Opini
Hasbara 2.0: Israel Merogoh Kocek untuk Cuci Citra Global!

Oleh: Lutfi Awaludin Basori
Israel akhirnya mengakui apa yang sudah lama terdengar seperti bisikan: “Citra itu penting, bahkan lebih penting dari nyawa manusia.” Dan untuk mencapai cita-cita mulia itu, mereka siap merogoh kocek sebesar $150 juta. Jumlah yang cukup untuk membeli seberapa banyak narasi dan membentuk opini global tentang Gaza? Ternyata, $150 juta adalah jawabannya. Sesuatu yang tak pernah disangka, bahwa untuk “membenarkan” pembantaian, ternyata tidak cukup dengan peluru dan bom. Dibutuhkan uang dalam jumlah fantastis, karena siapa yang peduli dengan warga Gaza, yang penting adalah narasi yang terkendali!
Mari kita bayangkan Israel sebagai seorang pembuat film, dengan budget yang sangat besar untuk memproduksi film propaganda paling megah sepanjang sejarah. Satu-satunya bedanya, film ini bukanlah cerita fiksi tentang pahlawan, melainkan film dokumenter berdarah tentang apa yang mereka sebut sebagai “perjuangan melawan terorisme”. Dengan ratusan juta dollar, Israel berusaha membuat dunia lupa bahwa yang terjadi di Gaza adalah tragedi kemanusiaan. Tidak ada lagi pertanyaan soal korban sipil, rumah sakit yang dibombardir, atau sekolah yang hancur. Semua itu hanya efek samping dari narasi yang ingin mereka jual: bahwa mereka adalah pahlawan yang hanya melawan “monster” bernama Hamas.
Ironisnya, apa yang dimaksud dengan “Hasbara” — sebuah kata yang mungkin terdengar seperti produk baru di rak toko — ternyata adalah strategi untuk mencuci citra. Dalam bahasa yang lebih sederhana, itu adalah upaya untuk membuat dunia melihat mereka sebagai pihak yang benar. Israel tak malu-malu mengumumkan bahwa mereka berinvestasi besar untuk memengaruhi media sosial, kampus-kampus di AS, dan outlet media internasional. Itu seperti mengatakan, “Kami akan membayar untuk memastikan bahwa siapa pun yang membuka Twitter atau membaca berita di luar negeri akan melihat gambar yang kami pilihkan.” Apakah ini strategi yang lebih efektif daripada menghentikan kekerasan? Tentu saja, menurut Israel, cara ini lebih hemat biaya dan lebih praktis.
Namun di balik itu semua, ada sesuatu yang sangat berbahaya bagi dunia internasional. Mengapa? Karena tindakan ini menunjukkan bahwa Israel tidak lagi merasa perlu menjelaskan aksi militernya dengan cara yang jujur dan transparan. Mereka memilih untuk membayar untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan: citra yang positif. Apa yang terjadi jika dunia menjadi begitu mudah terpengaruh oleh narasi yang dibentuk oleh kekuatan uang? Apa jadinya jika penderitaan manusia dapat diganti dengan tweet berbayar dan kampanye media yang meyakinkan? Inilah ancaman besar terhadap prinsip-prinsip keadilan internasional dan hak asasi manusia.
Israel tampaknya mulai memperlakukan opini publik seperti pasar, dengan anggaran yang semakin besar untuk “membeli” citra. Jika Anda membayar cukup banyak, Anda bisa mendapatkan apa pun: bahkan moralitas, bahkan kebenaran. Bayangkan dunia internasional seperti sebuah pasar bebas, dan Israel adalah pembeli terbesar yang menawarkan uang untuk mendapatkan apa yang diinginkannya: legitimasi global. Ini adalah dunia di mana yang kuat membeli suara, sementara yang lemah hanya bisa menunggu.
Tapi ini bukan hanya soal uang. Ini soal narasi yang dibentuk oleh pihak yang kuat untuk menutupi kekejaman dan kekerasan. Israel mungkin beranggapan bahwa $150 juta bisa mengubah persepsi dunia tentang Gaza, namun kenyataan tidak bisa dibeli dengan uang. Warga Gaza tetap merasakan penderitaan yang tidak bisa digantikan oleh iklan media sosial atau artikel berbayar. Penderitaan mereka tidak bisa dilapisi dengan kata-kata manis yang disponsori.
Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, jika dunia membiarkan ini terjadi, kita membuka pintu bagi negara-negara lain yang juga akan mengikuti jejak Israel. Apa yang akan terjadi jika narasi tidak lagi dibentuk oleh fakta, tetapi oleh uang dan pengaruh? Dunia ini akan menjadi tempat yang lebih berbahaya, di mana kebenaran dan keadilan dijual dengan harga yang bisa dibayar oleh siapa saja yang cukup kuat. Israel mungkin menganggap ini sebagai kemenangan jangka pendek, tapi dalam jangka panjang, mereka hanya merusak kepercayaan dunia terhadap narasi yang mereka bangun.
Dengan anggaran besar ini, Israel ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka bisa membeli apa saja, bahkan moralitas dan kebenaran. Tetapi di akhir hari, mungkin mereka lupa bahwa narasi yang dibangun dengan uang tak akan pernah bisa menutupi kejahatan yang terjadi di lapangan. Dan meskipun uang bisa mengendalikan opini, ia tak akan pernah bisa menghapus kenyataan.