Connect with us

Opini

Gas Rusia: Eropa Tak Bisa Lepas dari Pelukan Lama

Published

on

Ternyata, Uni Eropa, yang konon mendengung-dengungkan tekadnya untuk mengakhiri ketergantungan pada Rusia, masih harus membeli gas dari negara yang mereka klaim sebagai “musuh besar” itu. Di bulan Desember 2024, negara-negara Eropa tercatat menghabiskan hampir €2 miliar untuk membeli gas dari Rusia—nilai tertinggi sejak awal tahun. Apakah ini salah satu bentuk solidaritas energi? Mungkin, atau bisa jadi mereka hanya rindu hubungan yang penuh pasokan gas.

Tentu saja, kita tak bisa melupakan upaya Uni Eropa yang telah berusaha keras memperkenalkan energi alternatif. Namun, apa daya, saat krisis energi datang mengetuk pintu, mereka lebih memilih kembali ke pelukan lama: Rusia. Meski sudah terancam, rupanya gas dari Rusia tetap terasa lebih hangat daripada janji-janji hijau yang tak kunjung membumi. Eropa sepertinya memang lebih mencintai kenyamanan daripada keberanian politik.

Di tengah euforia atas sanksi yang ditimpakan kepada Moskow, Eropa tetap berlarian membeli LNG dari Rusia—tak hanya sedikit, tetapi mencapai €917 juta. Dengan kata lain, Eropa seperti pasangan yang marah dan merencanakan perceraian, tetapi malah tetap tidur di ranjang yang sama setiap malam. Mungkin inilah wujud terbaik dari “perpisahan sementara.” Tidak ada yang benar-benar berani melepaskan hubungan itu.

Kita berbicara tentang negara-negara yang konon memiliki ekonomi maju dan teknologi canggih, tapi tetap harus bergantung pada gas dari Rusia—negara yang mereka sebut sebagai ancaman. Apakah ini semacam sindiran terhadap kebijakan hijau mereka? Atau mungkin, itu adalah ironi dari dunia yang terus berputar antara retorika dan kenyataan. Uni Eropa tampaknya masih terjebak di antara mimpi dan kenyataan.

Namun, tidak perlu terlalu kecewa. Toh, negara-negara Eropa masih bisa menyatakan bahwa mereka mendukung Ukraina. Ini mungkin hanya sekadar langkah simbolik untuk menutupi kenyataan bahwa mereka terpaksa membayar Rusia demi menjaga mesin industri tetap hidup. Jika ada yang memercayai bahwa ini adalah langkah moral, mungkin sudah saatnya untuk melihat lagi apa itu moralitas dalam geopolitik.

Pada akhirnya, kebijakan energi Eropa adalah cermin dari ketidaksiapan mereka menghadapi dunia yang lebih kompleks. Mereka ingin bebas dari ketergantungan energi Rusia, tapi kenyataannya, itu lebih mirip seperti berusaha melepaskan diri dari sebuah hubungan yang nyaman meski penuh kebohongan. Keputusan untuk terus membeli gas dari Rusia adalah pengingat bahwa di dunia energi, moralitas sering kali tertinggal jauh di belakang pragmatisme.

Gas dari Rusia yang disalurkan melalui TurkStream adalah simbol kelegaan sementara bagi negara-negara yang tidak bisa menahan dinginnya musim dingin tanpa pasokan energi yang stabil. Tapi, di balik kehangatan itu, ada ketegangan yang menggambarkan kebingungan besar Eropa. Eropa terjebak dalam dilema: bagaimana bisa mereka mengutuk Rusia sementara terus menikmati gasnya? Itu adalah paradoks yang tidak mudah untuk dijelaskan dengan logika biasa.

Mungkin ada yang beranggapan, “Ya, ini hanya sementara, nanti kita akan bebas dari ketergantungan ini.” Tapi siapa yang bisa menebak kapan “nanti” itu akan datang? Eropa telah berjanji untuk mengurangi ketergantungan energi pada Rusia, tapi janji itu lebih mirip seperti janji kampanye yang mudah dilupakan saat kenyataan datang menghampiri. Pada akhirnya, mereka hanya bisa berharap pada masa depan yang cerah, meski tanpa kejelasan.

Ketergantungan Eropa terhadap Rusia bukan hanya soal gas, tetapi juga soal kenyamanan dalam hubungan lama yang sulit dilepaskan. Sama seperti pasangan yang tahu hubungan mereka tidak sehat, tetapi tetap memilih untuk tinggal karena sudah terlalu terbiasa. Begitulah Uni Eropa berhubungan dengan Rusia—sebuah hubungan penuh ketergantungan yang sulit untuk diakhiri meski tahu itu tidak lagi bermanfaat.

Mungkin, jika ada yang bisa memberi pelajaran dari situasi ini, itu adalah bagaimana kebijakan energi tidak selalu sejalan dengan kebijakan politik. Eropa mengutuk Rusia di panggung internasional, namun tetap mengisi pundi-pundi Rusia dengan uang hasil pembelian gas. Apa yang mereka butuhkan adalah lebih dari sekadar janji-janji tentang energi hijau; mereka butuh keberanian untuk menghadapi kenyataan dan merombak sistem yang telah membelenggu mereka.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *