Connect with us

Opini

Kejatuhan Assad, Ujian Baru bagi Hizbullah

Published

on

Oleh: Lutfi Awaludin Basori

“Setiap pukulan ke Suriah adalah pukulan ke jantung Hizbullah. Tapi kami tidak akan gentar,” kata Hasan Fadallah, seorang anggota parlemen Hizbullah, dalam wawancara eksklusif di al Jadeed News yang dilakukan sepekan setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad. Pernyataannya menggambarkan keyakinan teguh Hizbullah meski di tengah perubahan besar di kawasan. Kejatuhan Assad pada 8 Desember 2024 memang menantang stabilitas regional, tetapi bagi Hizbullah, ini adalah babak baru dalam perjuangan yang selama ini ditempa oleh ujian dan pengorbanan.

Hizbullah telah lama terbukti mampu bertahan dalam kondisi yang paling sulit. Hilangnya jalur suplai utama melalui Suriah memang menciptakan tantangan logistik, tetapi ini bukan pertama kalinya kelompok perlawanan tersebut menghadapi blokade dan tekanan. Jalur-jalur alternatif, baik melalui laut maupun sistem bawah tanah di perbatasan Lebanon, sudah mulai disiapkan untuk memastikan perjuangan terus berlanjut. “Kami telah melalui masa-masa sulit sebelumnya, dan kami akan menemukan cara baru untuk bertahan,” tegas Hasan Fadallah.

Lebih dari itu, Hizbullah memahami bahwa perjuangan bukan hanya soal logistik, tetapi soal menjaga semangat perlawanan. Dalam situasi ini, dukungan rakyat Lebanon tetap menjadi pilar utama kekuatan Hizbullah. Meskipun Lebanon tengah dilanda krisis ekonomi, masyarakat masih melihat Hizbullah sebagai simbol keteguhan melawan agresi zionis. Rakyat yang selama ini mendukung kelompok tersebut tahu bahwa perjuangan Hizbullah tidak hanya untuk kelompok tertentu, tetapi juga demi menjaga kehormatan bangsa Lebanon dan kedaulatan kawasan.

Di sisi lain, Israel mencoba memanfaatkan momen ini dengan memperluas agresi di wilayah Suriah, termasuk lebih dari 600 serangan udara dalam waktu singkat setelah jatuhnya Damaskus. Serangan ini bertujuan melemahkan infrastruktur Suriah dan memutus jalur suplai yang dianggap mendukung Hizbullah. Namun, bagi Hizbullah, situasi seperti ini bukanlah hal baru. Dalam perang 2006, meski menghadapi kekuatan militer Israel yang jauh lebih besar, Hizbullah berhasil memukul mundur musuh dengan strategi yang matang. Pengalaman ini menjadi bukti bahwa Hizbullah tidak hanya mampu bertahan di tengah tekanan, tetapi juga terus memperkuat kapabilitasnya untuk menghadapi ancaman di masa depan.

Langkah Israel untuk mencaplok wilayah strategis seperti Golan Heights, termasuk rencana memperbanyak pemukiman ilegal, memang menambah ketegangan. Namun, tindakan ini juga menunjukkan rasa takut Israel terhadap potensi kebangkitan kembali perlawanan di Suriah dan Lebanon. Bagi Hizbullah, setiap agresi baru adalah kesempatan untuk memperkuat solidaritas di antara kelompok perlawanan di kawasan. Kegigihan Hizbullah telah menginspirasi berbagai kelompok lain, baik di Palestina maupun kawasan lainnya, untuk melanjutkan perjuangan mereka.

Iran, sebagai sekutu utama Hizbullah, juga menunjukkan kesabaran strategis. Meski belum ada respons besar terhadap perubahan di Suriah, Iran tampaknya sedang merumuskan langkah yang lebih besar dan lebih terkoordinasi untuk menghadapi ancaman yang ada. Dukungan Iran kepada Hizbullah selama ini tidak hanya dalam bentuk bantuan militer, tetapi juga transfer pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan Hizbullah menjadi salah satu kekuatan perlawanan yang paling terorganisir di dunia.

Hasan Fadallah memberi pesan optimis: “Kami tahu musuh berharap kami kalah dalam kekacauan ini. Tapi sejarah mengajarkan kami untuk tidak pernah menyerah, bahkan ketika segalanya tampak hilang.” Kata-kata ini menggarisbawahi tekad Hizbullah untuk terus berdiri teguh di tengah tantangan yang ada.

Hizbullah telah membuktikan bahwa mereka adalah lebih dari sekadar kelompok militer; mereka adalah simbol perlawanan rakyat melawan penindasan. Ketika kawasan menghadapi ketidakpastian, keyakinan dan kemampuan adaptasi Hizbullah menjadi harapan bagi banyak orang yang mendambakan keadilan dan kebebasan. Dalam perjuangan ini, Hizbullah bukan hanya bertahan—mereka terus membangun jalan menuju kemenangan.

1 Comment

1 Comment

  1. Syarif

    19 Desember 2024 at 12:47

    Bold!

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *