Opini
Eropa Gemetaran Tanpa AS: Siapa yang Mau Mengurus Ukraina?

Kita semua tahu betapa Eropa itu kuat, bukan? Mereka punya ekonomi besar, militer modern, dan jaringan diplomatik yang sangat luas. Tapi ternyata, saat harus mengurus Ukraina pasca-perang, mereka gemetaran. Kenapa? Karena ternyata, tanpa bantuan AS, mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mungkin mereka butuh kursus cepat tentang cara mengurus perang tanpa takut pusing.
Laporan dari Financial Times baru-baru ini menyatakan bahwa negara-negara NATO di Eropa takut akan beban yang harus mereka tanggung jika AS mundur dari keterlibatannya dalam konflik Ukraina. Ternyata, kebijakan luar negeri mereka hanya bisa berfungsi jika Washington ikut campur. Coba bayangkan, mereka begitu besar dan kuat, tapi ternyata merasa seperti anak kecil yang kehilangan ibu. Mengapa? Karena ternyata mereka takut jika harus benar-benar bekerja.
Di sisi lain, AS—yang seharusnya menjadi “pemimpin” dunia—sepertinya sudah capek ikut campur dalam urusan Ukraina. Setelah bertahun-tahun mendukung Ukraina, Trump memberi tanda bahwa “ini bukan urusan kami lagi”. Jadi, jika kalian ingin melanjutkan misi penyelamatan Ukraina, silakan, tapi bukan dengan tentara kami. Kami sudah lelah!
Eropa, yang sejatinya sudah berjanji untuk membantu, kini terpojok. Mereka menginginkan peran besar dalam negosiasi dan pengaturan pasca-perang, tetapi tidak mau menanggung semua biaya dan kerja keras yang menyertainya. Dan yang lebih ironis lagi, mereka ingin memainkan peran besar, namun mereka tidak punya cukup “tangan” untuk mengangkat beban berat yang ditinggalkan oleh AS. Jadi, siapa yang akan membayar untuk semua ini? Oh, mungkin Eropa harus menunggu Amerika untuk memberi mereka “tiket emas” sekali lagi.
Lihatlah pernyataan dari pejabat AS seperti Pete Hegseth yang menilai ambisi Ukraina untuk merebut kembali wilayah sebagai “tujuan ilusif”. Bukankah ini menggambarkan betapa absurdnya semua ini? Sementara Eropa bersikukuh mengatakan bahwa Ukraina harus mendapatkan kembali wilayahnya, AS justru dengan santai mengatakan bahwa itu hanya mimpi. Seolah-olah AS bisa bermain dadu dan menentukan siapa yang akan menang, sementara Eropa terjebak di meja permainan, bingung harus ke mana.
Sementara itu, di Eropa, ada perasaan kecewa dan terluka, seolah-olah mereka baru saja diusir dari pesta besar yang mereka anggap sebagai hak mereka. Dari Spanyol hingga Polandia, dari Inggris hingga Jerman, semua mengeluarkan pernyataan yang menuntut agar Eropa memiliki peran lebih besar dalam penyelesaian konflik ini. Tetapi kenyataannya, mereka semua berharap AS akan mengurus “kerusakan besar” yang ditinggalkan setelah pertempuran. Mereka ingin memainkan peran besar, tetapi tidak mau benar-benar masuk ke dalam permainan itu.
Ada yang lucu dengan pemikiran ini. Eropa—yang merasa dirinya kuat dan berpengaruh—tetapi ternyata tidak siap untuk menangani kenyataan pasca-perang. Mereka menginginkan kontrol, tapi tidak ingin terlibat dalam kerja keras. Mereka menuntut hak untuk berbicara di meja perundingan, tetapi mereka tidak mau berbicara tentang anggaran militer yang akan dibutuhkan. Lalu siapa yang akan menggantikan kerusakan? AS? Tentu saja, mereka ingin melihat AS tetap bertanggung jawab atas semua itu. Canggih, bukan?
Namun, ada hal yang lebih menggelikan lagi. Sementara negara-negara Eropa ini mengeluh tentang “keterbatasan” mereka, AS dengan santainya mengumumkan bahwa mereka tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina, apalagi bergabung dengan misi pemeliharaan perdamaian. Jadi, Eropa yang terhormat, jika kalian ingin bermain dalam permainan ini, kalian mungkin perlu mencari alat dan mainan kalian sendiri. Jangan berharap AS datang membawa hadiah.
Pada akhirnya, mungkin inilah saatnya untuk melihat Eropa menghadapi kenyataan. Mereka tidak bisa terus mengandalkan AS untuk menyelesaikan urusan mereka. Jika mereka ingin menjadi pemain utama di panggung geopolitik ini, mereka harus berhenti menjadi penonton dan mulai memainkan peran aktif. Tapi apakah mereka siap? Atau akan kembali bersembunyi di balik ketiak Amerika, berharap Washington akan kembali memberi mereka “tiket masuk” ke arena permainan yang besar ini? Waktunya yang akan menjawabnya.