Connect with us

Opini

Ironi Al-Sharaa: Menumpas Alawite, Membiarkan Israel

Published

on

The Israel Defense Forces (IDF) kini tengah bersiap untuk menetap tanpa batas waktu di selatan Suriah. Ini bukan sekadar spekulasi atau propaganda oposisi, melainkan pernyataan terbuka dari Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz. Sementara pasukan Israel memperkokoh kehadiran mereka dengan membangun basis militer baru di tanah Suriah, pemimpin transisi Suriah, Ahmad al-Sharaa, justru sibuk di tempat lain—menumpas komunitas Alawite di pesisir.

Ironinya jelas: terhadap Israel yang secara nyata menduduki wilayahnya, al-Sharaa memilih diam, tetapi terhadap rakyatnya sendiri, ia menunjukkan kekejaman yang luar biasa. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar: Mengapa rezim baru Suriah lebih represif terhadap warga Alawite ketimbang terhadap Israel? Jika keduanya adalah ancaman, mengapa sikapnya begitu berbeda? Untuk memahami paradoks ini, kita harus menganalisisnya dari sudut pandang politik kekuasaan, strategi kelangsungan rezim, dan keterlibatan aktor eksternal.

Menarget Musuh yang Mudah

Rezim transisi Suriah lahir dari kekacauan. Kudeta yang menumbangkan Bashar al-Assad bukanlah kemenangan demokrasi, melainkan dominasi kelompok-kelompok milisi yang sebelumnya terlibat dalam perang saudara. Ahmad al-Sharaa, mantan pemimpin kelompok teroris Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kini duduk di kursi kepresidenan dengan tangan berlumuran darah. Untuk mempertahankan kekuasaannya, ia membutuhkan dua hal: legitimasi dan musuh bersama.

Menghadapi musuh eksternal seperti Israel bukanlah pilihan realistis bagi rezim yang baru terbentuk dan lemah. Israel memiliki keunggulan militer yang luar biasa dengan dukungan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Sebaliknya, komunitas Alawite—basis pendukung utama Assad—adalah target yang lebih mudah. Sejarah telah menunjukkan bahwa pemimpin otoriter yang lemah cenderung menindas kelompok yang paling tidak bisa membela diri.

Kekerasan sebagai Pondasi Kekuasaan

Ahmad al-Sharaa memahami bahwa kekerasan bukan hanya alat, tetapi juga fondasi kekuasaannya. Dengan menghancurkan komunitas Alawite, ia mengirim pesan tegas: tidak ada tempat bagi oposisi, baik yang sekuler maupun yang berakar pada loyalitas lama. Langkah ini juga berfungsi untuk mengendalikan milisi-milisi yang dulu berperang bersamanya.

Dalam situasi pasca-kudeta, faksi-faksi bersenjata sering kali berbalik melawan pemimpin baru jika tidak diberi “pekerjaan”. Dengan memberi mereka izin untuk menumpas Alawite, al-Sharaa memastikan para kombatan tetap sibuk dan loyal kepadanya. Ini bukan sekadar pembersihan politik, tetapi juga strategi bertahan hidup.

Peran Israel dan Barat: Dukungan Terselubung

Mengapa al-Sharaa lebih lunak terhadap Israel? Jawabannya sederhana: rezimnya membutuhkan dukungan internasional untuk bertahan. Israel berkepentingan menjaga Suriah tetap lemah dan terfragmentasi. Dengan membiarkan al-Sharaa menumpas Alawite dan menghancurkan sisa-sisa loyalis Assad, Israel mendapat keuntungan strategis tanpa perlu mengotori tangannya sendiri.

Selain Israel, Barat juga memiliki peran dalam mempertahankan al-Sharaa. Meskipun AS dan Eropa tidak secara terbuka mendukungnya, mereka juga tidak mengecam kejahatan kemanusiaan yang terjadi. Mereka melihat al-Sharaa sebagai alat untuk melemahkan pengaruh Iran dan Rusia di Suriah. Dengan kata lain, selama ia tidak menantang kepentingan Barat, kejahatannya terhadap rakyatnya sendiri akan diabaikan.

Israel di Tanah Suriah

Sementara Suriah tenggelam dalam konflik internal yang disengaja, Israel semakin memperkuat cengkeramannya di wilayah Suriah. Wilayah seperti Dataran Tinggi Golan telah lama diduduki, tetapi kini mereka mulai memperluas pengaruhnya lebih jauh ke dalam. IDF secara terbuka mendirikan pos-pos militer baru, melakukan serangan udara rutin, dan bahkan melatih kelompok-kelompok bersenjata lokal untuk bertindak sebagai proksi mereka.

Ironisnya, al-Sharaa yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam mempertahankan negaranya justru berperan sebagai fasilitator penghancuran internal. Tidak ada deklarasi perang terhadap Israel, tidak ada mobilisasi tentara untuk menghadapi pendudukan baru ini. Yang ada justru operasi militer besar-besaran terhadap kelompok Alawite, yang ironisnya merupakan kelompok yang dulu mempertahankan Suriah dari serangan eksternal.

Strategi Israel: Memastikan Suriah Tetap Lemah

Bagi Israel, Suriah yang stabil dan bersatu adalah ancaman. Maka, sejak awal konflik Suriah, mereka telah menerapkan strategi divide and conquer. Dengan membantu kelompok-kelompok pemberontak tertentu, mendukung perpecahan internal, dan menghindari konfrontasi langsung dengan milisi-milisi yang menguntungkan mereka, Israel telah mencapai tujuannya: Suriah yang terus bergejolak tanpa kepemimpinan yang kuat.

Mereka tidak hanya diam-diam menyaksikan kehancuran Suriah, tetapi juga terlibat aktif dalam membentuk dinamika di lapangan. Serangan udara terhadap fasilitas militer Suriah, pembunuhan tokoh-tokoh penting, dan bahkan dukungan diam-diam kepada kelompok bersenjata adalah bagian dari grand strategy Israel untuk memastikan bahwa Suriah tidak akan pernah bangkit sebagai negara yang kuat.

Siapa Pengkhianat Sesungguhnya?

Jika ada satu pelajaran yang bisa kita ambil dari realitas ini, maka itu adalah bahwa pengkhianatan terbesar terhadap Suriah bukan datang dari luar, tetapi dari dalam. Ahmad al-Sharaa bukanlah pemimpin yang membela rakyatnya, melainkan boneka dalam permainan geopolitik yang lebih besar. Ia lebih memilih menumpahkan darah bangsanya sendiri daripada menghadapi musuh yang sebenarnya.

Dengan demikian, bukan hanya rakyat Alawite yang menjadi korban, tetapi seluruh Suriah yang kini jatuh ke tangan mereka yang menginginkan kehancurannya. Pertanyaannya bukan lagi mengapa al-Sharaa bersikap lunak terhadap Israel dan keras terhadap rakyatnya sendiri. Pertanyaannya adalah: berapa lama lagi rakyat Suriah akan membiarkan diri mereka diperintah oleh penguasa yang lebih memilih menjilat sepatu penjajah daripada membela tanah airnya sendiri?

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *