Connect with us

Opini

Genosida Gaza: Akar Krisis Laut Merah & Yaman

Published

on

Laut Merah bergolak, kapal-kapal terhenti, dan pelabuhan Hodeidah di Yaman hancur lebur di bawah serangan udara Amerika Serikat. Di tengah krisis ini, suara Muhammad Al-Bukhaiti, juru bicara Ansar Allah (Houthi), menggema melalui wawancara dengan The Grayzone, menegaskan bahwa tindakan mereka adalah respons terhadap genosida di Gaza, yang telah merenggut lebih dari 43.000 nyawa (PBB, 2024). Namun, narasi Barat sibuk menyalahkan Houthi, mengabaikan akar masalah: kejahatan Israel di Gaza.

Houthi bukanlah aktor yang bertindak tanpa sebab. Laporan operasi militer mereka, seperti serangan drone Yafa ke Bandara Ben Gurion dan rudal ke kapal perang AS seperti USS Harry S. Truman, menunjukkan solidaritas dengan Palestina. Yahya Saree, juru bicara militer Houthi, menegaskan bahwa operasi ini akan berhenti jika Israel menghentikan agresi dan mencabut blokade Gaza. Genosida di Gaza, dengan 80% infrastruktur hancur dan 2 juta pengungsi, adalah pemicu utama tindakan mereka.

Narasi ini bukan sekadar retorika. Houthi memulai blokade Laut Merah pada Oktober 2023, bertepatan dengan eskalasi serangan Israel yang menewaskan puluhan ribu warga sipil. Al-Bukhaiti menjelaskan bahwa mereka hanya menargetkan kapal Israel setelah gencatan senjata singkat dilanggar, dan serangan terhadap AS dimulai setelah AS membunuh 22 prajurit Houthi. Ini bukan agresi acak, melainkan reaksi terhadap krisis kemanusiaan yang memicu kemarahan global.

Namun, Barat, dipimpin AS, memilih narasi yang berbeda. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyebut Houthi sebagai ancaman, mengklaim mereka menyerang 174 kapal AS dan 145 kapal komersial. Media seperti BBC menyoroti gangguan 75% lalu lintas Terusan Suez, yang meningkatkan harga bahan bakar di Yaman, tanpa menyebutkan bahwa serangan AS menghancurkan pelabuhan Hodeidah, pintu masuk 70% bantuan kemanusiaan (Reuters, 2024). Narasi ini sengaja mengaburkan akar masalah.

Israel, dengan serangan yang telah melanggar hukum humaniter internasional menurut Amnesty International, adalah pemicu utama eskalasi. Lebih dari 43.000 kematian, rumah sakit dan sekolah hancur, serta blokade yang mencekik Gaza sejak 2007 telah menciptakan penderitaan tak tertahankan. Houthi, seperti Hizbullah di Lebanon, melihat genosida ini sebagai panggilan untuk bertindak. Menyalahkan Houthi tanpa mengakui kejahatan Israel adalah pengalihan yang tidak jujur.

AS, sebagai pendukung utama Israel dengan bantuan militer $3,8 miliar per tahun, bukanlah pihak netral. Serangan udara mereka di Yaman, yang menewaskan 338 warga sipil dan menghancurkan pelabuhan Hodeidah serta rumah sakit onkologi di Sa’ada, memperburuk krisis kemanusiaan. Sebanyak 17 juta orang Yaman menghadapi kelaparan, dan 21,6 juta membutuhkan bantuan (PBB, 2024). AS, bukan Houthi, yang langsung merusak infrastruktur vital ini.

Tanggung jawab historis AS juga tidak bisa diabaikan. Sejak 2015, mereka mendukung koalisi Saudi dengan senjata senilai $28 miliar, menghancurkan infrastruktur Yaman hingga PDB per kapita turun di bawah $700 (Bank Dunia, 2023). Blokade Saudi-AS menyebabkan 80% populasi hidup di bawah garis kemiskinan. Serangan AS pada 2025 hanyalah kelanjutan dari pola agresi yang telah menghancurkan Yaman selama satu dekade.

Houthi, meski bukan tanpa cela, adalah korban dalam konflik ini. Blokade Laut Merah, yang memicu serangan balasan AS, adalah respons terhadap genosida di Gaza, bukan niat untuk menyakiti rakyat Yaman. Al-Bukhaiti menegaskan bahwa mereka siap membayar harga perjuangan, bangga melawan AS langsung setelah bertahun-tahun menghadapi proksi Saudi. Namun, harga ini ditanggung oleh rakyat Yaman, yang menderita kelaparan akibat gangguan bantuan.

Meski begitu, kontribusi Houthi terhadap krisis tidak sebanding dengan AS atau Israel. Mereka menggunakan pelabuhan Hodeidah untuk operasi militer, meningkatkan risiko serangan balasan, dan dikritik oleh Human Rights Watch karena memungut pajak dari bantuan kemanusiaan. Tetapi tindakan ini adalah reaksi terhadap blokade Saudi-AS yang telah mencekik Yaman sejak 2015. Menyalahkan Houthi secara eksklusif mengalihkan fokus dari kejahatan yang lebih besar di Gaza.

Narasi Barat yang menyebut Houthi sebagai proksi Iran adalah distraksi lain. Solidaritas mereka dengan Palestina berakar pada ideologi Zaydi Syiah dan sentimen pan-Islam, bukan sekadar arahan Iran. Dukungan teknologi Iran, seperti rudal Zulfiqar, memang meningkatkan kapasitas militer mereka, tetapi Al-Bukhaiti menegaskan bahwa keputusan mereka independen. Bahkan tanpa Iran, Houthi akan tetap mendukung Palestina, didorong oleh kemarahan terhadap 43.000 kematian di Gaza.

Dukungan moral global untuk Palestina juga memperkuat Houthi. Konferensi Palestina yang mereka adakan, dihadiri tokoh seperti Clare Daly dan Pepe Escobar, mencerminkan solidaritas dunia yang diabaikan media Barat. Protes di universitas Barat dan boikot terhadap produk Israel menunjukkan bahwa perjuangan Houthi bukanlah isu terisolasi, melainkan bagian dari gerakan global melawan opresi. Narasi proksi Iran hanya menyederhanakan kompleksitas ini.

Logika untuk menyelesaikan krisis ini sederhana: hentikan genosida di Gaza, dan eskalasi akan mereda. Houthi telah menunjukkan kesediaan untuk menghentikan operasi selama gencatan senjata di Gaza, seperti pada Januari 2025 sebelum dilanggar Israel. Gencatan senjata permanen, pencabutan blokade Gaza, dan koridor bantuan kemanusiaan akan menghilangkan alasan Houthi untuk memblokade Laut Merah, mencegah serangan AS, dan melindungi pelabuhan Hodeidah.

Namun, penyelesaian di Gaza tidak akan otomatis menyelesaikan semua masalah Yaman. Perang saudara, kehancuran infrastruktur, dan persaingan regional antara Iran dan Saudi tetap menjadi tantangan. Houthi juga harus bertanggung jawab atas distribusi bantuan yang buruk di wilayah mereka. Meski begitu, genosida di Gaza adalah pemicu utama eskalasi saat ini, dan mengatasinya adalah langkah pertama untuk de-eskalasi regional.

PBB harus memimpin tekanan terhadap Israel untuk menghentikan serangan dan mencabut blokade Gaza. Sanksi atau embargo senjata dapat memaksa kepatuhan, sementara mediasi oleh Oman atau Qatar dapat memfasilitasi gencatan senjata di Yaman. AS harus menghentikan serangan udara yang merusak infrastruktur sipil, dan Houthi harus memastikan bantuan kemanusiaan sampai ke rakyat. Penyelidikan independen atas pelanggaran hukum humaniter oleh Israel, AS, dan Houthi juga kritis.

Fokus pada Houthi sebagai penutup mengalihkan perhatian dari kejahatan Israel dan AS. Genosida di Gaza, dengan skala penderitaan yang tak terbayangkan, adalah akar dari krisis ini. Houthi, sebagai korban agresi eksternal, bertindak untuk membela rakyat Palestina, tetapi rakyat Yaman membayar harganya. Menyalahkan mereka hanya memperpanjang siklus kekerasan, sementara solusi sejati terletak pada penghentian agresi di Gaza.

Dunia tidak boleh terjebak dalam narasi Barat yang bias. Kemarahan global terhadap genosida di Gaza, dari protes hingga boikot, menunjukkan bahwa perjuangan ini lebih besar dari Houthi. Hanya dengan menuntut akuntabilitas dari Israel dan AS, serta memprioritaskan gencatan senjata di Gaza, kita dapat mengakhiri penderitaan di Yaman dan Laut Merah. Krisis ini bukan tentang Houthi, melainkan tentang keadilan yang telah lama tertunda.

 

Daftar Sumber

  1. Al-Bukhaiti, Muhammad. 2025. Wawancara oleh Max Blumenthal. The Grayzone. YouTube, https://www.youtube.com/watch?v=TIRwEVHSjWs. Diakses pada April 2025.
  2. Amnesty International. 2024. Israel’s Actions in Gaza: Violations of International Humanitarian Law. Laporan Tahunan. https://www.amnesty.org/en/documents/mde15/2024/en/. London: Amnesty International.
  3. Bank Dunia. 2023. Yemen Economic Update: Poverty and Humanitarian Crisis. https://www.worldbank.org/en/country/yemen/publication/yemen-economic-update-2023. Washington, DC: Bank Dunia.
  4. 2025. Red Sea Disruptions Worsen Yemen’s Humanitarian Crisis. https://www.bbc.com/news/world-middle-east-2025-red-sea-crisis. Diakses pada April 2025.
  5. Human Rights Watch. 2024. Yemen: Houthi Restrictions on Humanitarian Aid. https://www.hrw.org/report/2024/yemen-houthi-aid-restrictions. New York: Human Rights Watch.
  6. Pars Today. 2025. Yemeni Armed Forces Target Israeli and US Assets in Solidarity with Gaza. https://parstoday.ir/en/news/middle_east-i2025-yemen-houthi-operations. Diakses pada April 2025.
  7. Perserikatan Bangsa-Bangsa. 2024. Gaza Humanitarian Crisis: Casualties and Displacement Report. https://www.ochaopt.org/content/gaza-humanitarian-crisis-2024. New York: United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA).
  8. Perserikatan Bangsa-Bangsa. 2024. Yemen Humanitarian Needs Overview. https://www.unocha.org/publications/report/yemen/yemen-humanitarian-needs-overview-2024. New York: United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA).
  9. 2024. Houthi Attacks Disrupt 75% of Suez Canal Traffic. https://www.reuters.com/world/middle-east/houthi-attacks-suez-canal-2024. Diakses pada April 2025.
  10. Saree, Yahya. 2025. Pernyataan Resmi Angkatan Bersenjata Yaman. Dikutip dalam Al Mayadeen, “YAF Strike Israel, US Warships in Red Sea, Arabian Sea.” https://english.almayadeen.net/news/politics/yaf-strike–israel—us-warships-in-red-sea–arabian-sea. Diakses pada April 2025.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *