Connect with us

Opini

Fico Sindir UE: Krisis Energi dan Bayang-Bayang Keruntuhan

Published

on

Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico muncul sebagai tokoh utama dalam drama energi Eropa. Dalam video yang diunggah di Facebook, ia menegaskan bahwa Uni Eropa, seperti seorang penonton yang terlalu nyaman di kursinya, gagal menangani efek samping ekonominya sendiri. Ukraina, kata Fico, dengan gagah berani memutus transit gas Rusia dan membuat Eropa gemetar.

Bagi Fico, tindakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ini tak ubahnya sabotase yang menyasar finansial Slovakia dan Uni Eropa. Bayangkan, sebuah keputusan yang mengancam krisis energi, memicu kerugian €70 miliar, namun tetap saja dibiarkan oleh para pejabat di Brussels yang tampaknya lebih sibuk berdebat daripada bertindak.

Sebagai seorang pemimpin pragmatis, Fico menyatakan bahwa Slovakia “tidak sedang berperang.” Pernyataan ini, meski terkesan sederhana, memiliki kedalaman yang menohok. Ia menekankan bahwa negaranya tidak perlu ikut serta dalam petualangan Zelensky yang, menurutnya, hanya memperparah situasi tanpa menawarkan solusi nyata.

Namun, kritik ini bukan tanpa risiko. Zelensky, oposisi di Slovakia, dan bahkan beberapa pejabat Barat menganggap Fico terlalu dekat dengan Moskow. Tuduhan ini, tentu saja, dibantah olehnya dengan gaya khas seorang politisi kawakan. Ia hanya ingin melindungi kepentingan Slovakia, katanya, sambil menyiapkan perjalanan ke Moskow untuk menjamin pasokan gas domestik.

Kunjungan Fico ke Rusia memperlihatkan ironi yang tajam. Eropa, yang mengaku ingin menjauh dari energi Rusia, kini berada dalam dilema. Sementara itu, Slovakia berhasil mengamankan pasokan gas tanpa menaikkan harga. Sungguh, langkah ini seperti mengingatkan kita bahwa kadang, pragmatisme lebih efektif daripada retorika kosong.

Di sisi lain, Uni Eropa tampak seperti anak sekolah yang terus-menerus mengerjakan PR-nya tanpa pernah menyelesaikannya. Ketidakmampuan mereka untuk merespons krisis ini, menurut Fico, adalah bukti bahwa blok tersebut mungkin lebih rapuh daripada yang terlihat. “Saya khawatir UE akan runtuh lebih cepat dari yang kita bayangkan,” katanya, dengan nada yang menyerupai ramalan kiamat.

Tidak mengherankan jika Fico merasa perlu “membangunkan” komisaris energi UE dari tidur nyenyaknya. Setelah pertemuan dengan Dan Jorgensen, kepala energi Uni Eropa, mereka sepakat untuk melanjutkan diskusi. Sayangnya, seperti banyak diskusi lainnya di Brussels, hasil konkret tampaknya masih jauh dari jangkauan.

Langkah Ukraina untuk memblokir transit gas Rusia ini juga telah menyebabkan lonjakan harga energi di Eropa. Di Italia, seruan untuk memperpanjang batas harga darurat gas langsung muncul. Ini memperlihatkan bagaimana satu keputusan dapat mengguncang ekonomi seluruh benua. Eropa, tampaknya, sedang bermain api dengan sumber daya yang sangat mereka butuhkan.

Namun, mari kita kembali ke akar masalahnya: solidaritas Uni Eropa. Dalam teori, blok ini dirancang untuk menghadapi tantangan bersama. Tapi kenyataannya, seperti yang ditunjukkan Fico, solidaritas sering kali hanyalah slogan kosong. Ketika kepentingan nasional berbenturan, prinsip-prinsip kolektif UE sering kali jatuh ke pinggir jalan.

Fico, meskipun sering dikritik, tampaknya memahami sesuatu yang penting. Energi adalah urat nadi ekonomi modern. Krisis energi tidak hanya soal pasokan, tetapi juga tentang daya tahan ekonomi dan stabilitas politik. Dalam konteks ini, keputusan Ukraina menjadi sangat problematik, terutama bagi negara-negara seperti Slovakia yang bergantung pada transit gas tersebut.

Mungkin yang paling menarik adalah bagaimana Fico menolak untuk terjebak dalam debat politik tanpa akhir. “Fokus harus pada mengatasi dampak ekonomi, bukan pada debat politik yang sia-sia,” katanya. Pernyataan ini, meski sederhana, mengandung sindiran yang tajam terhadap para pejabat UE yang, menurutnya, terlalu sibuk dengan retorika.

Di tengah semua ini, bayangan keruntuhan Uni Eropa semakin nyata. Ketegangan internal, ketidakmampuan menghadapi krisis, dan ketergantungan pada kebijakan yang sering kali tidak efektif dapat menjadi bom waktu bagi blok ini. Fico, dengan segala kritik dan pendekatannya yang pragmatis, mungkin telah memberikan peringatan terakhir sebelum semuanya terlambat.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *