Connect with us

Opini

Hadiah Idulfitri dari Yaman: Balasan Perlawanan untuk AS dan Israel

Published

on

Sebuah ledakan mengguncang langit Yaman saat hari masih pagi. Suara gemuruh pesawat tempur AS memecah keheningan Idul Fitri, hari yang seharusnya menjadi simbol kemenangan dan kebahagiaan bagi umat Islam di seluruh dunia. Namun, bagi rakyat Yaman, pagi itu bukan diwarnai oleh takbir dan kebersamaan, melainkan oleh rudal yang menghantam perkampungan mereka. Kementerian Kesehatan Yaman mengonfirmasi bahwa satu warga sipil tewas dan empat lainnya terluka akibat serangan tersebut. Serangan yang tidak hanya membawa kehancuran fisik tetapi juga menjadi simbol arogansi sebuah kekuatan besar yang merasa berhak menghukum negara yang berani melawan.

Namun, rakyat Yaman tidak tinggal diam. Pada hari yang sama, serangan balasan diluncurkan. Target mereka bukan hanya sekadar instalasi militer, tetapi simbol dominasi musuh mereka. Sebuah pesawat komando dan kontrol AS E-2 yang beroperasi dari kapal induk USS Harry S. Truman dihantam rudal Yaman. Pesawat itu, yang memiliki peran krusial dalam mengoordinasikan operasi militer AS, diklaim mengalami gangguan besar dalam fungsinya. Bukan hanya itu, Yaman juga mengarahkan rudal Zulfiqar mereka ke Ben Gurion Airport di Tel Aviv, menandakan bahwa perlawanan mereka tidak hanya terbatas pada satu medan tempur tetapi mencakup musuh yang lebih besar.

Serangan ini bukan yang pertama kali dilakukan oleh Yaman dalam menghadapi agresi AS dan zionis. Dalam beberapa bulan terakhir, mereka telah berkali-kali meluncurkan serangan ke kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel di Laut Merah dan Laut Arab. Mereka menganggap bahwa tidak ada cara lain untuk membela rakyat Palestina selain memberikan tekanan langsung kepada negara-negara yang mendukung agresi terhadap Gaza. Momen Idul Fitri ini menjadi panggung bagi mereka untuk mengirim pesan yang lebih tegas: bahwa perjuangan mereka tidak akan berhenti meskipun dihujani bom dan rudal setiap hari.

Bagi rakyat Yaman, Idul Fitri kali ini tidak hanya menjadi perayaan kemenangan spiritual, tetapi juga momentum untuk menunjukkan bahwa mereka tidak gentar menghadapi musuh-musuh mereka. Di tengah perayaan yang diwarnai oleh kehancuran dan kesedihan, mereka tetap memilih untuk berjuang. Hadiah Idul Fitri mereka bukanlah sekadar doa dan kebersamaan dengan keluarga, tetapi serangan yang membuat musuh mereka merasakan ketakutan yang selama ini mereka tebar di tanah Yaman.

Keputusan Yaman untuk menyerang Ben Gurion Airport bukan tanpa alasan. Bandara tersebut merupakan salah satu pusat utama aktivitas zionis dan memiliki nilai strategis yang tinggi. Dengan menghantamnya, Yaman ingin mengirimkan pesan bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman bagi rezim yang menindas rakyat Palestina. Serangan ini tidak hanya menunjukkan keberanian, tetapi juga kapasitas militer Yaman yang terus berkembang meskipun berada dalam kondisi blokade dan perang berkepanjangan.

Sementara itu, di laut, kapal induk USS Harry S. Truman mengalami guncangan besar setelah pesawat E-2 mereka diserang. Pesawat ini memiliki peran vital dalam memberikan intelijen dan koordinasi bagi operasi militer AS di kawasan. Dengan berhasil menargetkan pesawat ini, Yaman menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengacaukan operasi militer AS di wilayah tersebut. Pentagon dan Gedung Putih dikabarkan tengah menyelidiki insiden ini, mencoba memahami bagaimana sebuah negara yang dianggap miskin dan terkepung bisa memberikan pukulan sebesar itu kepada militer mereka.

