Connect with us

Opini

Italia di Uji: Tangkap Tentara Israel atau Abaikan Keadilan?

Published

on

The Hind Rajab Foundation (HRF), sebuah organisasi hak asasi manusia yang berbasis di Belgia, menyerukan kepada otoritas Italia untuk segera menangkap Mayor Jenderal Ghassan Alian atas dugaan kejahatan perang terhadap warga Palestina di Gaza. Laporan ini menyoroti momen kritis dalam perjuangan menegakkan keadilan internasional di tengah kompleksitas politik global yang kian tajam.

HRF telah mengajukan kasus terhadap Alian ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan otoritas Italia, menuduhnya melakukan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang. Sebagai kepala Koordinator Pemerintah di Wilayah (COGAT), Alian bertanggung jawab atas blokade total terhadap Gaza, termasuk pemutusan pasokan air, makanan, dan bahan bakar, yang memperparah penderitaan warga sipil di tengah konflik.

Dalam sebuah video pada 10 Oktober 2023, Alian menyatakan bahwa Israel akan memberlakukan blokade total terhadap Gaza, dengan mengatakan, “Tidak ada listrik, tidak ada air, hanya kehancuran.” Pernyataan ini, yang memperjelas niatnya untuk menargetkan warga sipil, menggambarkan wajah nyata dari pelanggaran hukum humaniter internasional yang sering kali tidak mendapatkan sanksi.

Kasus ini membuka pertanyaan besar tentang keberanian negara-negara dalam menegakkan hukum internasional. Apakah Italia, sebagai negara anggota ICC, akan memenuhi kewajiban hukum untuk menangkap Alian, ataukah mereka akan tunduk pada tekanan geopolitik? Keputusan ini bukan hanya soal hukum, tetapi juga ujian moralitas dalam menghadapi ketidakadilan yang sistemik.

Di satu sisi, menangkap Alian akan menjadi langkah monumental dalam menegakkan keadilan bagi korban kejahatan perang. Negara yang berani mengambil langkah ini akan dipandang sebagai pelindung hukum internasional dan pendukung hak asasi manusia. Namun, keputusan ini juga berisiko memicu tekanan diplomatik, sanksi ekonomi, atau ancaman keamanan dari negara-negara pendukung Israel.

Sebaliknya, memilih untuk tidak menangkap Alian akan memperkuat persepsi bahwa hukum internasional hanya berlaku untuk negara-negara lemah dan tidak memiliki kekuatan yang sejati. Ini akan melemahkan kredibilitas ICC dan memupuk ketidakpercayaan terhadap sistem keadilan global. Di tengah situasi ini, dunia akan kembali dihadapkan pada dilema prinsip versus kepentingan.

Kisah HRF sendiri memberikan gambaran nyata tentang dampak kemanusiaan dari konflik ini. Organisasi ini dinamai Hind Rajab, seorang anak Palestina berusia enam tahun yang dibunuh bersama keluarganya oleh tembakan tank Israel. Peristiwa tragis ini mencerminkan betapa warga sipil, termasuk anak-anak, menjadi korban utama dari kebijakan yang tidak manusiawi.

Sayangnya, keberanian untuk menegakkan keadilan sering kali berhadapan dengan tembok kekuatan geopolitik. Dukungan negara-negara besar seperti Amerika Serikat terhadap Israel membuat banyak negara enggan mengambil risiko. Bahkan, Polandia secara terang-terangan menyatakan akan melindungi pejabat Israel dari penangkapan, menunjukkan betapa hukum sering kali tunduk pada kepentingan politik.

Namun, masyarakat internasional tidak boleh menyerah pada pesimisme. Tekanan dari organisasi masyarakat sipil seperti HRF membuktikan bahwa keadilan masih bisa diperjuangkan. Mereka adalah suara bagi mereka yang tidak bisa bersuara, mengingatkan kita bahwa keadilan bukan hanya tanggung jawab negara, tetapi juga tanggung jawab kolektif umat manusia.

Pilihan untuk menangkap atau tidak menangkap seorang tersangka kejahatan perang seperti Alian adalah ujian sesungguhnya bagi keberanian negara-negara dalam menempatkan keadilan di atas kepentingan. Ini adalah momen di mana prinsip kemanusiaan diuji, dan dunia akan mencatat apakah hukum benar-benar berlaku untuk semua atau hanya untuk segelintir pihak.

Pada akhirnya, keputusan ini akan menjadi cerminan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat internasional. Menangkap Alian bukan hanya soal melaksanakan kewajiban hukum, tetapi juga membuktikan bahwa dunia masih memiliki keberanian untuk berdiri di sisi keadilan. Jika tidak, kita akan terus melihat ketidakadilan menjadi norma, menghancurkan harapan bagi generasi mendatang.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *