Opini
Israel Katz: Pengakuan Kejahatan dan Ancaman Kosong ke Yaman

Oleh: Lutfi Awaludin Basori
Sepertinya dunia internasional telah lupa bagaimana rasanya dihormati. Bahkan, mungkin mereka mulai menganggap bahwa hukum internasional hanyalah teori yang bisa dibuang ke tempat sampah jika ada yang cukup berani untuk membuangnya. Dan siapa yang lebih berani daripada seorang menteri “Israel” yang bangga mengakui bahwa negara mereka telah melakukan pembunuhan terhadap pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran? Tentu saja, saya berbicara tentang Israel Katz.
Dengan bangganya, Katz mengumumkan bahwa “Israel” telah melakukan pembunuhan terhadap Haniyeh, menandai momen bersejarah di mana sebuah negara melanggar kedaulatan negara lain dengan bangga, seolah-olah dunia hanya bisa menonton tanpa bisa berbuat apa-apa. Dan bukannya merasa malu atau menghadapinya dengan rasa bersalah, Katz malah melontarkan pernyataan seolah dunia harus berterima kasih kepada “Israel” atas “keberanian” mereka dalam melaksanakan “tugas mulia” tersebut.
Inilah momen yang paling memalukan bagi dunia internasional. Bukankah ini seperti melemparkan kotoran ke wajah keadilan global? Di saat organisasi internasional seperti PBB dibentuk untuk menegakkan perdamaian dan melindungi kedaulatan negara, kita justru menyaksikan seorang pejabat “Israel” dengan arogan memamerkan tindakannya yang jelas melanggar hukum internasional. Dan, seperti biasa, dunia hanya terdiam, seperti patung batu, tak mampu berbuat apa-apa.
Namun, jangan terlalu khawatir! Ada satu lagi bagian dari pertunjukan ini yang tak boleh dilewatkan: ancaman Katz terhadap Yaman. Seolah-olah dengan menyebut nama “Houthi,” “Israel” bisa menjatuhkan ketakutan di seluruh dunia. Namun, kenyataannya, ini adalah ancaman kosong yang tak pernah bisa dilaksanakan. Mengapa? Karena Yaman, yang sudah terbiasa menghadapi agresi besar-besaran dari negara-negara besar seperti Saudi, AS, dan UEA, justru tetap berdiri tegak.
Tak ada yang lebih ironis daripada menyaksikan negara-negara besar yang menguasai dunia, dengan kekuatan militer yang luar biasa, tak mampu mengalahkan Yaman yang tak punya banyak sumber daya. Saudi dan UEA, yang bersekutu dengan “Israel”, sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk menggulingkan pemerintah yang sah di Yaman, namun hasilnya selalu sama: kegagalan. Begitu juga dengan AS dan “Israel” yang, meski telah meluncurkan serangan, tidak dapat menghentikan tekad rakyat Yaman untuk terus berjuang demi kedaulatan mereka.
Jadi, ketika Katz dengan percaya diri mengancam Yaman, itu lebih terdengar seperti lelucon buruk. Seperti seorang kucing galak yang mengancam singa yang tak gentar. Bukankah lebih baik jika “Israel” berhenti melemparkan ancaman kosong dan belajar dari kenyataan bahwa Yaman, dengan segala keterbatasannya, masih bisa berdiri teguh? Mereka mungkin tak bisa meraih kemenangan besar seperti yang mereka impikan, tetapi mereka telah menunjukkan kepada dunia bahwa kekuatan terbesar bukanlah senjata, tetapi tekad dan keinginan untuk mempertahankan kedaulatan.
Katz mungkin bisa merasa bangga dengan pengakuannya tentang pembunuhan tersebut, namun dunia harus bertanya, apakah kebanggaan itu layak dibayar dengan kehilangan integritas dan martabat internasional? Jika “Israel” terus menunjukkan arogansi semacam ini, mungkin suatu hari nanti dunia akan berhenti menganggapnya sebagai negara yang dihormati, tetapi sebagai pelaku kejahatan yang menghindar dari tanggung jawab. Dan Yaman, yang tetap teguh meskipun terjepit dalam perang yang tak kunjung usai, bisa menjadi contoh bagi semua orang: kekuatan sejati ada pada keteguhan hati, bukan pada seberapa besar senjata yang dimiliki.
*Sumber: Al Mayadeen