Connect with us

Opini

Ketika Tentara Israel Ketakutan

Published

on

Dua tentara Israel yang sedang berlibur di Amsterdam mendadak berubah menjadi buronan. Mereka bukanlah penjahat kelas kakap yang melarikan diri dari penjara, bukan perampok bank yang tertangkap kamera CCTV, dan bukan pula mata-mata yang gagal menyamar. Mereka hanya tentara biasa, dengan wajah biasa, yang kebetulan baru saja berpartisipasi dalam apa yang disebut dunia sebagai kejahatan perang di Gaza.

Identitas mereka terkuak bukan oleh badan intelijen rahasia atau interpol, melainkan oleh akun media sosial yang peduli dengan keadilan. Israel Genocide Tracker, mengunggah foto dan informasi mereka, menuding mereka sebagai bagian dari mesin penghancur yang telah menewaskan ribuan warga sipil Palestina. Tak butuh waktu lama, kepanikan pun melanda. Mereka tidak lagi sekadar turis, tetapi buronan internasional.

Tentara Israel, yang terbiasa menembakkan peluru ke anak-anak di Gaza, kini ketakutan melangkahkan kaki keluar dari hotelnya di Amsterdam. Dunia telah berubah. Mereka yang terbiasa melihat rakyat Palestina tak berdaya, kini harus menghadapi ketakutan mereka sendiri. Bukan bom, bukan roket, bukan senjata. Hanya sebuah unggahan media sosial yang mengungkap siapa mereka sebenarnya.

Militer Israel segera bertindak. Mereka tidak mencoba membersihkan nama tentaranya, tidak memberikan bantahan, tidak berbicara tentang “hak membela diri”. Tidak, mereka memilih jalan yang lebih sederhana: menyuruh tentaranya bersembunyi di kamar hotel, lalu buru-buru memulangkan mereka ke Israel. Bukan demi keselamatan mereka, tetapi demi mencegah mereka ditangkap atau diinterogasi oleh otoritas internasional.

Kasus ini membuka lembaran baru bagi para tentara Israel. Biasanya, mereka bebas bepergian, menikmati liburan, tanpa ada konsekuensi atas tindakan mereka di medan perang. Namun, kini mereka harus berpikir dua kali sebelum menginjakkan kaki di luar negeri. Paspor Israel yang dulu memberi mereka kebebasan, kini bisa menjadi tiket langsung menuju ruang interogasi di bandara internasional.

Yang lebih menarik adalah bagaimana militer Israel merespons situasi ini. Mereka bukan hanya memperingatkan tentaranya untuk menghapus foto-foto kebanggaan mereka saat membombardir Gaza, tetapi juga meminta mereka untuk menghindari perjalanan ke luar negeri. Ini adalah ironi tingkat tinggi. Mereka yang mengklaim sebagai tentara paling kuat di Timur Tengah kini takut bepergian seperti penjahat perang yang tahu waktunya telah tiba.

Apakah ini tanda awal kejatuhan? Apakah dunia akhirnya mulai memahami bahwa tentara Israel bukanlah pahlawan, tetapi pelaku kejahatan yang harus bertanggung jawab atas tindakan mereka? Jika di Amsterdam saja mereka bisa ketahuan dan dipermalukan, bayangkan jika gerakan ini menyebar ke seluruh dunia. Bayangkan jika setiap bandara internasional memiliki daftar buronan perang Israel. Bayangkan jika setiap tentara Israel yang pernah menyiksa, membunuh, atau menghancurkan kehidupan rakyat Palestina akhirnya harus bersembunyi selamanya.

Ketakutan mereka adalah pertanda baik. Itu berarti keadilan mulai bekerja, meski lambat. Itu berarti mereka mulai sadar bahwa dunia tidak lagi menutup mata terhadap kebiadaban mereka. Itu berarti mereka yang pernah dengan bangga mengunggah foto-foto perang kini harus hidup dalam bayang-bayang ketakutan, takut suatu hari mereka akan ditangkap di negara asing.

Tentu saja, Israel akan mencoba mengendalikan situasi ini. Mereka akan memutarbalikkan narasi, menyebut ini sebagai “ancaman terhadap keamanan nasional” atau “kampanye kebencian terhadap Yahudi”. Mereka akan meminta negara-negara sekutu mereka untuk memberikan perlindungan khusus bagi tentara mereka. Tapi pertanyaannya adalah, sampai kapan mereka bisa menghindari konsekuensi dari tindakan mereka?

Mungkin ini baru permulaan. Jika hanya dua tentara bisa membuat Israel panik, bayangkan jika ribuan nama lainnya mulai bermunculan. Bayangkan jika setiap kejahatan perang mereka didokumentasikan dan dipublikasikan untuk dunia melihat. Tidak ada tempat yang cukup aman bagi mereka jika dunia memutuskan untuk tidak lagi mentoleransi genosida yang mereka lakukan.

Jadi, bagi tentara Israel yang masih berpikir untuk berlibur di luar negeri, sebaiknya pikirkan ulang. Dunia semakin mengecil untuk kalian. Gaza mungkin masih bisa kalian bombardir tanpa rasa takut, tetapi di luar Israel, di dunia yang lebih sadar, langkah kalian akan semakin sempit. Mungkin saatnya kalian berkemas dan tetap di rumah—karena siapa tahu, besok nama kalian ada di daftar berikutnya.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *