Opini
EU dan UK Siap Perang Dagang Lawan Trump

Jika ini bukan gambaran dari kekuatan kepedihan politik dan ekonomi, ya apa lagi? Laporan Politico menyebutkan bahwa Eropa dan Inggris sudah siap sedia untuk perang dagang dengan Amerika Serikat, berkat Trump yang tampil kembali di Gedung Putih dengan agenda ‘America First‘. Trump, dengan semangatnya yang selalu mencari cara untuk membuat dunia saling bertengkar, telah mendorong UE untuk membeli lebih banyak minyak dan gas AS atau menghadapi tarif yang tak terbayangkan.
Dengan kacamata yang agak kabur, Eropa dan Inggris sepertinya sedang bersiap untuk memainkan permainan ini dengan serius, mempersiapkan senjata dagang mereka seperti seorang yang sudah terlalu sering kecewa dalam hubungan. Ingat tahun 2018? Ketika tarif baja dan aluminium AS membuat Eropa terkejut? Nah, kali ini mereka sudah belajar; mereka sudah siap dengan tarif balasan untuk bourbon (whiskey Amerika) dan motor Amerika.
Tapi, mari kita bicara tentang absurditas dari semua ini. Di satu sisi, kita punya Trump yang berpikir bahwa perang dagang adalah solusi terbaik untuk mendongkrak ekonomi AS, seolah-olah ekonomi adalah permainan video yang bisa dimenangkan dengan menekan tombol secara acak. Di sisi lain, Eropa dan Inggris sedang melakukan “war-gaming scenarios“, yang terdengar seperti sesuatu yang lebih cocok untuk mainan anak-anak daripada untuk pemimpin dunia yang seharusnya dewasa.
Dan, oh, jangan lupakan elemen keamanan yang menarik di sini. Trump dengan pandangan skeptisnya terhadap NATO dan dukungannya yang berubah-ubah untuk Ukraina membuat Eropa merasa perlu untuk belajar mandiri dalam hal pertahanan. Presiden Ukraina Zelensky, bahkan mendesak Eropa untuk memperkuat diri mereka sendiri karena ketidakpastian apakah AS akan tetap menjadi pelindung setia di masa depan.
Kemudian ada Keir Starmer, pemimpin Inggris Raya, yang berusaha menunjukkan bahwa mereka bukan anak kecil yang bisa diintimidasi oleh Amerika. Tetapi, apakah ini semua hanya teater politik? Apakah mereka benar-benar siap untuk perang dagang, atau ini hanya cara untuk membuat Trump merasa tersanjung karena dianggap serius? Mungkin saja ini semua hanya permainan poker besar di mana semua orang berpura-pura memiliki kartu yang lebih baik.
Bayangkan saja kalau Eropa dan Inggris kalah dalam perang ini. Mereka mungkin akan terpaksa membeli minyak Amerika dengan harga yang lebih tinggi, atau mungkin menangis sambil meminum bourbon yang sekarang lebih mahal karena tarif balasan. Dan kalau Trump kalah? Nah, dia akan kembali ke Twitter, atau apa pun platform media sosialnya sekarang, untuk menyalahkan semua orang kecuali dirinya sendiri, sambil membuat rencana untuk perang dagang berikutnya.
Tapi, pada akhirnya, ini semua hanya memperlihatkan betapa sulitnya menjaga aliansi dalam dunia di mana satu orang bisa mengacaukannya hanya dengan keinginan untuk membuktikan diri. Trump mungkin berpikir bahwa dia sedang memainkan permainan catur tingkat tinggi, tapi yang kita lihat adalah sebuah dunia yang semakin terfragmentasi, di mana nilai-nilai sekutu dan kerja sama mulai dipertanyakan oleh kepentingan nasional yang sempit.
Jadi, sementara Eropa dan Inggris sibuk mempersiapkan “arsenal” mereka, kita semua hanya bisa menonton dengan harapan bahwa akal sehat akan menang pada akhirnya. Tapi, lagi-lagi, dalam politik, akal sehat sering kali menjadi komoditas yang langka, terutama ketika taruhan adalah kekuasaan dan kebanggaan nasional.