Connect with us

Opini

Komite Suriah: Sandiwara Politik al-Sharaa

Published

on

Presiden Ahmad al-Sharaa tampaknya benar-benar paham cara bermain dalam politik transisi. Dengan penuh kebijaksanaan yang hanya bisa ditandingi oleh para penguasa yang lahir dari kekosongan moral, ia membentuk sebuah komite yang katanya akan menyusun deklarasi konstitusional. Siapa yang ada di dalam komite ini? Ah, tentu saja para pakar yang dipilih dengan teliti, bukan untuk mewakili rakyat, tapi untuk memastikan bahwa semua yang terjadi tetap sesuai dengan skenario yang telah dirancang dengan apik.

Nama-nama yang diumumkan dalam komite ini mungkin terdengar mengesankan bagi mereka yang baru mengenal politik Suriah. Tapi bagi yang paham betul bagaimana kekuasaan bekerja, ini hanyalah pertunjukan teater yang dimainkan di panggung internasional. Masyarakat Suriah yang majemuk? Lupakan. Tak perlu repot-repot memberi ruang bagi suara-suara dari semua kelompok. Yang penting, ada orang-orang yang bisa menandatangani dokumen dengan rapi dan menghadiri konferensi pers dengan wajah serius.

Sementara komite ini sibuk bertukar ide – atau lebih tepatnya saling mengangguk satu sama lain – ada hal-hal lain yang lebih menarik terjadi di luar sana. Seperti fakta bahwa sebagian besar rakyat Suriah tidak benar-benar yakin apakah komite ini ada untuk kepentingan mereka atau hanya formalitas agar dunia melihat bahwa Suriah sedang “berbenah.” Dan tentu saja, ada pula kenyataan bahwa Israel telah mengokupasi sebagian besar wilayah Suriah, tetapi entah bagaimana, hal ini tampaknya bukan prioritas utama bagi pemerintahan al-Sharaa.

Apa yang menjadi fokus utama pemerintahan baru ini? Menjaga agar transisi tetap berlangsung tanpa mengguncang keseimbangan kekuasaan yang telah diperjuangkan dengan susah payah. Jika ini berarti harus mengabaikan pendudukan asing, meredam perlawanan rakyat, atau menutup mata terhadap kemiskinan yang mencekik negeri, maka biarlah begitu. Yang penting, legitimasi internasional tetap terjaga.

Ada ironi yang luar biasa dalam situasi ini. Rakyat Suriah telah bertahan dari lebih dari satu dekade perang, hanya untuk menemukan bahwa setelah semua darah dan air mata, mereka kini dipimpin oleh seorang pria yang tampaknya lebih peduli pada pengakuan Barat daripada nasib bangsanya sendiri. Mungkin al-Sharaa tahu bahwa melawan Zionis bukanlah strategi yang menguntungkan. Mungkin ia memahami bahwa untuk tetap bertahan di kursi kekuasaan, yang terbaik adalah diam dan membiarkan semuanya berjalan sesuai dengan keinginan mereka yang lebih kuat.

Sementara rakyat Suriah berusaha mencari kejelasan tentang masa depan mereka, pemerintahan baru tampaknya sibuk memastikan bahwa semua langkah yang diambil tidak akan mengganggu kepentingan mereka yang telah menopangnya. Jika ini berarti harus membentuk komite yang hanya ada di atas kertas, mengadakan konferensi nasional yang hanya sekadar formalitas, atau membuat deklarasi yang tidak memiliki kekuatan hukum nyata, maka itulah yang akan terjadi. Dan dunia? Dunia akan menyaksikan, mencatat, dan kemudian melupakannya begitu saja.

Di tengah semua ini, kelompok yang benar-benar memiliki potensi untuk menolak permainan ini hanyalah Pasukan Demokratik Suriah (SDF). Tetapi bahkan mereka pun berada dalam posisi sulit. Dengan Israel yang kini semakin dalam mencengkeram wilayah Suriah dan ancaman intervensi Barat selalu mengintai, perlawanan apa pun bisa berakhir dengan lebih banyak penderitaan bagi rakyat Suriah. SDF mungkin tidak akan tinggal diam, tetapi mereka juga tidak bisa bergerak sembarangan. Sementara itu, al-Sharaa tetap berada di posisinya, menikmati legitimasi yang diberikan oleh mereka yang kepentingannya ia jaga dengan baik.

Mungkin inilah kenyataan pahit dari politik global. Kekuasaan tidak selalu diberikan kepada mereka yang paling layak, tetapi kepada mereka yang paling patuh. Dan dalam hal ini, al-Sharaa membuktikan bahwa ia adalah murid yang sangat baik dalam seni mempertahankan kekuasaan dengan mengorbankan kepentingan rakyatnya sendiri. Dengan komite yang tidak mewakili siapa pun, dengan kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir elit, dan dengan ketidakpedulian terhadap ancaman nyata di depan mata, ia melangkah mantap menuju masa depan yang sudah dirancang bukan oleh rakyat Suriah, tetapi oleh mereka yang mengendalikan nasib bangsa dari jauh.

Lebih menarik lagi, meskipun rakyat Suriah melihat ancaman nyata dari Zionis yang telah merambah ke dalam negeri mereka, pemerintahan al-Sharaa tampaknya lebih tertarik untuk menjaga hubungan baik dengan kekuatan asing yang selama ini berperan dalam menata ulang Timur Tengah. Kenyataan bahwa ada serangan dan pendudukan Israel di tanah Suriah tidak cukup untuk membuatnya mengambil tindakan berarti. Mungkin karena ia memahami satu hal: melawan Zionis berarti melawan Barat dan sekutu-sekutu Arab yang mendukungnya. Dan itu adalah harga yang terlalu mahal untuk dibayar jika yang dipertaruhkan adalah kekuasaan yang baru saja ia genggam.

Bagi rakyat Suriah yang telah kehilangan begitu banyak dalam perang yang berkepanjangan, tidak ada yang lebih menyakitkan daripada menyadari bahwa pemimpin yang seharusnya memperjuangkan hak-hak mereka justru lebih memilih untuk menenangkan pihak asing. Pembentukan komite ini hanyalah satu dari sekian banyak langkah simbolis yang tidak membawa dampak nyata bagi rakyat yang masih hidup dalam ketidakpastian. Janji-janji perubahan hanya menjadi bagian dari narasi politik yang dirancang untuk konsumsi internasional, bukan untuk memberikan solusi konkret bagi mereka yang telah lama menderita.

Dan dengan begitu, kita menyaksikan babak baru dalam kisah panjang penderitaan Suriah. Sebuah negara yang tidak hanya dijajah oleh musuh dari luar, tetapi juga dikhianati oleh pemimpinnya sendiri. Sebuah negeri yang berusaha bertahan dalam dunia yang hanya peduli pada stabilitas kekuasaan, bukan keadilan bagi rakyatnya. Dan al-Sharaa? Ia hanya memainkan perannya dengan sempurna dalam skenario ini. Dunia akan terus melihat, mencatat, dan akhirnya melupakan, sementara rakyat Suriah tetap menjadi korban dalam permainan kekuasaan yang tak pernah benar-benar berpihak kepada mereka.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *