Opini
Harga Dukungan Jerman ke Ukraina: Rakyat Diminta Hemat Gas

Dunia benar-benar terbalik, atau mungkin kita yang terlalu berharap agar segalanya berjalan sesuai rencana. Di musim dingin yang menusuk, sementara warga Jerman tengah bergulat dengan suhu yang semakin menurunkan angka di termometer, pemerintah mereka justru memberi instruksi yang tak kalah dingin: hemat gas. Sebuah permintaan yang lebih mirip tuntutan, bukan sekadar anjuran. Tuntutan yang mengarah pada satu pertanyaan besar: Apa yang sebenarnya harus dibayar oleh rakyat Jerman untuk sebuah keputusan politik yang tak mereka pilih?
Laporan dari Russia Today menyebutkan bahwa, untuk menghindari kekurangan gas, warga Jerman disarankan untuk “berhemat”. Dan alasan utama di balik seruan ini? Tentu saja karena cuaca dingin yang melanda Eropa, yang, tentu saja, tidak bisa diprediksi oleh siapa pun. Sementara itu, Jerman mengalami lonjakan konsumsi gas sebesar 5,8% dibandingkan dengan tahun lalu. Lalu, siapa yang harus membayar harga dari kebijakan ini? Tentu saja bukan pemerintah, bukan juga para penguasa energi yang duduk nyaman di balik meja-meja mewah mereka. Yang harus menanggung derita adalah rakyat yang cuma ingin hangat di rumah mereka.
Sementara itu, negara ini terus berusaha menjaga citranya sebagai pendukung setia Ukraina dalam perang yang sepertinya tak akan selesai dalam waktu dekat. Jerman, yang dulu nyaman dengan pasokan gas murah dari Rusia, sekarang terpaksa bergantung pada gas alam cair (LNG) dari AS yang lebih mahal dan jauh lebih tidak pasti. Ini adalah harga yang harus dibayar untuk dukungan tanpa batas kepada Ukraina, sebuah negara yang meskipun mendapatkan berbagai bantuan, seolah tidak tahu kapan akan mengakhiri kekacauan yang dipicu oleh perang tersebut.
Mari kita pikirkan sebentar. Bagaimana rasanya hidup dalam dunia yang serba mahal dan tidak menentu, hanya untuk mendukung sebuah konflik yang bahkan tidak melibatkan kita secara langsung? Bukankah itu semacam membeli tiket untuk menonton pertandingan yang tak pernah kita inginkan, di stadion yang bahkan kita tidak tahu apakah kita bisa keluar dengan selamat? Jerman, yang mungkin merasa dirinya adalah pahlawan dalam cerita Ukraina, kini mendapati diri mereka harus membayar harga yang sangat tinggi: harga gas yang melonjak dan biaya hidup yang semakin tak terjangkau. Mereka juga harus menghadapi kenyataan bahwa industri mereka terancam bangkrut karena biaya energi yang lebih mahal.
Di sisi lain, mantan Kanselir Angela Merkel, yang dulu memilih Rusia sebagai mitra gas mereka, kini mengkritik keputusan para penerusnya yang memilih untuk “bercerai” dengan Moskow. “Dulu gas dari Rusia itu win-win situation,” ujarnya, seraya menyebutkan bahwa Jerman mendapat pasokan gas dengan harga yang jauh lebih murah. Sekarang, dengan keputusan yang diambil oleh pemerintah saat ini, rakyat Jerman harus menghadapinya dengan cara yang sederhana: berhemat gas. Sebuah ironi, bukan?
Jadi, ketika suhu di luar semakin dingin dan tagihan gas semakin membengkak, rakyat Jerman harus bertanya pada diri mereka sendiri: apakah mereka harus terus membayar harga perang yang tak jelas ini? Mungkin mereka sudah cukup membayar dengan pajak yang semakin tinggi, dengan pengeluaran yang semakin banyak, dan dengan ketegangan yang semakin memuncak akibat keputusan politik yang diambil oleh para pemimpin yang merasa bahwa “mendukung Ukraina” adalah sebuah kewajiban moral.
Namun, siapa yang sebenarnya diuntungkan dari semua ini? Tentunya bukan rakyat Jerman yang hanya ingin hidup tenang, tidak terlibat dalam gejolak internasional yang tak ada ujungnya. Mereka hanya ingin rumah mereka hangat, tanpa harus mendengar seruan untuk “berhemat gas” yang semakin sering terdengar. Dan sementara itu, politik Eropa terus berputar, meninggalkan mereka yang hanya ingin hidup dengan damai. Apakah ini harga yang pantas dibayar untuk dukungan yang tidak mereka pilih?