Serangan Yaman ke kapal-kapal yang terhubung dengan Israel di Laut Merah juga semakin meningkat. Kapal-kapal ini sering kali menjadi target rudal dan drone Yaman, yang bertujuan untuk menghambat suplai dan logistik yang mendukung agresi terhadap Palestina. Dalam pandangan Yaman, setiap entitas yang berkontribusi pada keberlangsungan zionis harus dihentikan. Mereka tidak memiliki ilusi bahwa serangan mereka akan langsung menghentikan perang di Gaza, tetapi mereka yakin bahwa tekanan yang terus-menerus akan membuat musuh mereka berpikir dua kali sebelum melanjutkan agresi mereka.

Di dalam negeri, rakyat Yaman tetap teguh dalam perjuangan mereka. Meskipun serangan udara AS terus menggempur wilayah-wilayah mereka, tekad untuk membela kehormatan dan martabat mereka tidak surut. Dalam pidato Idul Fitri-nya, Mahdi al-Mashat, Ketua Dewan Politik Tertinggi Yaman, menegaskan bahwa agresi AS tidak akan mengubah sikap Yaman terhadap Palestina. Ia menyebut bahwa serangan-serangan AS hanyalah bukti kegagalan mereka dalam menghentikan perlawanan Yaman. Sebuah perlawanan yang semakin hari semakin mendapatkan dukungan dari banyak pihak yang menolak dominasi Barat dan zionis di kawasan.

Narasi yang dibangun oleh AS dan sekutunya bahwa serangan mereka bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur militer Yaman semakin kehilangan relevansinya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa korban dari serangan-serangan ini sebagian besar adalah warga sipil. Hal ini semakin memperkuat opini bahwa perang yang mereka lakukan bukanlah perang untuk keamanan atau stabilitas, melainkan perang untuk mempertahankan hegemoni mereka di Timur Tengah. Dan Yaman, dengan segala keterbatasannya, terus menunjukkan bahwa mereka bukanlah bangsa yang bisa ditundukkan dengan mudah.

Sementara dunia menyaksikan dengan berbagai perspektif, rakyat Yaman telah memilih jalannya sendiri. Mereka memahami bahwa kemerdekaan dan kehormatan tidak akan diberikan begitu saja, tetapi harus diperjuangkan dengan darah dan pengorbanan. Idul Fitri yang seharusnya menjadi hari damai justru menjadi saksi bagaimana mereka tetap berdiri tegak melawan kekuatan yang jauh lebih besar. Dan mereka telah memberikan hadiah kepada musuh-musuh mereka, bukan dengan doa atau senyum kebahagiaan, tetapi dengan rudal yang menghantam jantung pertahanan mereka.

Serangan yang terjadi pada Idul Fitri ini bukanlah sekadar aksi militer biasa. Ini adalah deklarasi bahwa perjuangan Yaman tidak akan berhenti meskipun dihadapkan pada bombardir tanpa henti. Ini adalah bukti bahwa perlawanan tidak bisa dibungkam dengan rudal atau pesawat tempur. Dan ini adalah pesan bahwa bagi Yaman, kemenangan sejati bukanlah hanya merayakan Idul Fitri dalam damai, tetapi memastikan bahwa tidak ada kekuatan asing yang bisa merampas hak mereka untuk hidup dengan bermartabat.

Dunia mungkin akan terus memperdebatkan siapa yang benar dan siapa yang salah dalam konflik ini. Namun, bagi rakyat Yaman, tidak ada pertanyaan lagi. Mereka tahu siapa yang menjajah dan siapa yang melawan. Mereka tahu siapa yang menindas dan siapa yang berjuang untuk keadilan. Dan mereka tahu bahwa pada Idul Fitri kali ini, hadiah terbaik yang bisa mereka berikan kepada musuh-musuh mereka adalah ketakutan yang sama yang telah mereka rasakan selama bertahun-tahun akibat agresi yang tak berkesudahan.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *