Connect with us

Opini

Gaza: Apakah Dunia Kita Masih Buta?

Published

on

Gaza: Apakah Dunia Kita Masih Buta?

Ketika kita melihat angka kematian yang mencekik di Gaza, di mana setiap angka adalah sebuah kehidupan yang hilang, hati kita harus bertanya: Di manakah suara dunia?Apakah kita sudah sedemikian terbiasa dengan kekejaman sehingga kita dapat mengabaikannya dengan tenang, sama seperti kita melupakan kisah pilu Holocaust, Rwanda, dan genosida lainnya? Mari kita berlayar dalam samudera ironi, di mana kita menyaksikan kejahatan kemanusiaan dalam bentuk yang paling mengerikan, sambil sesekali memeriksa ponsel kita untuk mengecek berita terbaru.

Dunia: Penonton Setia dalam Drama Tragedi

Dunia berdiri di tepi panggung, memegang popcorn, menyaksikan tragedi yang terjadi di Gaza, di mana hanya dalam waktu 48 jam, tujuh pembantaian terjadi. Pelakunya? Israel, yang dengan kejam melanjutkan kebijakan genosida terhadap rakyat Palestina. Korban? 42,924 martir berjatuhan, 100,833 luka-luka. Jika ini bukan sebuah adegan dari film horor, saya tidak tahu apa lagi. Sepertinya, angka-angka ini hanyalah statistik tanpa jiwa, sama seperti film yang kita tonton setiap akhir pekan.

Mari kita bandingkan dengan genosida di masa lalu. Dalam Holocaust, enam juta jiwa direnggut dalam keheningan, sementara di Rwanda, seratus hari sudah cukup untuk merenggut lebih dari 800.000 nyawa. Bandingkan dengan kecepatan penghancuran di Gaza, di mana setiap detik seolah dihitung untuk mencapai angka yang lebih besar. Apakah kita sudah terlatih untuk menutup mata terhadap kengerian ini?

Pelaku dan Pahlawan dalam Cerita yang Sama

Pelaku kejahatan ini, Israel, mempertahankan tindakan brutal mereka dengan dalih membela diri, namun fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya. Apakah mereka lebih baik atau lebih buruk daripada mereka yang menghancurkan kehidupan di masa lalu? Apakah pelaku di Gaza adalah produk dari sistem yang sama, yang menghalalkan darah demi kepentingan politik? Sementara di satu sisi, kita mengutuk tindakan genosida yang terjadi sebelumnya, di sisi lain, kita menutup telinga dan mata terhadap kejahatan yang serupa saat ini.

Kita seolah terjebak dalam siklus: serangan demi serangan, komentar tanpa substansi, janji-janji kosong dari para pemimpin dunia yang lebih tertarik pada permainan kekuasaan daripada mengangkat suara untuk keadilan. Di manakah rasa kemanusiaan kita? Apakah kita hanya menunggu hingga genosida ini menjadi bagian dari buku sejarah yang kelam?

Pelajaran yang Belum Diambil

Sejarah selalu mengajarkan kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Namun, tampaknya kita lebih suka mengulangnya. Setiap tahun, kita merayakan peringatan kemanusiaan, tetapi setiap kali, tragedi serupa datang menghantui kita. Jika Holocaust adalah tragedi, maka Gaza adalah peringatan bahwa kita belum belajar dari kesalahan kita.

Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri: Apakah kita ingin menjadi bagian dari sejarah kelam yang baru? Atau akankah kita berdiri dan melawan, menjadi suara bagi mereka yang tak bersuara? Mari kita kembalikan suara kita, dorong dunia untuk membuka mata dan hati, dan hentikan pembantaian ini sebelum terlalu terlambat. Jika tidak, maka kita semua adalah pelaku dalam tragedi ini—penonton yang setia dalam drama berdarah yang tak berkesudahan.

Saatnya untuk bertindak, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata. Mari kita buktikan bahwa kemanusiaan masih memiliki makna di dunia ini. Jangan biarkan genosida di Gaza menjadi catatan yang dilupakan, tetapi jadikanlah itu panggilan untuk perubahan yang tidak bisa ditunda.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *