Connect with us

Opini

Kanada-China: Minyak Mengalir di Tengah Badai Tarif Trump

Published

on

Di tengah gemuruh ketegangan perdagangan global, sebuah laporan dari Bloomberg mengguncang narasi energi dunia: China, raksasa ekonomi Asia, kini mengimpor minyak mentah Kanada dalam jumlah rekor—7,3 juta barel pada Maret—sementara pasokan dari Amerika Serikat merosot tajam hingga 90%. Pergeseran ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan strategi cerdas Kanada dan China untuk melawan bayang-bayang tarif Donald Trump, yang mengancam stabilitas ekonomi dengan pendekatan labilnya. Di balik angka-angka ini, tersembunyi kisah ketidakpastian, ambisi, dan permainan geopolitik yang rumit.

Laporan Bloomberg menyoroti bahwa impor minyak Kanada ke China melonjak berkat selesainya pipa Trans Mountain Expansion, yang membuka jalur ekspor langsung ke Asia. Sebelumnya, hampir semua minyak Kanada mengalir ke AS untuk diolah atau diekspor kembali. Kini, dengan ancaman tarif 25% dari Trump, Kanada bergerak cepat mendiversifikasi pasarnya. China, yang menghadapi tarif AS 10-20%, melihat peluang emas untuk mengisi kekosongan pasokan minyak, mengurangi ketergantungan pada AS dari 29 juta barel pada Juni 2024 menjadi hanya 3 juta barel per bulan.

Ketidakpastian kebijakan Trump menjadi pendorong utama pergeseran ini. Dengan retorika yang menyebut Kanada “penyalahguna tarif” dan ancaman aneksasi yang absurd, Trump menciptakan lingkungan di mana Kanada tidak bisa lagi bertaruh hanya pada AS, yang menyerap 73% ekspornya. Penundaan tarif selama 90 hari untuk barang USMCA tidak menghilangkan ancaman, tetapi justru memicu Kanada untuk bertindak proaktif. Lonjakan ekspor minyak ke China adalah bukti bahwa Kanada menginginkan kepastian, bukan kejutan dari sosok yang dikenal labil seperti Trump.

China, di sisi lain, memanfaatkan keretakan hubungan Kanada-AS dengan cerdik. Dengan Rusia sebagai pemasok minyak utama dan Arab Saudi menurun 9% dari tahun-ke-tahun, China membutuhkan sumber baru yang stabil. Kanada, dengan minyak beratnya yang kompetitif, menjadi jawaban ideal. Wenran Jiang dari Canada-China Energy & Environment Forum menegaskan bahwa China tidak ingin bergantung hanya pada Rusia atau Timur Tengah, dan minyak Kanada adalah “kabar baik” di tengah perang tarif. Ini bukan sekadar opportunisme, tetapi strategi jangka panjang untuk keamanan energi.

Kanada tidak hanya bereaksi terhadap ancaman tarif; ia juga berinvestasi pada masa depan. Pipa Trans Mountain, yang menelan biaya miliaran dolar, dirancang untuk menembus pasar Asia, bukan sebagai solusi sementara. Mengurangi fokus pada China, bahkan jika tarif Trump dicabut, akan menyia-nyiakan investasi ini dan melemahkan posisi Kanada. Pasar China, dengan permintaan energi yang terus meningkat, menawarkan peluang ekonomi yang tidak bisa diabaikan, terutama ketika AS tetap rentan terhadap volatilitas kebijakan Trump.

Argumen bahwa Kanada akan kembali fokus pada AS jika tarif dicabut terlalu sederhana. Pengalaman masa lalu—seperti tarif baja 2018 yang dicabut hanya untuk digantikan ancaman baru—mengajarkan Kanada untuk tidak mempercayai stabilitas kebijakan AS di bawah Trump. Jika Kanada mengorbankan hubungan dengan China untuk memprioritaskan AS, lalu Trump kembali mengenakan tarif karena alasan seperti defisit perdagangan, Kanada akan terjebak dalam kerugian ganda: kehilangan pasar China dan menghadapi hambatan baru di AS.

Data mendukung skeptisisme ini. AS memang pasar ekspor utama Kanada, tetapi ketergantungan sebesar 73% ini justru menjadi kelemahan ketika Trump mengancam tarif berulang. Sebaliknya, ekspor minyak ke China, yang sebelumnya hampir nol, kini menjadi penyelamat ekonomi. Kanada juga memperluas cakupan dengan menegosiasikan perjanjian dagang seperti ICA-CEPA dengan Indonesia, menunjukkan visi diversifikasi yang tidak akan mudah ditinggalkan, bahkan jika hubungan dengan AS membaik.

China, dengan langkahnya mengurangi impor minyak AS hingga 90%, menunjukkan bahwa ia tidak hanya bereaksi terhadap tarif, tetapi juga membangun ketahanan energi. Dengan Kanada sebagai mitra baru, China memperkuat posisinya di pasar global, mengurangi risiko sanksi AS atau gangguan pasokan dari Timur Tengah. Ini adalah permainan catur geopolitik, di mana Kanada dan China saling menguntungkan: Kanada mendapatkan pasar baru, dan China mendapatkan sumber energi yang lebih aman.

Namun, langkah ini tidak tanpa risiko. Kanada tetap terikat pada AS melalui NATO dan USMCA, dan terlalu condong ke China bisa memicu reaksi dari Washington. Sentimen domestik Kanada juga menantang, dengan kekhawatiran tentang dugaan campur tangan China dalam pemilu atau isu hak asasi manusia. Meski begitu, manfaat ekonomi dari kerja sama dengan China—terutama dalam minyak—terlalu besar untuk diabaikan, terutama ketika ketidakpastian AS terus membayang.

Gebrakan Kanada dan China ini memiliki implikasi luas. Pasar minyak global bisa bergeser, dengan Kanada menjadi pemain kunci di Asia dan China mengurangi pengaruh AS. Harga minyak mungkin terdampak, memengaruhi dinamika OPEC. Bagi Kanada, mempertahankan hubungan dengan China adalah soal bertahan hidup di era ketidakpastian. Seperti yang dikatakan oleh jajak pendapat AP-NORC, kepercayaan warga AS terhadap Kanada sebagai sekutu merosot, menegaskan bahwa hubungan bilateral tidak lagi harmonis.

Pada akhirnya, Kanada tidak akan buru-buru meninggalkan China, bahkan jika tarif Trump lenyap. Ketidakpastian yang diciptakan oleh pendekatan labil Trump telah mengajarkan Kanada pelajaran berharga: diversifikasi adalah kunci untuk stabilitas. China, dengan pasarnya yang luas, bukan sekadar pelarian sementara, tetapi mitra strategis untuk masa depan. Di tengah badai tarif dan retorika geopolitik, Kanada dan China menulis babak baru dalam perdagangan energi, satu barel pada satu waktu.

Daftar Sumber:

  1. (n.d.). China Imports Record Canadian Crude as US Supplies Plummet Amid Trade War.
  2. AP-NORC. (n.d.). Public Opinion on US-Canada Relations.
  3. Vortexa Ltd. (n.d.). Oil and Gas Cargo Tracking Data.
  4. Canada-China Energy & Environment Forum. (n.d.). Statements by Wenran Jiang.
  5. (n.d.). Ship-Tracking Data on US Crude Exports.
  6. Chinese Customs Data. (n.d.). Crude Oil Import Statistics.
  7. Web Search Results. (2025). Canada-US Trade War, Tariffs, and China-Canada Oil Trade.
  8. X Posts. (2025). Discussions on Canada-China Trade and Trump Tariffs.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *