Connect with us

Opini

General’s Plan: “Buku Manual” Penghancuran Gaza

Published

on

Pagi itu, seharusnya matahari menyapa Gaza dengan hangat. Namun, yang datang bukan sinar kehidupan, melainkan api kehancuran. Ledakan demi ledakan menggema di udara, rumah-rumah runtuh, tubuh-tubuh kecil tak berdosa tergeletak di bawah reruntuhan. Gaza telah berubah menjadi kuburan terbuka, di mana setiap sudutnya menceritakan kisah kematian. Inilah General’s Plan, buah pikir Giora Eiland yang kini dijalankan dengan sempurna oleh Netanyahu — sebuah rencana yang melampaui batas-batas kekejaman.

Dengan segala daya dan kuasanya, Netanyahu telah menciptakan sebuah “realitas baru” di Gaza. Jabalia, kamp pengungsi di Gaza utara, menjadi saksi bisu pembantaian yang tiada henti. 350 warga sipil meregang nyawa dalam 12 hari (16/10), kebanyakan perempuan dan anak-anak. Mayat-mayat tergeletak di jalanan, terkubur reruntuhan bangunan yang dulu disebut rumah. Para penyelamat tak mampu menjangkau mereka, serangan Israel begitu ganas hingga memutus setiap harapan.

General’s Plan, sebuah strategi yang menyarankan evakuasi total 300.000 warga Gaza utara, adalah resep sempurna untuk genosida. Setelah evakuasi dilakukan, pasukan Israel akan menutup wilayah tersebut, menghentikan bantuan kemanusiaan, dan melancarkan serangan besar-besaran. Ini bukan lagi sekadar perang; ini adalah perencanaan yang brutal. Dengan dalih “keamanan,” General’s Plan mengizinkan serangan tanpa ampun ke wilayah yang telah dikosongkan. Tak ada bantuan, tak ada akses, hanya bom yang turun dari langit.

Rencana ini bahkan membidik lebih jauh — menghancurkan Hamas, sementara truk-truk bantuan terhenti di perbatasan, tak mampu mencapai orang-orang yang sekarat. Bahkan bantuan yang seharusnya menjadi hak dasar manusia disalahgunakan untuk keuntungan militer. Dan inilah yang disebut “mematuhi hukum internasional”? Bagaimana bisa pengepungan brutal, blokade bantuan kemanusiaan, dan penargetan sistematis warga sipil dianggap sah? Ini adalah pelanggaran terang-terangan terhadap Konvensi Jenewa, yang melarang segala bentuk serangan terhadap warga sipil. Ini bukan lagi sekadar pelanggaran hukum; ini adalah kejahatan perang yang dijalankan secara terang-terangan.

Betapa menyedihkan, ketika dunia internasional hanya menonton. Mereka menyaksikan dari kejauhan, berbicara panjang lebar di meja-meja diplomasi yang nyaman, sementara di Gaza, darah terus mengalir. General’s Plan ini melibatkan evakuasi paksa, penutupan wilayah, serangan habis-habisan, semua dirancang untuk satu tujuan: menghancurkan segala bentuk perlawanan dan melucuti hak-hak rakyat Palestina untuk hidup.

Tidak ada ruang bagi diplomasi dalam rencana ini. Netanyahu telah memilih jalan kekerasan ekstrem tanpa mempertimbangkan solusi damai. Dia mengikuti skrip yang telah ditulis Eiland dua dekade lalu, tanpa ragu untuk melangkah lebih jauh dari apa yang dunia bayangkan. Ini adalah babak baru dalam dehumanisasi modern, di mana kematian direncanakan dengan presisi, dan kehidupan dianggap tak lebih dari angka.

Dan di sinilah kita sekarang: Gaza terbakar, dunia bungkam, dan General’s Plan menjadi kenyataan paling mengerikan. Jika ada yang masih meragukan, lihatlah angka-angka, lihatlah tubuh-tubuh yang tertimbun puing-puing. Lihatlah bagaimana Netanyahu telah mengambil rencana ini dan mengubahnya menjadi mesin pembunuh yang efisien.

Kesimpulannya? General’s Plan bukan hanya sebuah strategi militer; ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Netanyahu, dengan dalih “keamanan,” telah membenarkan pembantaian massal. Jika dunia tetap diam, kita semua turut berperan dalam tragedi ini. Pertanyaannya: berapa banyak lagi nyawa yang harus hilang sebelum kita berhenti diam?

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *