Opini
Israel Proxy AS: Bukti Nyata Dominasi Washington

Oleh: Lutfi Awaludin Basori
Israeli Channel 13 melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tak akan menyetujui kesepakatan pertukaran tahanan atau menghentikan perang di Gaza tanpa “arahan jelas” dari Presiden AS. Sekilas, ini terdengar seperti pernyataan biasa. Tapi mari kita renungkan: sebuah negara yang mengaku sebagai “pulau demokrasi di Timur Tengah” ternyata hanya bisa bergerak ketika mendapat aba-aba dari Washington. Jika ini bukan definisi dari proxy, maka kita perlu mencari kamus baru.
Bayangkan, ribuan orang tewas, rumah-rumah hancur, anak-anak kehilangan orang tua mereka, dan kota Gaza menjadi reruntuhan. Tapi Netanyahu, sang pemimpin “berdaulat,” masih harus menunggu telepon dari Gedung Putih untuk mengatakan, “Ya, hentikan sekarang.” Ironisnya, ini bukan rahasia lagi. Media Israel sendiri mengakui, bahkan keluarga tahanan Israel yang ditangkap oleh perlawanan Palestina langsung meminta Presiden AS untuk campur tangan, bukan kepada pemimpin negara mereka sendiri. Jika ini bukan bukti nyata bahwa Israel hanyalah kepanjangan tangan AS, maka apa lagi?
AS sering menuduh kelompok seperti Hizbullah dan Ansarullah sebagai proxy Iran. Mereka menggambarkan kelompok-kelompok ini sebagai boneka yang digerakkan oleh Teheran, meskipun kelompok-kelompok ini memiliki kepentingan lokal yang nyata dan independen. Tetapi ketika berbicara tentang Israel, istilahnya tiba-tiba berubah menjadi “mitra strategis.” Sebuah standar ganda yang begitu mencolok hingga membuat orang buta sekalipun mampu melihatnya. Padahal, fakta-fakta yang terkuak dengan sendirinya menunjukkan hal sebaliknya. Netanyahu adalah boneka, dan AS adalah dalangnya.
Ketika Israel melancarkan serangan ke Gaza, membombardir sekolah, rumah sakit, dan tempat penampungan pengungsi, apakah kita benar-benar percaya bahwa ini semua murni keputusan Israel? Tidak. Ini adalah bagian dari agenda AS. Setiap bom yang dijatuhkan, setiap peluru yang ditembakkan, semuanya disponsori oleh Washington. Dan ketika Gaza menangis darah, itu bukan hanya dosa Israel, melainkan juga dosa AS. Mereka yang duduk nyaman di Gedung Putih memiliki tangan yang sama berdarahnya dengan Netanyahu.
Jika Netanyahu hanya mengikuti perintah, maka kejahatan yang dilakukan oleh Israel adalah kejahatan yang didalangi oleh AS. Tak ada satu pun serangan udara atau penembakan yang bisa dilepaskan dari pengaruh Washington. Setiap korban jiwa, setiap reruntuhan bangunan, setiap tangisan ibu yang kehilangan anaknya, semua adalah hasil kolaborasi sempurna antara Israel dan AS. Dan jika ada yang harus bertanggung jawab atas tragedi ini, maka bukan hanya Tel Aviv, tetapi juga Washington.
Jadi, mari kita berhenti berpura-pura. Israel bukanlah negara berdaulat dalam artian sejati. Mereka adalah alat, proxy, boneka yang digerakkan oleh AS untuk melanggengkan dominasi mereka di Timur Tengah. Ketika kita berbicara tentang lumuran darah di Gaza, itu bukan hanya di tangan Netanyahu, tetapi juga di tangan Presiden AS, siapapun dia. Lalu, jika kita menuntut keadilan untuk Gaza, bukankah kita harus menyeret AS ke pengadilan yang sama?
Pertanyaannya sekarang: berapa lama dunia akan terus menutup mata terhadap fakta ini? Berapa banyak lagi nyawa yang harus melayang sebelum kita akhirnya menyadari bahwa Israel hanyalah alat pembunuh, dan AS adalah otaknya? Atau, mungkinkah kita sudah terlalu mati rasa untuk peduli? Anda yang menjawab.
*Sumberr: Al-Mayadeen