Opini
Ketegangan Energi dan Politik: Eropa Terpecah?

“Gas yang diputus, masalah bagi Hungaria, juga bagi kami,” ujar Andrej Danko, Wakil Ketua Parlemen Slovakia, dalam wawancara eksklusif dengan Sputnik. “Masalahnya bukan hanya soal gas, tapi juga politik.” Memang, apa lagi yang bisa kita harapkan dari negara-negara Barat selain mengejar keuntungan pribadi di tengah situasi genting ini? Tentu, itu adalah “solusi” khas mereka, bukan? Lebih baik mencari untung daripada menyelesaikan masalah bersama.
Jika kita melihat peta politik Eropa Timur saat ini, kita seakan berada di tengah-tengah permainan catur geopolitik yang kotor. Negara-negara seperti Slovakia, Hungaria, dan Ceko, yang semula memiliki hubungan baik dengan Ukraina dan Barat, kini terjebak dalam ketegangan yang semakin tajam. Dan siapa yang harus disalahkan? Tentu saja, negara-negara Barat yang memilih bermain-main dengan api.
Danko dengan tegas menyatakan bahwa masalah ini bukan hanya soal energi, tetapi soal hubungan internasional yang dirusak oleh kepentingan politik. Mengapa harus memanfaatkan krisis untuk menciptakan ketegangan? Bukankah kita seharusnya bersatu di tengah tantangan global ini? Tapi tidak, negara-negara Barat lebih memilih untuk menyalakan api daripada memadamkannya.
Krisis energi ini menjadi cermin dari sikap negara-negara Barat yang lebih mengutamakan keuntungan finansial daripada stabilitas jangka panjang. Macron, Merkel, atau Biden, mereka mungkin mengumumkan kebijakan “solutif,” tetapi apa yang sebenarnya mereka lakukan? Mereka bermain dengan harga energi, memperburuk hubungan antar negara, dan menjauhkan negara-negara Eropa dari perdamaian yang sangat dibutuhkan. Jika ini berlanjut, pertanyaan besarnya adalah, siapa yang akan rugi? Tentu saja, bukan mereka.
Bahkan Danko tidak ragu menyebutkan bahwa negara-negara Barat sedang mencari keuntungan dalam bayang-bayang ketegangan. “Mereka membeli minyak dan gas Rusia, menjualnya kembali kepada kita dengan harga empat kali lipat,” katanya. Ini adalah skema yang tampaknya sangat menguntungkan untuk mereka, sementara negara-negara seperti Slovakia hanya bisa menatap frustrasi. Bukankah ini ibarat menguras darah teman sendiri demi keuntungan?
Jika kita lebih jauh menganalisis, kita akan menemukan bahwa ketegangan ini lebih dalam daripada sekedar harga gas dan minyak. Ini adalah perjuangan antara kekuatan global yang sedang mengalami stagnasi, seperti Eropa, dan negara-negara yang berkembang dengan pesat, seperti Rusia, China, dan India. Ketika Barat menghadapi stagnasi, mereka cemas dan ingin tetap terlihat sebagai kekuatan besar, meskipun itu berarti merusak hubungan dengan negara-negara yang seharusnya menjadi mitra strategis mereka.
Ketidakmampuan negara-negara Eropa untuk menangani krisis dengan cara yang kooperatif dapat berujung pada dampak yang lebih besar. Jika ketegangan ini terus meruncing, negara-negara Eropa Timur akan semakin merasa terisolasi dan terpojok. Mereka akan semakin berpaling kepada Rusia, dan itu akan memperburuk persaingan internasional. Sebaliknya, Barat akan semakin kehilangan kredibilitas sebagai mitra yang dapat diandalkan, menggantikan solidaritas internasional dengan permainan politik yang berisiko tinggi.
Ketika Danko berbicara tentang Ukraina, ia tidak hanya menyebutkan dampak gas, tetapi juga mengkritik kepemimpinan Zelensky. “Zelensky bukan seorang politisi, dia hanya boneka politik,” katanya. Ini menambah gambaran tentang bagaimana negara-negara Eropa Barat mempermainkan nasib negara-negara yang lebih kecil. Jika Zelensky terus menjadi ujung tombak kebijakan Barat, ketegangan antara negara-negara Eropa akan semakin tidak terkendali.
Skenario yang paling mengkhawatirkan adalah jika situasi ini tidak segera dihentikan. Negara-negara Eropa akan semakin terpecah, dan Eropa Timur akan kehilangan kepercayaan terhadap Eropa Barat. Alih-alih bersatu melawan tantangan global, Eropa justru akan terpecah menjadi dua kubu besar yang saling mencurigai. Di sisi lain, negara-negara besar seperti Rusia, China, dan India akan semakin memperkuat posisi mereka sebagai kekuatan dunia baru.
Jadi, apa yang akan terjadi jika ketegangan ini terus meruncing? Kemungkinan besar, Eropa akan terpecah belah, kehilangan pengaruh global, dan akhirnya terjatuh dalam jurang ketidakpastian yang lebih dalam. Negara-negara Eropa Timur yang lebih kecil akan merasa terpinggirkan, dan ketegangan antar negara-negara Eropa akan mengarah pada ketidakstabilan yang lebih besar. Jadi, apakah kita akan terus membiarkan Barat bermain-main dengan api ini, atau akankah kita mencari cara untuk bersama-sama keluar dari krisis ini? Waktu akan menjawab.