Connect with us

Opini

HTS: Moderasi Palsu di Balik Kekerasan Lama yang Tak Berubah

Published

on

Suriah saat ini mungkin lebih mirip sebuah drama politik dengan aktor utama yang mengaku telah berubah, meskipun sebagian besar penonton sudah muak dengan cerita lama yang berulang. Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang sebelumnya dikenal dengan nama Al-Qaeda versi Suriah, kini mencoba tampil sebagai pemerintahan yang sah. Mereka bertemu dengan negara-negara, berbicara tentang perlindungan minoritas, tapi di lapangan, tindakan mereka masih seperti film lama yang tidak pernah mendapat kritik serius. Seperti aktor yang mengaku bertaubat setelah bertahun-tahun berperan sebagai penjahat, mereka tampaknya lebih sibuk mencari pengakuan dunia daripada benar-benar memperbaiki hubungan dengan rakyat Suriah.

Ceritanya dimulai dengan penggerebekan di Ghour al-Gharbiya, sebuah desa di Suriah, di mana enam orang tewas, termasuk empat warga sipil yang dieksekusi oleh pasukan lokal yang bekerja sama dengan keamanan pemerintah baru. Keamanan yang dimaksud adalah kelompok yang sebelumnya dikenal dengan sebutan ekstremis dan teroris, tetapi kali ini mereka berpakaian lebih rapi, berbicara tentang perdamaian, dan mengklaim bahwa mereka melindungi minoritas. Ini bukan plot twist yang menyenangkan.

Bayangkan Anda menonton sebuah film aksi, di mana sang pahlawan berjanji untuk berubah dan membantu orang-orang yang selama ini ia tekan. Anda mungkin berharap akan ada adegan di mana sang pahlawan menunjukkan sisi kemanusiaannya, menolong orang yang selama ini ia sakiti. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Mereka mengulangi aksi lama—tegas, keras, dan penuh kekerasan. HTS mengklaim berjuang untuk membasmi elemen-elemen yang mendukung pemerintahan lama. Tapi bagaimana bisa mereka dipercaya, jika kenyataannya mereka masih bertindak dengan cara yang sama seperti sebelumnya?

Laporan tentang serangan yang menyasar komunitas Alawi di Homs menunjukkan bahwa HTS tidak hanya mempertahankan metode yang sama, tetapi mereka juga semakin tajam dalam membedakan siapa yang bisa hidup dan siapa yang harus mati. Mereka menggunakan identitas agama sebagai alasan untuk menekan lawan politik atau siapa saja yang dianggap berseberangan dengan mereka. Jika ini bukan cara-cara lama kelompok teroris, lalu apa yang bisa kita sebut?

Namun, di balik layar, mereka terus berusaha tampil sebagai sosok yang berbeda. Ahmad al-Sharaa, sang pemimpin, melakukan perjalanan diplomatik untuk mencari legitimasi internasional. Mereka mencoba berpura-pura menjadi pemerintah yang sah, dengan klaim melindungi semua kelompok, termasuk minoritas. Ironisnya, meski berusaha keras di panggung internasional, mereka seolah lupa bahwa masyarakat Suriah yang mereka klaim ingin lindungi, justru merasakan dampak dari kebijakan represif mereka.

Seperti seorang aktor yang tak pernah merasa cukup dengan popularitas, HTS tampaknya lebih memikirkan citra mereka di mata dunia daripada apa yang terjadi di dalam negeri. Mereka mendekati negara-negara besar, berharap mendapatkan pengakuan, sementara di lapangan, mereka masih melakukan pembunuhan, penyiksaan, dan pengusiran. Tak ada yang berubah, kecuali kostum yang mereka kenakan. Diplomasi menjadi topeng yang menutupi wajah asli mereka yang penuh darah dan kekerasan.

Sampai kapan mereka akan melanjutkan sandiwara ini? Selama mereka terus menggunakan cara-cara lama, sementara berbicara tentang reformasi, masyarakat Suriah akan tetap menjadi penonton yang kecewa. Mereka mungkin akan tetap mendapatkan penghargaan internasional dan pujian dari beberapa negara, tetapi rakyat Suriah tahu, mereka yang akan merasakan kekosongan janji-janji tersebut. HTS bisa saja tampil dengan wajah baru, tetapi mereka tak akan bisa menutupi bau busuk dari masa lalu mereka.

Apakah ini sebuah perubahan atau sekadar pencitraan? Bagaimana mungkin kita bisa mempercayai sebuah kelompok yang masih menggunakan kekerasan dan represif untuk menegakkan kekuasaan, hanya karena mereka berusaha tampil lebih baik di mata dunia? Ini lebih mirip dengan trik sulap yang berusaha menipu mata kita, tetapi kenyataannya, trik tersebut tak pernah benar-benar mengubah esensi dari pertunjukan yang ada.

Penting untuk kita ingat bahwa perubahan sejati tidak hanya terjadi di atas panggung. Jika HTS ingin meyakinkan dunia bahwa mereka telah berubah, mereka harus berhenti melakukan kekerasan dan memulai dengan langkah-langkah konkret yang menciptakan kedamaian dan keadilan di Suriah. Jika tidak, maka mereka hanya akan menjadi aktor dalam drama yang tak pernah berakhir, berusaha mencari pengakuan tanpa memberikan kontribusi nyata kepada orang-orang yang sebenarnya membutuhkan perubahan.

Di ujung cerita ini, kita tetap bertanya-tanya: apakah Suriah akan terus dipimpin oleh kelompok yang masih memegang cara-cara lama atau akan ada kebangkitan yang sejati bagi rakyat yang telah lama menderita? Tanpa perubahan yang nyata, jalan yang ditempuh HTS akan semakin gelap, dan harapan akan perdamaian akan terus menipis, seiring berjalannya waktu.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *