erdogan berbicara tentang komitmennya terhadap demokrasi, sementara di saat yang sama, pemimpin oposisi divonis penjara dengan tuduhan yang dipertanyakan. Kebebasan pers dan hak asasi manusia di Turki terus tergerus di bawah rezim yang semakin otoriter. Ini mengingatkan pada seorang guru yang mengajarkan kejujuran sambil mencuri kapur dari ruang guru.

Pesan Tahun Baru Erdogan ini tidak lebih dari upaya untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestik yang membara, sambil mencoba memainkan peran sebagai sultan modern yang berambisi menguasai kawasan. Namun, seperti pepatah lama, “Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak.” Erdogan sibuk mengurusi urusan luar negeri dengan ambisi besar, sementara rumahnya sendiri dalam kekacauan. Jika terus seperti ini, mimpi besarnya tak lebih dari ilusi di siang bolong, dan sejarah akan mencatatnya sebagai pemimpin yang gagal melihat realitas di depan matanya sendiri.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *